visitaaponce.com

Insinyur Dituntut Mampu Beradaptasi dengan Digitalisasi dan Internet

Insinyur Dituntut Mampu Beradaptasi dengan Digitalisasi dan Internet
Sejumlah insinyur berbagi pengalaman dalam talkshow yang digelar November lalu(DOK/PII)

DIGITALISASI di era industri 4.0 saat ini mutlak harus dilakukan. Tak terkecuali bagi insinyur agar bisa mendapatkan posisi strategis dalam suatu proyek.

Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia
(PII) Pusat, Bambang Goeritno, Senin (5/12).

Menurutnya, setiap insinyur  memerlukan banyak adaptasi dengan berbagai kondisi pekerjaan. Pada era industri 4.0 digitalisasi sangat
dibutuhkan insinyur dan tidak bisa ditawar lagi.

"Kini para insinyur di Tanah Air sedang memasuki era digitalisasi dan automasi yang mengharuskan mereka yang bekerja di Indonesia untuk bisa fokus pada peningkatan keterampilan dan kompetensi secara terus-menerus," katanya.

Bambang menjelaskan, penguasaan digitalisasi membuat para insinyur menjadi lebih mudah, cepat, dan akurat dalam pekerjaannya. "Sehingga
menghasilkan deliverables yang lebih berkualitas pastinya," kata dia.

Disinggung penguasaan digitalisasi dan automasi seperti apa yang harus
dimiliki insinyur, menurutnya terdapat beberapa hal seperti big data,
internet of things (IoT), dan sensor-based t. echnology.

"Lalu geographic information systems (GIS), building information modelling (BIM), augmented reality (AR) and mobile technology, dan artificial intelligence (AI). Ini semua akan menopang karier para Insinyur untuk bisa mendapatkan posisi strategis di proyek dan perusahaan tempat bekerja," katanya.

Proses adaptasi ini, terutama diperlukan insinyur pemula. "Jenjang karir insinyur dimulai dari insinyur level junior yang membutuhkan banyak adaptasi dengan pekerjaan maupun proses belajar lebih
lanjut. Karena itu, mereka bisa menjadi insinyur berpengalaman yang lebih matang dan memutuskan jalur mana yang akan mereka pilih seperti manajemen proyek, spesialis, atau pengembangan bisnis." jelasnya.

Sementara itu, Ketua Umum PII Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan, daya
saing insinyur pun harus didukung oleh sertifikasi internasional. Dalam
upaya tersebut, PII terus memfasilitasi anggotanya melalui kerja sama dengan International Engineering Alliances (IEA).

"Daya saing global insinyur Indonesia sangat perlu didukung oleh
Sertifikasi Internasional," katanya.

Saat ini, menurut dia, terdapat sekitar 23 ribu insinyur profesional.
Dari jumlah itu, sekitar 2-3% di antaranya merupakan insinyur asing yang menjadi insinyur profesional sesuai amanah Undang-undang Nomor 11 Tahun 2014.

"Jadi untuk melakukan praktek keinsinyuran, semua insinyur (lokal
maupun asing) wajib mengikuti program sertifikasi Insinyur Profesional
dan mendapatkan Izin Praktik Keinsinyuran (STRI)," katanya.

Lebih lanjut, menurut Danis, terdapat beberapa kompetensi kunci yang harus  dimiliki insinyur. "Project Management, Entrepreneurship, Leadership & Communication, Technical Specialization, English and Various Foreign Languages, Presentation Skills, Teamwork & Cooperation, Code of Ethics, dan Digital skills related to engineering profession," katanya.

Agar semua itu bisa terkuasai, Danis memastikan pihaknya terus berupaya
meningkatkan kompetensi insinyur untuk menambah wawasan dalam berbagai
sektor keinsinyuran baik secara nasional maupun global. Salah satunya
dengan menyelenggarakan talkshow bertajuk 'Cerita Tentang Insinyur yang
Bergelut di Berbagai Sektor Keinsinyuran' pada 17 November lalu.

Acara ini menghadirkan sejumlah panelis yang sudah ahli dan
berpengalaman dalam sektor keinsinyuran. "Tujuan webinar ini untuk
berbicara banyak hal mengenai pentingnya peran insinyur dalam berbagai
sektor keinsinyuran," katanya seraya menyebut peserta mengapresiasi PII
atas inisiasinya dalam mengadakan acara tersebut. (N-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat