visitaaponce.com

Kisah Melahirkan Greysia Polii Jauh Lebih Berat Dibandingkan Bulu Tangkis

Kisah Melahirkan Greysia Polii: Jauh Lebih Berat Dibandingkan Bulu Tangkis
Kelahiran anak pertama Greysia Polii.(Instagram)

MANTAN atlet bulu tangkis nasional Greysia Polii melahirkan anak pertamanya, Jessia Selah Djimin, pada Minggu (30/4), di RSIA Bunda, Jakarta. Proses lahiran yang dijalani Greysia cukup panjang dan penuh dilema. 

Sebelum menikah dengan Felix Djimin, Greysia mengaku telah merencanakan program kehamilan. Saat itu, ia berkonsultasi mengenai penggunaan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan. 

Greysia mengaku, ingin meraih cita citanya terlebih dahulu, yaitu memenangkan emas Olimpiade. “Waktu itu belum menikah, tapi ada cita-cita pengen meraih emas Olimpiade, jadi datang ke saya, ‘dok saya tolong dibikin jangan hamil’,” ungkap dr. Caroline Hutomo, Msc Sp.OG, sebagai dokter yang membantu Greysia dalam proses melahirkan, pada konferensi pers di RSIA Bunda Jakarta, Rabu (03/05).

Baca juga: Greysia Polii Umumkan Hamil Anak Pertama

Greysia mengikuti program kontrasepsi IUD non hormonal untuk menunda sementara kehamilannya. Selain itu, ia juga mengikuti program egg freezing untuk menjamin pembuahan dapat tetap terjadi. Hal ini, menyusul usia Greysia yang sudah menginjak 35 tahun.

“Karena usia sudah mendekati 35 tahun, Ibu Greys sempat bertanya bagaimana caranya ingin tetap ikut lomba, tapi tetap tenang. Saya kasih solusi freezing embrio. Ini seperti bayi tabung, tapi embrio tidak langsung kita tanamkan, jadi disimpan,” ujar Caroline.

Baca juga: Timnas Tenis Indonesia Bertolak ke Kamboja

Proses kehamilan alami

Meskipun telah melalui program egg freezing, Greysia mengaku ingin proses kehamilannya secara alami. “Sambil menunggu, Ibu Greys dan Pak Felix diskusi ingin coba beberapa bulan untuk (hamil) secara alami, akhirnya membuahkan, dan lahirlah Jessia,” tutur Caroline. 

Kehamilan itu yang menjadikan dasar keputusan Greysia gantung raket dari dunia tepok bulu. 

Tidak sebanding sakit Induksi

Proses persalinan Gryesia pun tidak mudah. Caroline mengaku fase pembukaan leher rahim tidak cepat. Pembukaan persalinan tidak bertambah karena kekuatan kontraksi tidak cukup. 

“Sebenarnya sudah mulai ada kontraksi pada 37 minggu. Tapi, setelah kita tungguin, kok enggak nambah-nambah,” kata Caroline.

Greysia tetap ingin melakukan proses lahiran secara alami. Keputusan itu yang membuat perempuan berusia 35 tahun itu menyetujui dilakukan tindakan induksi. Induksi merupakan prosedur persalinan untuk merangsang kontraksi rahim agar persalinan dapat terjadi. Umumnya, induksi diikuti dengan rasa sakit yang luar biasa.

Sang suami meminta Greysia tidak memaksa diri. Pasalnya Greysia mengaku sangat kesakitan dalam proses induksi. 

“Latihan yang saya alami 30 tahun enggak sebanding, itu enggak ada bandingannya dengan persalinan. Kata orang sakit banget, tapi coba deh. Bukan nantangin, tapi saya ingin banget melahirkan secara normal. Ternyata, ketika dicoba, kalau kata dr Caroline, umumnya obat kedua sudah lancar, tapi kok saya nggak lancar-lancar sampai keenam,” ungkap Greysia. 

Caesar

Setelah tiga hari tidak ada perkembangan, tepat usia kandungan 40 minggu, Greysia melahirkan dengan proses caesar. Bayi Jessia lahir dengan berat 3,39 kg dan panjang 51cm. 

“Udah sakit, nangis, tapi bersyukur baby-nya baik-baik saja. Itu yang bikin saya semangat. Tapi berdasarkan saran dokter, akhirnya kami putuskan caesar. Puji Tuhan, Jessia lahir dengan sangat baik,” kata Greysia. (Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat