Sepeda Tidak Akan Mati
SEPEDA merupakan kendaraan beroda dua yang digerakkan dengan cara dikayuh oleh pengendaranya. Tidak hanya untuk transportasi pribadi, sepeda juga bisa dimodifikasi untuk transportasi umum seperti becak sepeda. Bisa juga ntuk berdagang dengan menggabungkan gerobak dan sepeda.
Sepeda tidak selalu beroda dua ada juga sepeda yang beroda satu disebut juga dengan unicycle. Sepeda jenis ini lazimnya digunakan untuk atraksi,bukan untuk aktivitas sehari-hari.
Tercipta sejak abad ke-19, di Indonesia, seperti tertulis dalam buku Jakarta Tempo Doeloe, sepeda baru masuk pada masa kolonial Belanda. Sepeda saat itu menjadi barang mewah karena hanya bisa dimiliki oleh orang-orang Belanda atau saudagar dari Cina.
Kini, di abad ke-21, sepeda bisa dimiliki oleh semua kalangan dengan jenis dan model yang bermacam-macam, di antaranya ada sepeda BMX, sepeda lipat, sepeda gunung. dan masih banyak lagi. Harganya juga beragam sehingga semua orang berkesempatan untuk memiliki sepeda. Bahkan, jika tidak ingin membeli, sekarang sudah ada beberapa aplikasi penyewaan sepeda yang bisa diakses dan menerima pembayaran melalui e-wallet.
Bersepeda termasuk kegiatan yang tidak lekang popularitasnya. Bahkan, di masa pandemi covid-19, sepeda menjadi salah satu olahraga yang diminati karena dengan bersepeda bisa membuat tubuh menjadi sehat, menghilangkan stress dan banyak manfaat lainnya.
Meskipun sepeda bisa digolongkan sebagai transportasi kuno, dan banyak moda transportasi yang lebih baik dalam segi kecepatan, efisiensi, dan teknologi, itu tidaklah membuat sepeda mati dan tidak diminati lagi oleh khalayak ramai. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyak orang yang menjadikan sepeda sebagai hobi, dan biasanya mereka akan bersepeda di akhir pekan.
Barangkali ada dua tipe orang yang menjadikan sepeda sebagai hobi. Yang pertama adalah pesepeda yang menjalankan hobinya seorang diri. Termasuk dalam tipe ini adalah mereka yang bersepeda sendiri atau tidak bergabung dengan suatu komunitas sepeda.
Arifin Rahman, warga Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten merupakan salah satu dari banyak pesepeda yang bisa digolongkan ke tipe yang pertama karena dalam wawancaranya ia mengatakan “Saya hanya hobi bersepeda, tidak memiliki komunitas, seperti mereka para mania goweser.”
Awalnya ia hobi bersepeda karena melihat komunitas-komunitas yang seringkali bersepeda di hari Minggu pagi. Ia melihat bersepeda adalah olahraga yang menyenangkan. Selain membuat fisik terjaga, bersepeda juga bisa membuat psikis sehat, karena sepanjang perjalanan bisa menikmati keindahan alam dan menjadikan pikiran menjadi segar kembali.
“Bersepeda juga bisa menambah teman sesama pengendara sepeda,waluapun baru sekali bertemu di jalan tapi sudah menjadi seperti saudara,” imbuhnya.
Sepeda kebo
Tipe yang kedua adalah pesepeda yang mengikuti atau bergabung dengan komunitas sepeda. Umumnya mereka yang bergabung dengan komunitas sepeda memiliki kesamaan berupa daerah tempat tinggal yang sama, bekerja di tempat yang sama atau bersekolah di sekolah yang sama.
Komunitas sepeda pun bermacam macam, ada yang semua anggotanya memiliki sepeda balap, ontel, bahkan MTB, tapi ada juga komunitas yang menerima segala macam jenis sepeda.
Di Sukoharjo, tepatnya Desa Gumpang Lor, Kelurahan Pabelan, Kecamatan Kartasura, terdapat komunitas sepeda kebo bernama Guyub Rukun, Komunitas ini berdiri pada tanggal 10 Maret 2020 dan bertujuan untuk mengajak masyarakat bersepeda. Selain bersepeda, komunitas ini juga kerap melaksanakan kegiatan sosial, seperti membagikan bantuan sosial, takjil dan buka puasa bersama saat Ramadan silam.
Pembina, Ketua, sekaligus Dewan Penasihat dari komunitas tersebut, Sugiman, mengatakan, pembentukan Guyub Rukun tidak semata-mata untuk mencari kesehatan. “Ini untuk akhirat nya juga dapat, dengan cara bakti sosial kepada orang yang membutuhkan bantuan kita,” terangnya saat dijumpai di ‘Kandang Kebo’ alias markas komunitas sepeda kebo Guyub Rukun.
Ketika ditanya alasan mereka mempertahankan sepeda kebo, padahal banyak sepeda modern dengan fitur yang lebih canggih dan bobot lebih ringan, rekan Sugiman, Haryono, menjawab bahwa sepeda kebo memiliki nilai historis tinggi.
Ia menjelaskan, sepeda kebo saat ini sudah tidak diproduksi lagi sehingga menjadikan sepeda kebo sebagai tranportasi yang tidak bisa regenerasi. Itu juga yang menyebabkan pembelian sepeda kebo bukan dari pabrikan tapi harus dari tangan ke tangan. Ada juga pesepeda kebo atau ontel yang memilikinya karena diwariskan oleh kakek-neneknya.
“Hal tersebut jugalah yang menjadikan sepeda ontel harus dilestarikan terutama di Indonesia. Jangan sampai sepeda ontel yang sudah menjadi koleksi atau kendaraan yang menjadi transportasi kakek kita untuk mencari nafkah, dari gunung turun ke kota, atau dari kota naik ke gunung, dijual oleh kolektor ke luar negeri sehingga jumlah sepeda ontel yang umumnya merupakan produk Eropa kembali ke Eropa, padahal sepeda ontel sudah menjadi bagian dari budaya kita,” tutur Sugiman.
Selain untuk sarana olahraga dan hobi, sepeda juga jadi sarana transortasi utama bagi banyak orang. Di Indonesia, banyak pelajar yang memilih menggunakan sepeda untuk transportasi ke sekolah. Salah satunya adalah Muhammad Dzulfiqar Azfa Nugroho, siswa yang duduk di kelas XI SMA Muhammadiyah Al-Kautsar PK Kartasura.
Ia mengatakan bahwa dirinya telah bersepeda untuk sekolah sejak duduk di kelas VII. Alasannya menggunakan sepeda untuk pergi ke sekolah adalah karena ingin mengurangi beban orangtua untuk membelikannya motor. Ia juga berpandangan bahwa dengan bersepeda bisa mengurangi polusi udara dan itu merupakan bentuk usaha kita dalam mencintai dan peduli terhadap Bumi.
“Karena dengan bersepeda kita tidak mengeluarkan polusi udara yang bisa mencemari dan merusak lingkungan hidup kita dan dengan bersepeda jugalah cara kita menyehatkan tubuh,” ujarnya.
Jika dibandingkan dengan kendaraan bermotor, sepeda barangkali terkesan tidak efisien. Tapi, bersepeda bisa menunjukkan kepedulian kita terhadap lingkungan, karena sepeda tidak menghasilkan polusi udara yang bisa merusak lingkungan hidup. Oleh karena itu, mari mulai kebiasaan baru yaitu bersepeda. (M-2)
OPINI MUDA
Neva Dzaky Putra Yaskha
"Bagi saya, sepeda sebagai hobi dan kendaraan. Menjadi hobi karena suka ketika mengendarainya dan karena hobi itulah yang membuat saya menjadikan sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari, walaupun saya memiliki motor, saya lebih menyukai sepeda karena itu merupakan hobi saya."
Yumnanisa Raissa Rahman
"Sekarang kendaraan umum bermotor banyak menghasilkan polusi,sedangkan sepeda tidak menghasilkan polusi udara dan itu membuat tubuh menjadi sehat tidak 'mager', oleh karena itu kita harus mulai bersepeda untuk menyehatkan tubuh, dan memperbaiki lingkungan."
Terkini Lainnya
Muhammadiyah: Terjebak Klaim Ahlussunnah Tuduh Syiah tidak Bikin Rumah Sakit
Haedar Nashir Tegaskan Muhammadiyah Terus Berkhidmat Bagi Bangsa dan Negara
Anwar Abbas Sebut Irman Gusman Kantongi Dukungan Muhammadiyah
Muhammadiyah Sodorkan Nama Irman Gusman di Kancah Politik Nasional
Muhammadiyah Mengaku Ikut Jadi Korban atas Serangan Siber ke PDN
PBNU Banjir Hujatan Terima Izin Kelola Tambang
Olahraga yang Cocok bagi Jemaah Haji yang sudah Pulang
Kepala BP Batam Buka Kejurnas Road Race and Mountain Bike 2024
Gordon Ramsay Mengalami Kecelakaan Sepeda yang Parah di AS
Ajang Bergengsi BOB Downhill Kembali Digelar, Lebih Dari 300 Peserta Siap Berpartisipasi
Berbagi Pada Sesama, Pertamina Foundation Santuni Yatim dan Bagikan Sepeda Bersama Andy Noya
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap