visitaaponce.com

Para Ilmuwan Ingatkan Dampak Global dari Deforestasi

Para Ilmuwan Ingatkan Dampak Global dari Deforestasi
Ilistrasi: Hutan(unsplash.com/Gagandeep Singh)

Pohon antara lain berfungi menghasilkan oksigen bagi umat manusia. Namun, sayangnya, jumlah pohon di dunia semakin menyusut. Sebuah makalah yang diterbitkan baru-baru ini memprediksi konsekuensi parah bagi manusia, satwa liar, dan ekosistem planet ini jika hilangnya pohon secara meluas terus berlanjut.

"Tahun lalu, kami menerbitkan laporan State of the World's Trees, di mana kami menunjukkan setidaknya 17.500 spesies pohon, sekitar sepertiga dari 60.000 spesies pohon di dunia, terancam punah," kata Malin Rivers, penulis utama makalah dan kepala prioritas konservasi di Botanic Gardens Conservation International (BGCI).

“Tanpa bertindak sekarang, itu akan berdampak pada kemanusiaan, ekonomi, dan mata pencaharian kita. Secara ekologis, itu akan memiliki dampak bencana di planet ini,” imbuhnya seperti dikutip The Guardian, Senin (5/9).

Peringatan bersama dari BGCI dan Kelompok Spesialis Pohon Global dari komisi kelangsungan hidup spesies Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN SSC) ini, didukung oleh 45 ilmuwan dari lebih 20 negara, termasuk Inggris, AS, India, dan Haiti. Mereka menyerukan tindakan segera melalui petisi yang ditandatangani oleh lebih dari 30 organisasi, termasuk pihak pengelola kebun raya, arboretum, dan universitas.

Menurut makalah tersebut, hutan dunia menyumbang US$1,3 triliun untuk ekonomi global. Kayu adalah komoditas yang paling berharga, tetapi produk non-kayu, seperti buah, kacang-kacangan, dan obat-obatan, menghasilkan US$88 miliar dalam perdagangan global. Dari buah yang tersedia untuk konsumsi global, 53% berasal dari pohon.

Spesies pohon yang  umumnya diabaikan menghadapi ancaman kepunahan berjumlah dua kali lipat, studi itu memperingatkan.

Secara global, lebih dari 1,6 miliar orang tinggal dalam jarak 5 km (3 mil) dari hutan dan bergantung padanya. Di negara berkembang, hutan menyediakan hingga 25% dari pendapatan rumah tangga.

“Beberapa orang tinggal di hutan dan menggunakannya untuk kebutuhan hidup, untuk makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan,” kata Rivers.

Menurutnya pohon juga memiliki makna spiritual atau budaya . “Ketika spesies pohon itu hilang, warisan budaya itu juga hilang, seperti pohon darah naga di Yaman, atau baobab di Madagaskar.”

Kepunahan spesies pohon dalam skala besar akan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati yang besar. Setengah dari spesies hewan dan tumbuhan dunia bergantung pada pohon sebagai habitatnya. Rivers menyebut sekitar 75% spesies burung, 68% spesies mamalia, dan sebanyak 10 juta spesies invertebrata hidup di hutan. Spesies yang bergantung pada hutan telah menurun sekitar 53% sejak 1970.

“Ketika kita melihat risiko kepunahan mamalia atau burung, yang menjadi penyebabnya adalah hilangnya habitat, dan hilangnya habitat sering kali adalah hilangnya pohon. Jika kita tidak menjaga pohon, tidak mungkin kita bisa menjaga semua kehidupan lain di sana,” jara Rivers.

Kepunahan satu spesies pohon dapat secara signifikan mengubah suatu ekosistem, menyebabkan efek domino pada kemampuannya untuk berfungsi. Dia mencontohkan ketika pohon eucalyptus dan dipterocarp rusak, misalnya, hutan lebih rentan terhadap kebakaran, hama, dan penyakit.

Hutan juga menyediakan 50% penyimpanan karbon dunia, sehingga kepunahan pohon lebih lanjut akan mengurangi kemampuan kita untuk melawan kerusakan iklim. “Hal baru dalam makalah ini adalah keragaman pohon menjadi hal yang sangat penting,” kata Rivers.

Keanekaragaman Hayati

Makalah penelitian ini juga menunjukkan bahwa hutan yang beragam menyimpan lebih banyak karbon daripada monokultur. Itu berlaku untuk banyak fungsi ekologis, tidak hanya menangkap karbon, tetapi menyediakan habitat bagi hewan, stabilisasi tanah, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta ketahanan terhadap badai dan cuaca buruk. “Dengan kehilangan keanekaragaman pohon, kita juga akan kehilangan keanekaragaman fauna, seperti burung, mikroorganisme, dan serangga.”

Lebih dari 100 spesies pohon sudah punah di alam liar, tetapi meskipun penting,  miliaran pohon  makin menyusut karena hama, penyakit, spesies invasif, kekeringan, kerusakan iklim, dan deforestasi untuk industri kayu, peternakan, kelapa sawit dan pertanian lainnya, dari pulau tropis hingga daerah kaya spesies, seperti Amazon dan Kalimantan.

Menjelang konferensi keanekaragaman hayati Cop15 PBB di Montreal Desember ini, para ilmuwan di balik makalah ini menyerukan lebih banyak perlindungan untuk pohon-pohon dunia, termasuk memperkuat peran pohon dalam kebijakan lingkungan dan iklim. (M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat