visitaaponce.com

Sirkus Sepak Bola La Albiceleste

Sirkus Sepak Bola La Albiceleste
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

DUA pertandingan uji coba dilakukan kesebelasan nasional Indonesia. Rabu lalu tim asuhan Shin Tae-yong berhadapan dengan Palestina di Stadion Bung Tomo Surabaya dan Senin nanti akan berhadapan dengan juara dunia Argentina di Stadion Utama Senayan Jakarta.

Setelah sekian lama tidak ada tim besar dan bintang besar hadir di Indonesia, wajar apabila antusiasme pencinta sepak bola menggebu-gebu. Apalagi promosinya luar biasa, mahabintang sepak bola Lionel Messi akan bergabung dengan tim ‘Tango’ yang melakukan lawatan ke Asia.

Belum tahu apakah Messi akan mendampingi rekan-rekannya tampil di negara yang paling menyukai sepak bola ini. Laporan terakhir, Messi dikabarkan tidak akan bergabung karena ingin memanfaatkan liburan musim panas untuk istirahat dari sepak bola bersama keluarganya. Kalau tawarannya ialah diundang berlibur sebagai tamu khusus ke Bali atau Labuan Bajo, bukan mustahil Messi akan memilih datang ke Indonesia.

Tanpa Messi, Argentina tetap sesuatu yang menarik untuk ditonton. La Albiceleste merupakan kesebelasan terbaik dunia yang pernah tampil di Stadion Utama Senayan. Belum pernah ada kesebelasan juara dunia yang tampil di Jakarta menghadapi tim ‘Merah Putih’.

Pele pernah dua kali bermain di Jakarta, tetapi bersama klubnya, Santos dan New York Cosmos. Demikian pula mahabintang Franz Beckenbauer. Ia main bukan di masa jayanya dan bukan hadir bersama tim ‘Panser’ Jerman, melainkan hanya dengan klubnya, Cosmos.

Kehadiran tim ‘Tango’ tentunya bisa menjadi momentum untuk memperbaiki citra sepak bola Indonesia setelah Tragedi Kanjuruhan delapan bulan lalu. Sekitar 135 penonton sepak bola Malang meninggal dunia terinjak-injak dalam musibah salah penanganan massa yang dilakukan polisi.

Insiden itu membuat klub seperti Borussia Dortmund memutuskan untuk membatalkan kunjungan ke Surabaya pada November tahun lalu. Semua takut untuk bermain di Indonesia sepanjang manajemen pertandingan sepak bola masih amatiran seperti sekarang.

Rabu lalu, penyelenggaraan pertandingan antara Indonesia melawan Palestina lumayan baik. Setidaknya tidak ada insiden yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah pertandingan yang berakhir imbang 0-0.

Ujian yang sesungguhnya akan terjadi saat kesebelasan Argentina tiba. Cara pengamanan sejak kedatangan sang juara dunia di Bandara Soekarno-Hatta akan diuji. Juga ketika para pemain tim Tango melakukan latihan dan mencoba lapangan di Stadion Utama Gelora Bung KarnoSenayan.

Semua pergerakan tim membutuhkan pengamanan yang baik. Semua pemain harus bisa merasa aman dan nyaman. Sebaliknya, para pecinta La Albiceleste yang fanatik jangan sampai mendapatkan perlakuan yang berlebihan.

 

Mengasah kemampuan

Pertandingan uji coba atau sekarang dikenal sebagai FIFA Matchday sebenarnya lebih ditujukan untuk mengasah kemampuan pemain dan tim. Umumnya dilakukan menjelang tampil dalam turnamen besar dan dipilih tim lawan dengan karakter bermainnya hampir mirip dengan calon lawan pada turnamen besar itu.

Kesebelasan Indonesia akan tampil dalam putaran final Piala Asia 2024 pada Januari tahun depan. Indonesia berada satu grup bersama Irak, Jepang, dan Vietnam di penyisihan grup. Argentina sendiri baru akan tampil penyisihan Piala Dunia 2026 Zona Amerika Selatan yang akan bergulir padaSeptember mendatang dan di ajang Copa America, pertengahan tahun depan.

Uji coba melawan Palestina merupakan pilihan yang tepat karena Palestina juga akan tampil di ajang Piala Asia 2024. Karakter bermain Palestina hampir sama dengan Irak yang mempunyai fisik yang lebih tinggi dan daya tahan fisik yang lebih kuat.

Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan mampu mengimbangi permainan Palestina. Bahkan,beberapa peluang emas didapatkan para pemain Indonesia. Sayangnya, finishing touch pemain masih lemah. Kalau tidak karena terlalu lama menahan bola, kesalahan dilakukan karena tendangan yang kurang terarah.

Kelemahan lain yang harus diperbaiki ialah saat menghadapi serangan balik lawan. Pada babak kedua, dua kali setidaknya pemain Palestina bisa mematahkan serangan di lapangan tengah dan dengan cepat melakukan serangan balik. 

Bisa tiga pemain Palestina naik menyerang dengan hanya tinggal dua pemain belakang Indonesia yang tersisa. Beruntung penyerang Palestina juga tidak cukup rapih melakukan penyelesaian akhir.

Argentina akan menjadi lawan yang berbeda karena tiga pemain lapangan tengah mereka bermain sangat efektif seperti ketika memenangi Piala Dunia 2022 lalu. Pelatih Lionel Scaloni memiliki Rodrigo de Paul yang kukuh sebagai jangkar. Ia juga memiliki Alexis Mac Allister yang kuat sebagai gelandang menyerang dan pemain muda terbaik pada Piala Dunia lalu, Enzo Fernandez.

Kesalahan seperti yang terjadi saat menghadapi Palestina tanpa ampun akan dimanfaatkan para penyerang Argentina untuk menjebol gawang Indonesia. Julian Alvarez dan Angel di Maria merupakan momok yang menakutkan bagi pertahanan sekelas Prancis sekalipun.

 

Sirkus sepak bola

Perbedaan bumi dan langit antara Indonesia dan Argentina membuat pertandingan uji coba pada Senin nanti hanya merupakan sebuah hiburan. Ibaratnya para pencinta sepak bola Indonesia akan menyaksikan sirkus sepak bola.

Terlalu berlebihan kalau para pemain dikatakan bisa belajar dari kehadiran La Albiceleste. Terlalu jauh tahapan yang harus dilalui tim asuhan Shin Tae-yong sebelum bisa sampai ke level permainan seperti Argentina.

Sejak 1970-an, kesebelasan Indonesia bertanding melawan pemain besar dunia, seperti Pele, Beckenbauer, sampai terakhir Ruud Gullit. Namun, setelah pertandingan selesai, para pemain kembali kepada kebiasaan lama, ke kualitas permainan yang dipunyai.

Memang tidak pernah ada jalan pintas dalam membangun sepak bola. Semua harus dimulai dari basic sepak bola yang benar. Basic sepak bola yang benar hanya bisa didapat kalau pelatih kelompok umurnya berkualitas. Bahkan, mereka harus ditempa di lapangan yang kualitasnya harus standar internasional.

Dengan basic yang baik, baru kemudian mereka bisa memahami bagaimana bermain di dalam sistem. Bagaimana bermain dalam ruang sempit yang memerlukan kecepatan perpindahan bola. Bagaimana cara memindahkan blok permainan dan seperti apa pemainnya harus bergerak. Belum lagi variasi untuk menembus pertahanan lawan. Kapan harus menggunakan wallpass, kapan harus menembus dengan satu-dua sentuhan.

Bagaimana cara memanfaatkan bola mati, baik untuk tendangan bebas maupun tendangan penjuru. Kapan pemain lini kedua masuk dari belakang dan kapan ia harus melepaskan langsung tendangan dari jarak jauh.

Sepak bola yang baik itu, menurut Johan Cruyff,ialah yang mampu memainkan simple football. Namun, untuk bisa memainkan simple football,harus melalui latihan yang berat, berulang-ulang, dan diasah akurasinya.

Kalau hanya sekali bertanding melawan juara dunia, lalu kualitas permainan timnya ingin berubah menjadi berkelas dunia, itu namanya utopia. Daripada hanya bermimpi lebih baik,nikmati saja permainan Argentina sebagai sebuah sirkus sepak bola. Para penonton pasti bertepuk tangan kalau Argentina mampu mencetak gol banyak ke gawang Indonesia. Penonton pun tidak akan marah kalau kesebelasan kita harus kalah.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat