visitaaponce.com

Puisi-puisi Vasily Kazin

Puisi-puisi Vasily Kazin
(Ilustrasi: Benny Chandra)

Di Sini Aku Bertemu Denganmu Lagi... 

Di sini aku bertemu denganmu lagi, 
bersama-sama kita susuri pusat kota. 
Trem melaju di sepanjang trotoar 
seperti jalur bunga-bunga jagung. 

Ah, sungguh berkah kehadiranmu 
satu langkah rasa ini bangkit sudah! 
Sayang, kau harus pergi – bau rumput 
membuat trotoar-trotoar ikut berdenyut. 

Tanpamu sepi menguap kembali 
setiap langkah menyisakan kenangan manis... 
Kau menghilang, sedang aku merana 
menengok hampa dari lantai gedung bertingkat. 

1924 


Laut 

Inilah dia, sebuah puisi gelombang, 
lembaran kemuliaan yang gelisah! 
Seolah berlari-lari, menguap, 
dan ingin bertemu denganku. 
Namun hidup di Moskwa terpisahkan jembatan 
dia menarikku ke dalam amarahnya, 
bahwasanya kereta besi berdering dari laut 
akan segera tiba bersama lipatan ombak. 

Laut, laut! Kencan pertama
tentu saja, aku denganmu! 
Oh, sungguh ombak yang besar! 
Mengaliri semua mata air sebagai peneguhan. 
Sehingga berdetak dengan aliran wewangian
dan musik dari lautan yang asin 
berkumandang lembut 
di setiap sudut kota. 

Di kejauhan sana, gelombang demi gelombang 
mengalir deras dengan tarian bulat biru 
matahari menumpahkan percikan api, 
begitu silau saat acara karnaval di sana. 
Yah, tapi untuk memecahkannya 
barangkali perlu kekuatan baja pula,–
Oh, bukankah kau poros kesembilan? 

Laut, laut! Ombakmu tertawa... 
kau tidak mencium bau bebatuan, 
hampir menangis kau buatku kini: 
aku hanyalah semburan sumur, 
tak pernah bersua tetangga sejak dahulu. 

1926 


Pemain Akordeon 

Petugas kebersihan melihat ketenangan 
bagaimana angin bertiup di bawah pagar 
dan menguap... Tiba-tiba, seorang musisi 
memasuki pekarangan dengan akordeon. 

Dia mengaitkan tali ke bahunya, 
menebarkan cinta di deretan tuts, 
membunyikan nada di bawah jendela 
bunga-bunga pun melayang, melintasi padang rerumputan. 

Bangunan bata bergoyang-goyang, 
jauh, jauh, iramanya terdengar kian jauh, 
sedang buah stroberi perlahan-lahan 
mengeluarkan serat yang manis. 

Orang-orang berduyun-duyun ke jendela 
bergegas datang dengan penuh keceriaan 
bertelanjang kaki mendengar denting akordeon 
di hamparan es yang sedang tumbuh. 

Seorang tukang pos tiba, terpesona 
mengarahkan pandangannya ke alamat 
namun, ia mendapati bahwa surat-surat itu 
hanya ditujukan ke ladang jagung dan hutan. 

1922 


Kau menghilang, sedang aku merana dan menengok hampa dari lantai gedung bertingkat. 


Buruh Mei 

Aku mengetuk, mengetuk dengan palu, 
memutar, memutar pipa dengan linggis 
suara guntur mulai terbujuk rayuan 
baik di udara maupun di setiap rumah. 

Aku menggigit, menggigit ujung besi 
yang keras dengan guntingku, 
dan alirannya menuju ke 
serpihan lain di bawahku. 

Di halaman, usai cuaca dingin, 
kulakukan perbaikan yang sama.
Oh, berapa banyak, berapa banyak genangan air 
mengaliri potongan logam biru! 

Betapa kerasnya pipa baja ini 
tak sanggup kuketuk dengan palu kecil. 
Betapa deringnya derik mengental 
di lengkung ember dan tong! 

1919 


Zaman 

Hari-hari kita, begitu canggung, 
lebih berat daripada seabad silam. 
Bapak dan saudara mengerang 
anak-anak memandang tetua sebagai panutan. 

Pertikaian jadi suguhan makan malam bagi kami, 
bahkan dalam kegembiraan, kami mengerutkan kening, 
merawat gadis-gadis kecil, namun tiba-tiba saja 
tangan tergores dan terluka sendiri. 

Lingkaran berhala yang tercengang telah hilang.
Siapa akan tunduk terhadap kebaikan sang idola, 
ketika kita memiliki semacam ruang bawah tanah 
untuk mendidihkan rencana rekonstruksi 
dunia ini? 

Ruang angkasa diperban, sedang waktu dijagal 
menyelidiki pengetahuan yang rumit, tetapi akurat. 
Mereka enggan menyebut hidup sebagai takdir, 
namun percaya pada keberanian dalam diri sendiri. 

Tanda-tanda kekerabatan renggang: 
"Hoi, untuk siapa luka itu menganga -
atas nama perayaan predator 
atau perayaan di pabrik?!" 

Kini giliran tetua-tetua meneriaki 
anak-anak sedarah, yang tampak seperti ayah mereka.

Hari-hari kita ialah bubuk fajar, 
diselimuti kemegahan yang canggung, 
terasa lebih berat daripada seabad silam. 

1923 


Bacaan rujukan 
Kazin, V. Kumpulan Puisi Favorit. Moskwa: Khudozhestvennaya Literatura Publ., 1972.
Kazin, V. Rusia Tanah Airku (Puisi). Moskwa: Khudozhestvennaya Literatura Publ., 1967. 
Yevtushenko, E (penyunting). Puisi Abad Ini, Antologi Puisi Rusia. Minsk: Polifakt Publ., 1995. 

 

 

 

 


Vasily Vasilyevich Kazin, penyair Rusia, lahir di Moskwa, Kekaisaran Rusia, 6 Agustus 1898 dan wafat di Moskwa, Soviet-Rusia, 1 Oktober 1981. Tokoh pertama yang memasukkan tema buruh ke dalam puisi lirik Soviet. Dia adalah pendiri The Smithy, sebuah kelompok sastra penulis proletar. Pertama kali menerbitkan karyanya pada 1914. Buku kumpulan puisi lirisnya Buruh Mei (Petrograd: 1922) dan puisi naratif terkenalnya Mantel Rubah dan Cinta (1926), di mana dia mencela moralitas borjuis lewat dua puisinya; Laut Putih (1937) dan Permulaan Yang Hebat (1954). Kazin dianugerahi tiga penghargaan dan medali dari pemerintah setempat. Puisi-puisi di sini diterjemahkan oleh Iwan Jaconiah. Ilustrasi header: Benny Chandra, Gedung-gedung Tinggi, 30 x 30 cm, 2023, akrilik pada kanvas. (SK-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat