visitaaponce.com

Karnaval Tahunan Cape Town Minstrel Kembali Digelar

Karnaval Tahunan Cape Town Minstrel Kembali Digelar
Festival Cape Town Minstrel.(RODGER BOSCH / AFP)

Sekitar 20.000 penampil, yang dibagi menjadi puluhan rombongan, berbaris di pusat kota Afrika Selatan. Sambil memainkan sejumlah alat musik dan menari, mereka berparade untuk mengikuti karnaval tahunan Cape Town Minstrel.

Setelah dua tahun hiatus akibat pandemi Covid-19, perayaan yang juga dikenal sebagai "Tweede Nuwe Jaar" ("Tahun Baru Kedua") ini, digelar. Perayaan ini berakar pada masa kolonial, ketika para budak diizinkan untuk bersantai pada hari kedua setelah Tahun Baru.

"Kami sangat gembira. Hari ini, semuanya baik-baik saja," kata Ridewaan Daniels.

Pria berusia 47 tahun itu ikut ambil bersama rombongan Playaz Inc yang beranggotakan 1.000 orang. Cucunya, Thaakir Buzic yang baru berusia 2 tahun, ikut dalam karnaval itu. Dengan rebana di tangan, bocah itu  berjingkrak ketika para pemain brass  memainkan instrumennya.

"Di rombongan itulah orang tua saya bertemu. Saya lahir di dalamnya, begitu juga dengan anak dan cucu saya," kata neneknya, Sadia Daniels, 40, yang tidak pernah melewatkan pawai sejak dia lahir. "Hanya lockdown yang bisa menjauhkan kita darinya," imbuhnya.

Puluhan ribu orang berbondong untuk melihat pawai yang berlangsung pada Senin (2/1). Para peserta karnaval menggoyangkan pinggul mereka di bawah terik matahari mengikuti suara terompet dan instrumen musik lainnya. "Kami telah berkemah di tempat ini sejak 28 Desember," kata Ruzia Fry, 39, ketika ditemui sedang duduk di bawah salah satu dari empat tenda yang didirikan di pinggir jalan untuk menampung sekitar 50 anggota keluarganya.

"Sudah menjadi tradisi bagi kami untuk datang ke sini setiap tahun," ujarnya.

Perayaan ini berakar pada masa kolonial, ketika para budak yang beberapa di antaranya dibawa secara paksa ke ujung selatan Afrika dari Asia Tenggara, diizinkan untuk bersantai sehari setelah Hari Tahun Baru.

Mereka menggunakan waktu istirahat untuk berdandan, menari, dan bernyanyi.

Tradisi ini sekarang dilihat sebagai perayaan budaya Cape Town yang beragam dan menandai dimulainya kompetisi selama seminggu, di mana para peserta bertarung memperebutkan gelar rombongan/kontestan terbaik.

Menghindari kejahatan

Dalam komunitas yang miskin dan sarat kejahatan dengan tingkat pengangguran yang tinggi, bisa bergabung dengan sebuah rombongan pemusik, menawarkan jalan keluar bagi warga Afsel.

"Hal terbesar bagi kami adalah membuat anak-anak muda tetap sibuk. Itu menjauhkan mereka dari semua penyakit sosial di lingkungan kami," kata Raeed Gallant, 35, salah satu direktur Playaz Inc, sebuah kelompok musik yang ambil bagian pada festival ini.

Siraaj Allen, 30, mengatakan musik mencegahnya dari hal-hal negatif seperti yang pernah dilakukannya saat remaja. "Saya memilih musik. Dan itu menyelamatkan saya untuk jadi penjahat," katanya. (AFP/M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat