visitaaponce.com

Cinta Ibu Berwujud Multiperan

Cinta Ibu Berwujud Multiperan
Kurnianing Isololipu(Dok pribadi)

KEMARIN ini, aku mendapat pesan di whatsapp ucapan selamat hari ibu. Senang sekali aku mencermati ucapan-ucapan tersebut. Ucapan yang menyenangkan sekaligus menggelitik pikiran. Ada sebuah ucapan yang menarik  yaitu ucapan berterima kasih atas multiperan ibu dalam mendidik anak, membantu suami, mencari nafkah, mengurus rumah tangga dan lain-lain. Membaca pesan ini, membuatku bergumam, alangkah luar biasanya multiperan ibu. 

Banyak sekali tugas ibu. Apakah ini memang tugas sejatinya seorang ibu? Ataukah ibu menerima karena ia mendapatkan contoh dari keluarga, lingkungan sekitar, warisan budaya. Dengan contoh itu, apakah kemudian ibu menganggap bahwa semua contoh sebagai sebuah kebenaran, tanpa perlu mempertanyakan, mengapa ada peran itu untuknya? 

Apakah peran mendidik anak itu hanya untuk ibu? Lalu, di mana peran ayah? Aku belajar bahwa ibu memiliki peran sebagai sumber energi kasih sayang dan ayah menyandang peran pelaksana kasih sayang dengan bentuk perilaku, dalam pengasuhan anak. Artinya, ibu dan ayah berperan sangat penting, bersama, bagi pertumbuhan anak. 

Ibu mengajari anak dengan model software, ayah memberi contoh anak dengan jenis hardware. Karena itu, mengapa ibu perlu membantu suami? Apakah tidak boleh bila suami yang membantu ibu? Karena kembali kepada peran ibu dan ayah di atas, contoh suami yang membantu ibu tentu memberi ingatan indah pada anak hingga dewasa, tentang hubungan perilaku yang baik dan tepat dalam berkeluarga.
 
Ibu sebagai pencari nafkah. Peran ini sudah semakin banyak ditemui, baik sebagai pencari nafkah utama maupun nafkah tambahan. Mengapa ibu perlu mencari nafkah? Di mana peran ayah sebagai pemberi nafkah keluarga? Aku yakin, ibu yang berperan mencari nafkah tak lagi hendak berdebat tentang hal ini. Karena yang ada di benaknya adalah orang-orang yang disayanginya perlu dipenuhi kebutuhannya. 

Ibu berusaha memenuhinya dengan usaha terbaik yang mereka mampu. Peran pencari nafkah ini, bukan lagi menjadi fenomena umum di perkotaan. Di berbagai wilayah di Indonesia, sering dijumpai ibu-ibu tangguh menjadi kuli bangunan, pemecah batu, nelayan dan juga penambang emas. Mereka tak mengeluh meski mereka bekerja untuk upah yang tak seberapa. Mereka berjuang keras hanya untuk memastikan ada makanan yang dapat mengenyangkan anggota keluarganya hari itu. 

Ibu juga berperan dalam mengurus rumah tangga. Setiap ibu, rasanya, sudah menyadari dengan baik tentang peran ini, sejak ia memutuskan untuk berkeluarga. Walaupun ibu juga memiliki pekerjaan karir, ia tetap memastikan rumah tangga dan keluarga terurus dengan baik. Ada atau tak ada sistem pendukung, ibu akan mengusahakan rumah tangga berjalan aman terkendali. 

Kembali lagi muncul pertanyaan, apakah urusan rumah tangga memang hanya untuk ibu? Jika kembali kepada peran ayah di atas, itu berarti ia juga perlu memberi contoh nyata tentang mengurus rumah tangga agar kelak ketika dewasa, anak memahami posisinya dalam berumah tangga. Sekali lagi, aku tahu, ibu tak protes dengan perannya ini. Ibu melakukannya dengan tulus, meski lelah menyapa silih berganti dengan penat yang hadir. Lelah ia singkirkan, sakit ia tahan.
 
Ibu dengan multiperan ini menafikkan wujud dari perempuan yang sering dianggap sebagai makhluk lemah. Ibu ternyata adalah sosok yang kuat, tangguh, tegar dan mandiri. Terlepas, ia melakukan perannya secara sadar maupun tidak sadar. Juga, baik peran itu ia dapatkan sebagai warisan keluarga, budaya, maupun sebagai pilihan sadarnya atas peran yang ia terima. 

Lalu, apa yang membuat ibu mampu melakukan peran-peran itu? Aku amati, ibu sanggup berperan banyak karena cintanya yang besar kepada orang-orang yang disayanginya. Bahkan, ia sering melupakan, menomorsekiankan dirinya karena cinta yang terlalu besar pada orang-orang tersebut. Bukankah demikian, para ibu?
 
Rasanya sulit menemukan rangkaian kata yang tepat untuk melukiskan luasnya samudera cinta ibu. Satu hari istimewa inipun, nampaknya, tak cukup untuk membalas atas semua yang telah ibu lakukan pada orang-orang yang ibu sayangi. Untaian doa, sepertinya, perlu waktu berlama, agar daftar kasih sayang yang dipanjatkan tak kurang satupun dari yang telah Ibu berikan dengan tulus. 

Kasih sayang ibu begitu dalam, cintanya begitu luas. Tepatlah sepenggal lirik lagu SM Mochtar, kasih Ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Cintamu adalah sumber kehidupan bagi sekitarmu, ibu. Selamat hari ibu untuk para ibu tercinta.
 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat