visitaaponce.com

Jejak Kisah Para Tokoh Pergerakan di Banda Neira

Jejak Kisah Para Tokoh Pergerakan di Banda Neira
Cuplikan pementasan lakon 'Mereka yang Menunggu di Banda Naira' (Dok. Indonesia Kaya).(Dok. Indonesia Kaya)

Mengakhiri tahun 2021, Titimangsa Foundation kembali menyajikan pertunjukan bagi penikmat seni Tanah Air. Kali ini, yayasan yang didirikan seniman, Happy Salma itu mengalihwahanakan kisah di balik novel 'Bung Di Banda' karya Sergius Sutanto ke dalam teater berjudul 'Mereka yang Menunggu di Banda Naira'.

Pertunjukan tersebut menjadi pementasan luring perdana Titimangsa Foundation bersama Bakti Budaya Djarum Foundation di masa pandemi covid-19, pada 25 November lalu. Kala itu, pementasan berlangsung di Gedung Kesenian Jakarta, yang mana dokumentasinya kini dapat disaksikan secara gratis di kanal Youtube Indonesia Kaya.

Terselenggaranya pementasan kali ini juga tak luput dari peran almarhum, Gunawan Maryanto. Seniman yang semasa hidup cukup populer di dunia seni peran itulah yang pertama kali mengalihwahanakan kisah 'Bung di Banda', ke dalam naskah pementasan. Hasil alihwahan itu kemudian ditafsirkan ulang oleh sutradara, Wawan Sofwan hingga kini dapat disaksikan masyarakat secara daring selama enam bulan ke depan.

'Mereka yang Menunggu di Banda Naira' mengisahkan empat tokoh pergerakan Nasional yakni Sutan Sjahrir, Mohammad Hatta, dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Iwa Koesoema Soemanteri, di Banda Naira, Kepulauan Banda, Maluku. Pada awal abad 20, tempat itu menjadi lokasi pembuangan para tahanan politik pemerintah Hindia Belanda.

Salma, dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, Kamis, (23/12) mengatakan pementasan kali ini cukup menarik. Pasalnya, penikmat seni maupun pemeran sama-sama berada di atas panggung selama pentas berlangsung. Tak hanya itu, mereka bahkan dapat melihat pergantian babak dan set secara langsung, dan bagaimana kerja sama yang ditunjukan para aktor dan kru.

"Pertunjukan ini bagi saya pribadi membuka banyak pikiran akan cita-cita kemerdekaan yang diucapkan oleh Bung Sjahrir, Bung Hatta, Bung Iwa Soemantri, dan Bung Cipto. Des alwi serta perempuan Belanda yang bernama Maria begitu menohok, terutama soal keragaman dan harga diri. Semoga penikmat seni yang akan menyaksikan lakon ini dari rumah secara virtual dapat merasakan energi yang sama dengan para penikmat seni yang melihatnya secara langsung,” imbunya.

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian menambahkan lakon kali ini diselenggarakan secara hybrid, sebagai bukti bahwa dunia seni pertunjukan di Indonesia dan para pekerja seni selalu menemukan cara untuk terus hidup dan berkembang. Mereka dapat bertahan meski pandemi Covid-19 telah memberi banyak tantangan.

"Semoga penayangan lakon ini di kanal YouTube Indonesia Kaya dapat menjadi solusi hiburan serta sajian di penghujung tahun yang mengedukasi dan menambah wawasan para penikmat seni di berbagai daerah tentang sejarah pertemuan para tokoh penting pergerakan Indonesia ini," ujarnya.

Pentas 'Mereka yang Menunggu di Banda Naira' berlangsung sendiri selama kurang lebih 120 menit. Sejumlah aktor kenamaan turut bermain dalam pementasan kali ini, seperti Reza Rahadian (Sutan Sjahrir), Lukman Sardi (dr. Tjipto Mangoenkoesoemo), Tanta Ginting (Mohammad Hatta), Verdi Solaiman sebagai Iwa Koesoema Soemanteri, dan Willem Bevers (Kloosterhuis). Selain itu, ada juga Julie Estelle (Maria Duchtaeau) yang baru pertama kali menjejakkan kaki di panggung teater, serta aktor cilik pendatang baru, Akiva Sardi (Des Alwi). (M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat