visitaaponce.com

Literasi Digital Mampu Tangkal Hoaks di Dunia Maya

Literasi Digital Mampu Tangkal Hoaks di Dunia Maya
Ilustrasi hoaks(Dok. MI)

DUNIA maya telah banyak mengambil peran dari dunia nyata. Oleh karena itu, saat ini sangat penting untuk mengembalikan nilai-nilai luhur di dunia nyata ke dunia maya lewat kemampuan literasi yang baik. 

Menurut wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, literasi bukan hanya soal membaca, tetapi juga bagaimana memahami dan mengerti. 

“Artinya, kita harus bisa berkomunikasi dengan baik, memilah dan memilih informasi yang benar, serta menebar inspirasi. Generasi muda harus didorong untuk gemar membaca, berilmu, dan berwawasan. Termasuk berpikir terbuka dan adaptif terhadap perubahan,” ujarnya saat menjadi pembicara kunci diskusi bertajuk Bijak dan Cakap Menghadapi Hoaks di Media Sosial yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital SIberkreasi.

Baca juga : Genshin Impact Bakal Temani Mudik Gamers Tahun ini

Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Yanti Dwi Astuti menguraikan arti hoaks, yaitu suatu cerita bohong, informasi palsu, yang bertujuan untuk mempermainkan, memperdaya, dan menipu. 

Hoaks bisa digunakan untuk tujuan lelucon, tetapi juga sering dipakai untuk tujuan yang serius. Misalnya, dalam dunia politik, hoaks digunakan untuk pencitraan atau menjatuhkan citra seseorang maupun kelompok.

Baca juga : Teknologi ini Memungkinkan Mengakses Internet dari Mana Saja dan Kapan Saja

Yanti juga menjelaskan klasifikasi hoaks yang terbagi menjadi tujuh macam. Ketujuh macam tersebut adalah satire/parodi, yaitu konten yang mengecoh meski tidak berniat jahat; false connection, yaitu konten yang memiliki isi berbeda dengan judul; false context, yakni konten disajikan dengan narasi keliru; misleading content, yaitu konten yang dipelintir untuk menjelekkan sesuatu; imposter content, yakni konten yang mencatut nama tokoh publik tertentu; manipulated content, yaitu konten yang sudah diubah untuk mengecoh; dan fabricated content atau konten yang 100 % palsu.

“Agar cerdas menangkal hoaks di media sosial, bisa dilakukan dengan tidak menyebarkan berita sebelum memeriksa kebenarannya, berhati-hati terhadap judul berita yang provokatif, segera mengadukan ke pihak berwenang apabila menemukan hoaks,” tuturnya.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Bogor Rahmat Hidayat menambahkan, hoaks hanya memproduksi kerugian waktu dan uang, pengalihan isu, penipuan publik, serta pemicu keresahan dan kepanikan publik.

Mengutip sebuah survei, hoaks banyak disebarkan lewat situs (34,9 %); aplikasi percakapan (62 %); serta di media sosial yang mencapai 92,4 %. Bahkan, Kominfo mencatat sebanyak 800.000 situs di Indonesia terindikasi sebagai penyebar hoaks dan ujaran kebencian.

“Hoaks meningkat sangat tajam secara lokal, regional dan nasional pada moment Pemilihan Umum baik di level nasional maupun daerah. Hoaks memiliki cakupan populasi yang besar dalam lima sampai enam kali tweet, dan berpotensi lebih besar secara eksponensial,” ujarnya.

Rahmat menegaskan, pemerintah tidak berdiam diri untuk menangkal dan memberantas hoaks. Beberapa upaya dilakukan, seperti pembentukan Badan Siber dan Sandi Nasional, bekerja sama dengan penyedia platform, bermitra dengan Dewan Pers, sera memblokir situs yang terindikasi penyebar hoaks maupun ujaran kebencian. Selain itu, literasi digital juga efektif untuk menangkal hoaks. 

Sementara itu, pemengaruh (influencer) Iris Wullur mengingatkan, bersikap tidak mudah percaya atau skeptis terhadap segala berita yang beredar di media sosial amatlah penting. Apalagi, media sosial memiliki dampak besar bagi penggunanya, terutama generasi muda yang belum cukup matang untuk memilah dan memilih informasi yang beredar di dunia maya. 

“Periksa sumber informasi di dunia maya, selalu cek fakta, jangan gampang terpancing emosi, dan selalu berpikir kritis. Apabila masih ditemukan penyebaran hoaks, segera lapor ke situs Kominfo agar segera ditindaklanjuti,” ucap Iris. 

Workshop Literasi Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

Workshop literasi digital didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital. 

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengatakan, selain membangun infrastruktur digital, pusat-pusat data, dan telekomunikasi di seluruh Indonesia. Kemenkominfo juga secara langsung mengadakan sekolah vokasi untuk menghasilkan tenaga kerja yang bertalenta digital. 

“Kemenkominfo menyiapkan program-program pelatihan digital pada tiga level, yaitu Digital Leadership Academy yang merupakan program sekolah vokasi dan pelatihan yang diikuti oleh 200-300 orang per tahun bekerja sama dengan delapan universitas ternama di dunia. Digital Talent Scholarship sebagai program beasiswa bagi anak muda yang ingin meningkatkan kemampuan dan bakat digital. Dan yang terakhir Workshop Literasi Digital yang dapat diikuti secara gratis bagi seluruh masyarakat di Indonesia,” tutur Johnny. (RO/Z-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat