visitaaponce.com

Penyalahgunaan Bansos Menggali Kubur Demokrasi

Penyalahgunaan Bansos Menggali Kubur Demokrasi
Ilustrasi bansos(Dok.MI)

PENGAMAT politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bakir Ihsan menilai aturan pelaksanaan pemilu sudah digariskan dengan jelas. Hal itu untuk merespons isu penggunaan anggaran negara untuk menopang pemenangan salah satu paslon.

“Sebenarnya koridor pelaksanaan pemilu khususnya bagi masing-masing kontestan sudah jelas dan terang benderang, namun sejauh mana kejelasan tersebut bisa memacu para penegak aturan untuk menindaklanjutinya,” terangnya saat dihubungi

Bakir menerangkan persoalan politisasi bansos seharusnya mampu ditepis oleh Bawaslu dan pihak terkait lain. “Di sini integritas penyelenggara atau aktor pemilu, seperti Bawaslu dan pihak terkait lainnya dipertaruhkan. Para aktor pemilu harus mengawasi secara lebih jeli terhadap pelaksanaan pemilu di tengah kontestasi melibatkan anak biologis penguasa,” tegasnya

Baca juga: Menteri Harus Fokus, Bukan Malah Kampanye

Menurutnya, netralitas terhadap semua peserta pemilu dan keberpihakan pada tegaknya aturan main menjadi agenda yang harus ditegakkan secara bersama, termasuk kontrol masyarakat terhadap kerja para aktor pemilu.

Bakir berpendapat penguasa menjadi pihak yang paling berpeluang melakukan pelanggaran dengan segala kewenangan dan fasilitas yang disertakan. “Peluang untuk melakukan pelanggaran adalah penguasa, karena kekuasaan itu cenderung menyimpang (tend to corrupt),” tegasnya.

Baca juga: .

Ilustrasi: persediaan beras di gudang Bulog Cianjur

Bantuan Pangan Bulog Berbau Politik

Segala pelanggaran pemilu harus bisa ditepis. Pasalnya, efeknya akan sangat mengerikan jika dibiarkan bagi keberadaan demokrasi. “Apabila pelanggaran pemilu dibiarkan, maka secara perlahan tapi pasti, demokrasi sedang menggali kuburnya sendiri. Pemilu hanya ritual oligarki berjubah demokrasi,” ujarnya.

 

Preferensi Pemilih

Sementara itu, peneliti politik BRIN, Devi Darmawan mengatakan, dugaan dan spekulasi akan politisasi Bantuan Sosial (Bansos) sangat wajar terjadi, untuk itu penyaluran bansos harus diawasi.

“Untuk itu penyalurannya perlu diawasi agar tidak dimanfaatkan untuk kepentingan pemenangan calon tertentu,” kata Devi hari ini (22/01).

Sejak awal dugaan politisasi bansos sangat kencang, mengingat dilakukan saat masa kampanye dan oleh pemerintahan, presiden yang mendukung paslon tertentu. 

Menurut program pemerintah, ada 5 bansos yang akan turun awal tahun ini, yaitu BLT El Nino, Bantuan Pangan Beras, PKH, Bantuan Pangan Non Tunai, dan Program Indonesia Pintar. 

“Jadi masalahnya bukan tentang pembagian bansos semata, melainkan konteks pembagian berbagai varian bansos yang rawan dipolitisasi untuk menguntungkan pasangan calon tertentu menjelang pilpres,” sebut Devi. 

Bansos Jokowi pada musim kampanye, bukan tanpa pesan, tetapi akan berpengaruh pada preferensi pemilih. “Hal ini disebabkan oleh asosiasi bansos tentunya akan lekat dengan pemerintah petahana sehingga semakin memperkuat approval rating public terhadap Presiden Jokowi. Akibatnya “realitas Jokowi effect” akan semakin berpengaruh positif bagi salah satu pasangan calon yang dianggap lekat dan identik dgn program pemerintah incumbent,” jelas Devi.

Dengan adanya ‘kekuatan besar’, termasuk bansos di belakang paslon tertentu, maka persaingan antar paslon menjadi timpang. “Terutama, mengingat sejak awal pendaftaran kandidat capres cawapres sudah ada persepsi publik yg terbentuk tentang cawe-cawe presiden dalam pemilu mendatang,“ tandas Devi. (RO/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat