visitaaponce.com

Sleep Apnea Menyebabkan Penurunan Kognitif

Sleep Apnea Menyebabkan Penurunan Kognitif
Ilustrasi gangguan tidur(Dok Klikdokter)

STUDI terbaru menunjukkan Obstructive Sleep Apnea (OSA) yang menyebabkan sakit kepala, gangguan tidur, mendengkur keras, dan masalah kesehatan lainnya, dapat disertai dengan komplikasi lain yaitu penurunan kognitif pada usia lebih dini.

Pada penderita OSA, otot tenggorokan mengendur hingga mencegah paru-paru mendapatkan udara, mengakibatkan orang yang tidur tidak bernafas sejenak. Ini adalah gangguan pernapasan terkait tidur yang paling umum.

Meskipun dapat diobati dengan alat dan pembedahan tertentu, penyakit ini dianggap sebagai kondisi medis serius yang disertai dengan peningkatan risiko komplikasi kesehatan seperti penyakit jantung.

OSA telah lama dikaitkan dengan masalah kognitif, masalah kejiwaan termasuk depresi dan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer. Namun, yang belum jelas apakah ini disebabkan oleh OSA atau beberapa masalah medis terkait OSA.

"Kami menemukan fungsi eksekutif yang lebih buruk dan memori visuospatial dan defisit kewaspadaan, perhatian berkelanjutan, dan kontrol psikomotor dan impuls pada pria dengan OSA," kata ahli saraf Ivana Rosenzweig dari King's College London di Inggris, seperti dikutip dari situs Science Alert, Kamis (13/4).

"Sebagian besar defisit ini sebelumnya dianggap berasal dari komorbiditas (penyakit penyerta). Kami juga menunjukkan untuk pertama kalinya OSA dapat menyebabkan defisit yang signifikan dalam kognisi sosial," lanjutnya.

Baca juga: Penanganan Sleep Apnea yang Tepat Bisa Cegah Risiko Sakit Jantung

Studi terbaru melibatkan 27 pria berusia antara 35 dan 70 tahun, dengan diagnosis baru, OSA ringan hingga berat dan tanpa penyakit penyerta yaitu masalah kesehatan atau penyakit lain yang mungkin tidak terkait dengan OSA. Sebanyak 7 pria lainnya cocok untuk usia, BMI (body mass index) dan pendidikan tetapi tidak menderita OSA, digunakan sebagai kelompok kontrol.

Dalam tes kognitif, pria dengan OSA mendapat skor lebih rendah untuk perhatian berkelanjutan, fungsi eksekutif, memori pengenalan visual jangka pendek, dan pengenalan sosial dan emosi daripada kelompok kontrol. Semakin parah OSA, semakin buruk skornya dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Peserta penelitian ini tidak memiliki masalah kesehatan lain, yang menunjukkan penurunan kognitif yang diamati dalam tes disebabkan oleh OSA dan bukan hal lain. Sebelumnya, kemunduran mental ini dikaitkan dengan kondisi lain, seperti hipertensi sistemik atau diabetes tipe 2.

“Temuan kami menunjukkan proses berbeda yang digerakkan oleh OSA mungkin cukup untuk perubahan kognitif terjadi pada usia paruh baya, pada individu yang sehat,” tulis para peneliti dalam penelitian yang telah dipublikasikan di Frontiers in Sleep tersebut.

OSA terkait dengan perubahan aliran darah ke otak, peradangan di otak, dan tentu saja, tidur yang terfragmentasi. Masalah dengan kualitas dan kuantitas tidur telah lama dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena masalah kognitif.

Dengan sebanyak satu miliar orang berpotensi memiliki OSA. Sebagian besar dari jumlah ini bahkan mungkin tidak menyadarinya. Kondisi tersebut diperkirakan memengaruhi sebanyak 34% pria dan 17% wanita.(M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat