Eco-friendly packagingSolusi Ramah Lingkungan
![Eco-friendly packaging: Solusi Ramah Lingkungan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/08/8cdafa8bd03cd6ffcdb15a49285aabb1.jpg)
INDONESIA masih memerlukan inovasi di sektor industri dalam upaya pengelolaan lingkungan hijau. Maka itu, pelaku industri dituntut untuk berusaha secara aktif dan bijak dalam menggunakan sumber daya dan teknologi yang ramah lingkungan sehingga dapat menciptakan efektivitas dan efisiensi bagi keberlanjutan usahanya sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2018.
Pelaku industri memiliki tanggung jawab besar terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam segala aspek operasional perusahaan, yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Aspek sosial bisnis perusahaan ini tidak bisa lepas dari pembangunan yang berkelanjutan yang harus menimbang dampak sosial dan lingkungannya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Salah satunya adalah industri makanan dan minuman dalam kemasan. Hal ini terjadi sangat pesat dikarenakan adanya kemudahan dalam transaksi yang disediakan marketplaces untuk konsumen memilih produk yang diinginkan.
Akibat dari melonjaknya transaksi tersebut berimplikasi pada timbulan sampah yang didominasi oleh material plastik dan kemasan lain yang tidak ramah lingkungan. Sehingga perlu dilakukan inovasi dalam pengemasan yang lebih mengarah kepada ramah lingkungan tanpa mengurangi keuntungan yang akan didapat.
Penerapan kemasan ramah lingkungan (eco-friendly packaging) inilah yang diperlukan untuk mengurangi timbulan sampah dan dampak negatifnya terhadap lingkungan. Upaya ini pun akan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 12.5 yaitu mengurangi timbulan sampah secara substansial pada tahun 2030 melalui upaya pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali.
LIPI (2020) merilis hasil studi terkait dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Work from Home (WFH) terhadap pengiriman paket yang menunjukkan adanya peningkatan signifikan.
Sejak pandemi Covid-19, transaksi belanja meningkat dua kali lipat, namun 96 persen kemasan paket belanja online (packaging) termasuk kemasan makanan dan minuman yang masih didominasi material plastik. Kesadaran masyarakat dalam mengolah sampah pun masih rendah. Hanya 1,2 persen rumah tangga yang mendaur ulang sampahnya (BPS, 2018).
Eco-friendly packaging ini dapat memberikan insentif bagi pelaku bisnis. Perusahaan akan memperoleh peningkatan profit dan reputasi yang lebih baik jika mulai menerapkan green concept (Forbes, 2019). Hal ini terlihat adanya minat konsumen untuk membeli produk dengan kemasan yang ramah lingkungan yang akan memberikan dampak baik bagi sosial dan lingkungan.
Sebagian konsumen telah mengerti arti penting dari penggunaan bahan yang ramah lingkungan tetapi bagi yang lain masih hanya berpikir kebutuhan makanan dan minuman dengan kemasan yang tidak ramah lingkungan. Dengan sedikit kenaikan harga dari produk tetapi memiliki dampak lingkungan yang lebih akan menjadi favorit bagi konsumen terlebih konsumen yang setia.
Penggunaan kemasan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja ekonomi dan kinerja lingkungan agar dapat berjalan seimbang. Motivasi utama ada pada rendahnya kesadaran masyarakat untuk mendaur ulang sampah dan tren peningkatan sampah tahunan.
Sebelas perusahaan sudah menerapkan green concept di Indonesia yaitu Apple, Panasonic, Adidas, Starbucks, Unilever, The Body Shop, PT Indocement Tunggal Prakarsa,Nike, PT Sinar Sosro, IKEA, dan Dell (Jessica, 2021).
Starbucks mengganti kemasan plastik biasa (Putra dan Prasetyawati, 2021) menjadi eco-friendly plastic dan paper (Auliandri et. al., 2018). Bentuk-bentuk eco-friendly packaging yang telah Starbucks terapkan dapat menjadi rujukan
Kemasan yang sering digunakan dalam produk ramah lingkungan antara lain adalah 1) Compostable packaging yang berasal dari jagung, tebu, bambu, ketela dan atau bioplomer yang dapat hancur dalam hitungan 180 hari skala rumahan dan 90 hari skala industri; 2) plastik daur ulang; 3) bahan kardus yang berlapis, 4); kertas glassine; 5) plastic selulosa; 6) pelepah jagung; (7) kertas kraft.
Kemasan ini bisa digunakan untuk produk makanan dan minuman apa saja, meskipun masih terkadang ada lapisan plastik tipis untuk dapat menahan lebih lama produk tersebut terutama untuk produk yang mengandung air/cairan. (OL-09)
Terkini Lainnya
PosIND Goes Green Bantu Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca
Limbah Fesyen Hantui Dunia, Busana Daur Ulang Semakin Diminati
Runner Up Miss Universe Indonesia Vina Sitorus Sosialisasikan Urban Farming
Tuah Rotan Hasilkan Cuan
Jangan Gunakan Kantong Plastik untuk Bungkus Daging Kurban
Kisah Inspiratif Abah Dindin Patahkan Stigma Anak Jalanan
Kolaborasi Dukung Budidaya Perikanan Terpadu Topang Ketahanan Pangan
Pengesahan UU KIA, Ini Respons Pakar Keluarga IPB University
Ramadhan Bulan Berbagi Keceriaan, Kebahagiaan, dan Spirit Pelayanan Publik
Indonesia Berhasil Turunkan Karhutla
Rektor IPB Siap Berkolaborasi Dorong Kemajuan Food Estate di Kalteng
Kementan Kembangkan Ganyong, Pangan Lokal Pengganti Beras dan Tepung Terigu
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap