visitaaponce.com

Puisi-puisi Yesmil Anwar

Puisi-puisi Yesmil Anwar
Street Magic (2023), cat akrilik pada kanvas, 80 x 60 cm.(Ilustrasi: Max Savva)

Ilustrasi: Max Savva

Berjalan ke Barat

Kalender mati suri, jangan bertanya 
tentang jam, menit, dan detik 
hari hari perlahan bergegas 
masih terlihat menuju barat. 
Pengelana buta aksara, 
pembalut luka menganyam duka lara 
dalam birunya langit sepi pecandu. 
Begitu banyak orang lalu lalang 
makin terasa sendirian 
ada yang mamanggil namaku; 
menjajakan diri dari sudut trotoar kota tua. 
Ya, suatu hari tersesat di Warsawa 
ransel di bahu, perut diserang kelaparan. 

Teruslah berjalan ke barat 
petualang tak reda oleh derita para pelintas! 

2023 


Meminjam Mata Allah 

Di balik genderang ada benderang 
menyimpan seribu pengharapan 
tarian keberkahan merawat dedaunan luruh... 
di pantai landai lautan tenang 
Kau biarkan aku meminjamnya tanpa cela 
jutaan tahun bersusun menentukan ijab bumi 
kupinjam mata Allah untuk meneropong diri 
dari mana mau ke mana untuk apa? 

Mata hati dilimpahi cahaya, 
penciuman harum membasuh udara pantai 
membelah dada keimanan yang memberikan hidup. 

Pada-Mu kugenggam pagi 
di pantai benderang yang hening 

Duh... 

2023 


Jangan Bunuh Purnama 

Darah mengalir dalam kegelapan 
mencari ujung ujung sepi 
Purnama terbunuh! 
Ada seseorang membawa parang 
tak ada yang tahu ke mana arah perginya 
kecuali pelambai pemeluk cahaya 
tanpa peduli pada sumbernya 
Purnama mati tak bernisan! 
Orang hanya mengingat kapan ia datang 
dan bilamana ia pergi 
kematiannya hanya rutinitas 
tangisnya beku dalam nafas mempelai 
ada yang menyapa lewat puisi, lirik lagu, 
dan tembang tembang tua yang memuja 

Tak ada yang peduli kapan ia mati 
sebab ia sekadar datang dan pergi 
 
2021 


Teruslah berjalan ke barat sebab petualang tak reda oleh derita para pelintas! 


Sinetron Sambo 

Palu hakim diketuk, Sambo mati 
orang-orang ejakulasi bersama-sama 
lalu bertos dan berlalu dengan riang 
tidur pulas setelah hasrat terpuaskan 
jaksa dicibir hakim dielu-elukan 
layaknya pahlawan pulang perang 
dengan bedil memerah 
sepertinya bulan penyucian, 
kain kafan hukum tergelar di pengadilan Sambo. 
Bagaimana nasib artis dan 
aktor lainnya dalam sinetron ini? 
Sebuah pertanyaan yang sungguh bodoh 
peradilan jadi tontonan, 
media massa panen raya setiap hari, 
atas nama kebebasan menyiarkan berita... 
Siapa peduli siapa? 
Peradilan sudah jadi tontonan 
hukum tiba-tiba jadi pembicaraan 
penjaja jamu dan pelacur jalanan 
pintu pengadilan dijebol 
orang-orang berkaos seragam 
menyanyikan lagu untuk tersangka, pujaan hati mereka 
seraya mempersembahkan buah tangan tanda cinta. 
Para pengompor melepaskan syahwatnya 
atas nama kemanusiaan berseliweran di layar kaca. 
Lalu di mana kemartabatan lembaga peradilan, 
yang kini seolah-olah ada di ketiak media massa 
hakim diam-diam menyimak dan memamahinya untuk menjatuhkan putusan 
semboyan hukum sebagai lokomotif pembangunan tinggal slogan kosong! 

Rasa keadilan anak bangsa 
yang selama ini diasuh hukum penjajah, 
semakin terjajah dalam pikiran 
para penegak hukum dan pencari keadilan. 
Balas dendam atas nama hukum dilegalkan, 
benar-benar salah asuhan. 
Sinetron Sambo belum usai, 
masih akan ada babak lanjutan 
media massa akan terus panen raya 
sinetron Sambo lainnya bagai dogeng sebelum tidur! 

2023 


Haiku 

Langit tahajud, bening 
cahaya mata hati 
riuhnya hening 

2023 


Baca juga: Puisi-puisi Remy Sylado
Baca juga: Puisi-puisi Iwan Jaconiah
Baca juga: Puisi-puisi Yevgeny Yevtushenko

 

 

 

 


Yesmil Anwar, kriminolog dan penyair, lahir di Jakarta, 11 September 1954. Pendiri Kerabat Pengarang Bandung (KPB) di era 1980-an. Menulis esai-esai kajian hukum, seni dan budaya, serta persoalan sosial sejak 1975. Buku kumpulan puisinya, antara lain Dari Sebuah Pengabdian (Logoz Publishing, Bandung, 2014) dan Bunga Ilalang (Pustaka Haikuku, Bandung, 2017). Dedikasinya dalam dunia akademisi membawa dia meraih penghargaan Rucita Wicara dari Universitas Padjadjaran. Sehari-hari, berdomisili dan berpuisi di Bandung, Jawa Barat. (SK-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat