visitaaponce.com

RAISA Dihadirkan sang presiden di Hari Kemerdekaan RI ke 77

RAISA Dihadirkan sang presiden di Hari Kemerdekaan RI ke 77
Presiden Comisioner Hotel Salak the Heritage, Hasan Hambali bersama salah satu temuannya RAISA.(MI/Dede Susianti)

PARASNYA menarik, kulitnya mulus tanpa noda dengan tatanan rambut pendek. Setelan jas dipadukan dengan syal bermotif yang terselip rapih di bagian lehernya membuatnya tampil elegan.

Begitulah tampilan RAISA, robot pintar buatan anak negeri yang dipersembahkan khusus oleh sang Presiden Comisioner Hotel Salak the Heritage, Hasan Hambali, di peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77, pada 17 Agustus 2022.

Hasan Hambali membuat RAISA karena hatinya tergerak dengan kemunculan robot-robot dari luar dengan bahasa asing. Dengan semangat itu, dia pun bertekad membuat robot berbasis Bahasa Indonesia. Niatnya untuk memberi kemudahan layanan pada masyarakat.

Sebenarnya robot RAISA itu sudah ada sejak 4 tahunan lalu, karena Hasan mulai mengerjakan pembuatan robot itu sejak 2018. Prosesnya kurang lebih satu tahun.

Kepada Media Indonesia, Jumat (12/8) Hasan menjelaskan, siapa RAISA dan cara kerjanya. Nama RAISA adalah singkatan dari Robot Artificial Intelligence Special Application. Robot ini dilengkapi dengan teknologi Artificial Intellegence (AI) atau kecerdasan buatan.

"Untuk mencerminkan ke masyarakat luas, hari jadi Republik Indonesia bahwa kita punya robot artivisial intelejen, sangat dekat di hati. Kecerdasan buatan. Jadi robot ini memang buatan, punya kecerdasan bukan robot bodoh tapi bisa berpikir dan berbahasa Indonesia," ungkap Hasan.

RAISA, lanjutnya, adalah pendeteksi suara, alat bantu penyampai informasi yang dibutuhkan oleh manusia. Di bagian depan robot terdapat monitor yang berfungsi sebagai alat berkomunikasi.

"Kepada RAISA kita bisa bertanya apa saja. Dia akan memberikan informasi yang kita tanyakan, data statistik, pertanyaan umum bahkan menceritakan hal-hal lucu atau pertanyaan lucu," tutur Hasan.

RAISA ungkapnya, dapat diprogram sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat digunakan di tempat-tempat lain serta disesuaikan dengan kebutuhan tempat tersebut. Bisa untuk bank, pusat informasi, perkantoran atau tempat umum lainnya. Bahkan dia membantu alat itu sangat efisien dan akan membantu para pimpinan lembaga dan mungkin juga Presiden yang membutuhkan laporan dari bawahannya.

Dia mencontohkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bisa dengan mudah mencari data dan melaporkan kepada Presiden.

"Misal Menteri Pertanian di telepon sama Pak Presiden. "Pak berapa produksi padi tahun 2021 bulan Maret? Pusing cari data. Tanya ke anak buahnya. Cepat-cepat presiden nanya. Harus lihat dikomputer. Itu tidak efektif. Tanya saja sama robot ini. Raisa berapa produksi tahun ini? keluar itu data. Karena di dalamnya ada otak yang mencari. Itu kan aplikasi, mengefisienkan. Jadi presiden juga gak perlu nanya ke Mentan, tinggal hadirkan Raisa di ruangannya," tuturnya.

RAISA lanjutnya, sudah ada dan diaplikasikan di Hotel Salak. Dia melayani pertanyaan yang diajukan tamu-tamu mulai dari letak toilet, musholah, kamar, informasi mengenai staff hotel, serta informasi lain yang dibutuhkan.

Fungsi lainnya juga, alat ini bisa untuk menghidupkan atau mematikan perlengkapan di rumah seperti menyalakan atau menghidupkan lampu atau AC.

"Jadi robot ini data base saya masukin ke situ, sehingga dia bisa menjawab apapun, apa yang saya tanya, yang kita perlukan. Tapi kalau pas gak ada data diinput ke robot itu, dia nyari ke google secara otomatis. Misal lokasi Indomart dekat sini. Itu tidak mungkin dimasukin. Karena swalayan itu bisa buka setiap saat. Bisa buka, bisa tutup. Jadi dia nyari ke google. Tapi itu juga bahasa Indonesia, logatnya Indonesia. Ini robot Indonesia".

Alat tersebut juga, Bisa dipasang untuk memantau bencana atau di daerah-daerah rawan bencana.

"Kalau orang nunggu posko bencana alam ada gunung meletus bisa kabur. Kalau dia kan gak bisa kabur. Daerah-daerah berbahaya, militer, di Irian Jaya, itu kan penting. Jadi benarkan ini hadiah Indonesia merdeka,"katanya.

Namun sayangnya alat ini belum bisa diproduski massal, karena belum ada investor dan memang belum ditawarkan secara luas. Pihaknya hanya membuat alat ini sesuai permintaan atau pesanan saja.

"Untuk membuat satu robot ini bisa mencapai Rp20 juta. Jadi saya buat kalau ada pesanan saja. Alat ini juga belum dipatenkan. Nanti jika akan diproduksi masal, pasti proses paten akan dillakukan,"katanya.

Di Hari Kemerdekaan RI ini, dia pun mempersembahkan tiga inovasi lainnya yakni Bluetooth Base Equipment Controller. Namun untuk memudahkan mengingat dia menyebut atau menamai alat ini RAS (Room automation system). Di Hotel Salak miliknya, alat ini kini sudah difungsikan di dua kamar presiden suites.

Alat ini adalah alat bantu untuk mengontrol alat elektronik yang digunakannya sehingga dapat di aktifkan maupun dinonaktifkan hanya dengan melalui ponsel.

Ini, lanjutnya, mempermudah kegiatan manusia, sehingga tidak perlu berpindah tempat untuk menyalakan atau mematikan alat elektronik seperti lampu, AC, kipas angin, mesin air dan alat elektronik lainnya.

“Saya buat aplikasinya dan ini terhubung dengan aplikasi WhatsAap yang ada di smartphone dengan media bluetooth. Dengan alat ini kita bisa mengendalikan dengan HP," jelasnya.

Temuan Lain Hasan

Inovasi lain yang dibuat Hasan yang jebolan dari tiga kampus ternama, yakni ITB, UI dan IPB, ada alat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dia menciptakan Bad Odor Buster (BOB) Anti Airborne yang dapat memusnahkan virus, dan bakteri yang berterbangan di udara.

Tak hanya itu alat BOB ini juga dapat membersihkan udara di sekitar ruangan. Tepatnya menghilangkan bau-bauan tidak sedap seperti bau apek, bau masakan. Udara dalam ruangan menjadi lebih segar.

"Pertama kalau bau tidak sedap disebabkan oleh mikroba yang berada di udara, beterbangan menyebabkan busuk sehingga udara tidak nyaman. Dengan alat ini mikroba -mikroba, virus dan bakteri terbunuh dan diendapkan".

Selain itu penggunaan alat ini juga dapat memberikan efek pada buah-buahan dan sayur sehingga akan lebih bertahan lama. Pada alat ini terdapat 5 antena yang akan memancarkan ion-ion negatif yang akan memusnahkan virus dan bakteri.

"Beda itu dengan alat furifier itu ada kipasnya. Bunyi dengan jarak dihadapkan ke filter. Kalau ini engga. Fungsi kerjanya dia memancarkan ion ke udara. Dan ion itu kalau begitu ketemu sama virus langsung dijatuhkan virusnya ke bawah. Kalau ketemu sama kulit langsung, kulitnya segar. Karena butuh ion, itu bisa kecantikan wajah," ungkapnya.

Penciptaan alat ini berawal dari pemgalaman dirinya pada masa TK, SD hingga SMA yang selalu menderita pilek yang berdampak buruk bagi kesehatannya. Dia selalu mengalami bengek.

"Jadi dulu, waktu saya TK dan SD paling gampang kena pilek. Kena hujan sedikit, pilek. Kena asap orang bakar sampah, pilek. Pokoknya alergi. Pilek nyambungnya saya ke batuk, demam. Bengek gak bisa ke sekolah. Hampir tiap bulan".

Cerita derita pilek itu terus berlanjut di masa SMP, SMA. Dan mulai berakhir ketika dia masuk kuliah di ITB, jurusan elektronik. Saat itu ada pelajaran mengenai teknologi ion.

"Katanya dosen saya, teknogi ion itu, dikembangkan karena ada kejadian di alam. Yaitu kalau di pegunungan, di puncak, di lembang, itu udaranya fresh. Dan kalau ada mobil macet, asepnya cepat hilangnya. Beda dengan di Jakarta.

Karena disamping debu- debu cepat mengendap, virus- virus yang ada di udara juga kalau dibunuh relatif mati. Ion itu dipancarkan oleh gunung merapi. Aktivitas larva.  "Saya dengerin materi kuliahnya. Gunung merapi banyak kegiatan larva memancarkan ion ke udara yang negatif. Kemuidian ion itu menyebabkan imunitas tubuh yang meningkat, segar. Udara jadi bersih. Kemudian bagaimana menciptakan ion dari alat bukan dari merapi. Jadi artipisial. Kan kalau dari gunung berapi alam, natural. Jadi di ilmu elektro diajarin bagaimana memancarkan ion negatif itu seolah- olah di gunung berapi," ungkapnya.

Dari situ, sepulang kuliah, dirinya langsung menhitung dan menyolder, membuat sebuah alat. "Jadi alat ini terinspirasi dari daerah pegunungan yang sejuk dan menyegarkan karena ion negatif yang dipancarkan oleh aktifitas larva gunung," katanya.

Jadi, lanjutnya, alat ini sebenarnya sudah dibuat sejak lama, tepatnya tahun 1986. Setelah lulus dari ITB dia bekerja di perusahaan oil company dan berpindah-pindah negara. Dia pun selalu membawa dan menggunakan alat tersebut.

Singkat cerita, suatu saat pulang ke Indonesia dan membangun Hotel Salak ini, dia melupakan alat tersebut, karena merasa sudah tidak lagi menderita pilek.

"Jadi seolah- olah sudah kuat. Biasalah kalau orang sudah terbiasa, alat itu gak begitu penting. Jadi saya mulai sering pilek lagi, batuk lagi. Saya lupa kalau saya punya alat itu. Sampai korona yang tiba-tiba heboh, baru inget saya," katanya.

Nah sejak itu, atau sekitar tahun 2020, dia kembali menggunakan alat yang pernah dibuatnya.

Diakuinya saat ini seluruh sudut area publik di Hotel Salak Haritage sudah difasilitasi oleh alat tersebut, sehingga akan memberikan manfaat bagi para tamu hotel.

Sama halnya dengan robot RAISA, alat ini juga belum diproduksi secara masal. Saat ini dirinya baru memenuhi pesanan dari tamu-tamu hotel yang membeli untuk oleh-oleh.

Namun sejumlah instansi, lembaga di beberapa daerah disebutnya sudah menggunakan alat ini. Untuk satu set alat ini dia menghargainya sebesar Rp3 juta.

Diantaranya IPB University, tepatnya di laboratorium kedokteran hewan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor.  "Selama satu tahun ini, saya sudah buat lebih dari 100 unit,"ujarnya.

Sementara itu, terinspirasi cerita lucu di film yang dibintangi Dono, Indro, Kasino dan terungkapnya banyak kasus robot forex palsu yang menyebabkan orang menjadi korban penipuan, Hasan Hambali juga menciptakan alat yang dapat mempermudah manusia mendapatkan pundi-pundi rupiah.

Robot trading itu dinamainya Angle, karena dianggap dapat membantu manusia di dunia pasar valas.

Hasan membuat program menggunakan logika algoritma yang dapat melihat naik turunnya curva, sehingga ketika turun dia akan otomatis membeli dan sebaliknya ketika naik otomatis dijual. Dari alat itu, lanjutnya, keuntungannya bisa 20 persen per tahun.

Ada harapan besar yang diungkapkan Hasan. Saat ini dirinya menanti kehadiran investor, rrkanan untuk semua hasil-hasil kerjanya dan terus mengembangkannya. Dia berkeinginan semua inovasinya bisa menjadi unicorn.

"Saya mengharapkan ada partner yang mau bergabung dengan saya, sama-sama kembangkan dan semua ciptaan saya bisa jadi unicorn dan bisa bermanfaat dan digunakan masyarakat di seluruh Indonesia," tutupnya. (OL-13)

Baca Juga: Literasi Digital Dapat Hasilkan Konten Viral Positif di Dunia Maya

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat