visitaaponce.com

Saran Peneliti untuk Selamatkan Bayi-Bayi Prematur

Saran Peneliti untuk Selamatkan Bayi-Bayi Prematur
Risiko kematian bayi prematur dapat diminimalisir dengan berbagai cara.(Unsplash/ Hush Naidoo Jade Photography)

PENELITIAN global terbaru yang diprakarsai Universitas Tampere Finlandia telah mengeluarkan langkah-langkah perawatan kesehatan yang sederhana dan murah untuk wanita hamil. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi aspirin yang dapat mencegah kematian lebih dari satu juta bayi baru lahir di negara berkembang setiap tahun.

 

Penelitian ini dilakukan berdasarkan temuan bahwa sekitar seperempat bayi di dunia lahir dalam kondisi prematur atau kurus (kurang berat badan). Seperti dilansir dari AFP pada Selasa (8/5), para peneliti menyerukan kepada pemerintah dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan perawatan para perempuan hamil dan bayi selama masa kehamilan dan kelahiran di 81 negara yang berpenghasilan rendah dan menengah.

 

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet ini juga menguraikan setidaknya ada delapan langkah sederhana yang terbukti dan mudah diterapkan untuk mencegah lebih dari 565.000 kematian bayi yang baru lahir di negara-negara tersebut.

 

Langkah-langkah tersebut termasuk memberikan suplemen mikronutrien, protein dan energi, aspirin dosis rendah, hormon progesteron, pendidikan tentang bahaya merokok, pengobatan malaria, pengobatan sifilis, dan pengobatan bakteri dalam urin.

 

Para peneliti mengungkapkan jika dalam sebuah kasus kelahiran, dokter tidak segera menjepit tali pusat bayi maka akan mengakibatkan kematian lebih dari 475.000 bayi baru lahir. Tentunya hal tersebut dapat dicegah dengan pemberian steroid untuk wanita selama masa kehamilan.

 

Meskipun terkesan mudah, faktanya dibutuhkan dana yang tak sedikit untuk menerapkan perubahan ini. Tim peneliti mengaku proses adaptasi ini akan menelan biaya sekitar 1,1 miliar Dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp16 triliun.

 

“Ini adalah sebagian langkah kecil dari apa yang telah diproyeksikan program kesehatan lainnya,” kata Per Ashorn, penulis studi utama dan profesor di Universitas Tampere Finlandia.

 

Sementara itu, penulis studi lain, Joy Lawn dari London School for Hygiene and Tropical Medicine, Inggris, mengatakan kepada AFP bahwa para peneliti menggunakan definisi baru untuk bayi yang lahir prematur atau kurus.

 

Dia mengatakan secara tradisional menurut seorang dokter asal Finlandia pada tahun 1919, jika bayi lahir dengan berat di bawah 2,5 kilogram (5,8 pon), maka bayi tersebut masuk dalam golongan bayi prematur atau memiliki berat lahir rendah.

 

“Ungkapan itu memang sangat blak-blakan, tetapi apa yang dikatakan itu tetap menjadi tolok ukur selama lebih dari satu abad, meskipun banyak bukti bahwa bayi-bayi itu tidak semuanya lahir dalam kondisi yang sama,” kata Lawn.

 

Secara kuantitatif, para peneliti menganalisis database yang mencakup 160 juta kelahiran bayi dalam kondisi hidup dari tahun 2000 hingga 2020 untuk mengetahui seberapa sering bayi lahir prematur atau “terlalu cepat dan terlalu kecil”.

 

Para peneliti memperkirakan bahwa terdapat 35,3 juta atau setara dengan satu dari empat bayi yang lahir di seluruh dunia pada tahun 2020 tergolong dalam bayi prematur atau terlalu kecil, peneliti mengklasifikasikan mereka dengan istilah baru yaitu “bayi baru lahir kecil yang rentan”.

 

Sementara itu, Lawn mengungkapkan bahwa sebagian besar bayi yang lahir prematur itu ada di wilayah Asia selatan dan Afrika sub-Sahara. Meskipun demikian, Lawn menekankan bahwa setiap negara akan terkena dampaknya kesehatan ibu dan bayi tak diperhatikan.

 

Lawn mengakui bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seperti keluarga yang miskin dan minimnya partisipasi suara perempuan dalam mendapatkan hak kesehatan menjadi salah satu alasan mengapa tak ada kemajuan yang signifikan terhadap kesehatan Ibu dan bayi, bahkan datanya cenderung stagnan.

 

Salah satu contoh kasus yang ada misalnya, wanita hamil dari ras Afrika-Amerika di negara Amerika Serikat menerima hak perawatan dan kesehatan yang lebih rendah daripada kelompok lain. (M-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat