Olahraga yang Cocok bagi Jemaah Haji yang sudah Pulang
OLAHRAGA ringan seperti berjalan kaki dan bersepeda dapat membantu kebugaran fisik jemaah haji yang baru tiba di tanah air tetap terjaga. Ini usai mereka mengikuti rangkaian ibadah haji yang panjang.
"Usai mengikuti haji, kita bisa melakukan olahraga yang intensitas kekuatannya rendah. Misalnya dia bisa berjalan kaki atau melakukan bersepeda statik di rumah tanpa ada pembebanan yang tinggi," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR, MARS, AIFO-K, Jakarta, Senin (1/7).
Menanggapi pulangnya ribuan jemaah haji ke Indonesia, Syarief menekankan pentingnya mereka secara bertahap melakukan olahraga ringan agar tubuh tidak mengalami kaget gerak. Maklum, jemaah lama duduk di dalam pesawat maupun usai melakukan kegiatan haji yang panjang.
Baca juga : Kata Dokter, Olahraga Sambil Nonton Drakor Cukup
Pada olahraga berjalan kaki, dia menyarankan jemaah melakukannya secara perlahan di tempat yang aman dan melingkar dibandingkan berbukit atau banyak turunan. Lokasi itu baik bagi penderita yang memiliki komorbid, seperti penyakit paru-paru atau penyakit jantung.
Bagi jemaah haji yang lebih senang melakukan olahraga di dalam rumah, mengayuh sepeda statis dapat dijadikan pilihan yang tepat. Ini karena olahraga itu tidak memerlukan banyak gerakan dan berpindah dalam satu waktu.
Syarief menyebut jenis olahraga lain yang dapat dilakukan di rumah alah aerobik dengan intensitas gerakan yang rendah sampai sedang untuk kelenturan semua sendi pada tubuh. Untuk olahraga lain seperti yoga dan zumba, Syarief menilai jemaah dapat melakukannya dengan catatan bagi penderita komorbid disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
"Tergantung pada komorbiditasnya, tergantung jenis komorbidnya. Kalau komorbidnya karena hipertensi ataupun diabetes harus disesuaikan dengan pola minum obatnya, aktivitasnya, apakah dia memang sudah stabil atau belum tergantung dari komorbid," kata dia.
Begitu pula dengan penderita asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan penderita hipertensi. "Bagaimanapun harus diukur dulu nadinya, dia harus belajar menghitung nadi, mengenali diri sendiri terhadap kemampuan intensitas fisiknya. Apabila nadinya sudah beranjak naik dia harus beristirahat sejenak. Jangan sampai lebih dari 120 dan (pemeriksaan) itu bisa dilakukan secara mandiri," kata Syarief. (Ant/Z-2)
Terkini Lainnya
Ini Gejala Stroke di Usia Muda dan Cara Pencegahannya
Kata Dokter, Olahraga Sambil Nonton Drakor Cukup
Liga Esports Nasional Digulirkan Lagi, Memperebutkan Hadiah Rp3,2 Miliar
28 Atlet Indonesia Siap Ikuti Paralimpiade Paris 2024
7 Tips Berolahraga Aman Bagi Penderita Penyakit Jantung
Cegah Nyeri Punggung dengan Olahraga dan Jalan Kaki yang Rutin
Jalan Kaki dan Naik Tangga Baik untuk Kesehatan
Nikmati Libur Panjang, Saleh Husin dan Budi Karya Sumadi Ngabuburit Jalan 7 Km
Hari Pejalan Kaki Nasional, Memperingati Tragedi untuk Keselamatan Pejalan Kaki
2.000 Peserta Gowes Padati Kota Tangerang dalam Milad ke-13 UMT
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap