visitaaponce.com

Ratusan Karya Terjual pada Lelang Lukisan Old Master ASEAN

Ratusan Karya Terjual pada Lelang Lukisan Old Master ASEAN
Kaya lukisan Affandi bertajuk Banyan Tree (1968)(MI/Devi Harahap)

Masterpiece Auction House sebagai salah satu balai lelang terbesar di Asia Tenggara kembali melelang ratusan koleksi seni rupa dari para maestro asal Asia Tenggara dengan tajuk “Masterpiece: Southeast Asian, Chinese, Modern & Contemporary Art” yang berlangsung di Grand Hyatt Jakarta pada 11-13 Agustus 2023.

Managing Director Masterpiece Auction, Yohanes Kevin mengungkapkan lelang kali ini menghadirkan sebanyak 172 daftar karya yang terdiri dari lukisan dan patung dengan gaya kontemporer, modern art hingga old masters yang banyak dicari oleh para kolektor dan pecinta seni rupa. Pengumpulan karya- karya tersebut memakan waktu hingga dua bulan.

“Segmen lelang kali ini adalah lukisan para old Master, sehingga untuk objek-objeknya sebisa mungkin kita mencari yang paling langka, mulai dari objek, teknik dan ukurannya. Kami mendapatkan karya-karya tersebut dari para kolektor yang bersedia untuk mengikuti lelang,” jelasnya saat ditemui Media Indonesia, Sabtu (12/8).

Dengan menghadirkan lukisan dari maestro, Masterpiece Auction juga memastikan bahwa karya-karya yang dilelang adalah karya asli karena sudah melewati pemeriksaan dan seleksi ketat oleh kurator profesional.

“Sebelum dilelang, kita juga memastikan keaslian dari karya-karya yang ada. Misalnya Affandi, sebisa mungkin kita cek keasliannya ke museum Affandi. Begitupun untuk karya seniman lainnya,” ungkapnya.

Pada event lelang ini, Masterpiece Auction berhasil menjual sebanyak lebih dari 120 karya dari 60-an seniman mulai dari maestro Indonesia dan Asia Tenggara seperti Affandi, Lee Man Fong, S. Sudjojono, Ahmad Sadali, Hendra Gunawan, Basoeki Abdullah, Sunaryo, Joko Pekik, Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, Chen Wen Hsi, Cheong Soo Pieng, dan masih banyak lagi.

Salah satu lukisan yang dilelang dan terjual dengan harga tertinggi adalah milik maestro Affandi dengan judul “Banyan Tree” yang dibuat pada tahun 1968. Lukisan ini menggambarkan objek pohon dalam sebuah hutan dengan gaya Affandi yang sangat khas berupa abstrak dan spontanitas goresan serta plototan cat yang khas.

Spontanitas terlihat dari pemilihan warna dimana Affandi hanya memilih warna primer. Dengan latar belakang berwarna putih Affandi dengan keahliannya memadukan warna kontras hijau pepohonan dan sketsa rumah yang dikombinasikan dengan warna hitam, gradasi-gradasi dibuat secara spontan yang dipandu langsung oleh tangan Affandi tanpa sentuhan kuas.

Selanjutnya, terdapat lukisan dari S. Sudjojono dengan judul “Waktu Ada Es Di Gorkum” (1976). Lukisan ini memiliki ukuran 59 x 80 yang menggambarkan suasana kota Gorkum, Belanda saat musim salju. Melalui ciri khas goresan yang terasa amat kuat pada lukisan ini, Sudjojono menyuguhkan pemandangan gedung-gedung dan warga Belanda yang tengah asyik bermandi salju.

Lukisan yang tak kalah menarik adalah karya bertajuk “Two Women-Dialog on the Beach” (2015) yang dibuat oleh Srihadi Soedarsono dengan penggambaran dua wanita Bali tanpa yang telanjang dada tengah membawa sesajen dengan kain khas Bali.

Saat ditanya terkait harga, Kevin enggan menjawab secara spesifik. Akan tetapi, dalam sistem lelang, dia menjelaskan ada dua ukuran yang harus diperhatikan yaitu penentuan harga estimasi dan starting bit/harga awal.

“Harga awal ditentukan oleh kesepakatan pemilik karya dan vendor. Saat lelang berlangsung, tinggi atau rendahnya harga ditentukan oleh keadaan ekonomi, pasar, dan selera pembeli. Bisa jadi lukisan yang dihargai lebih mahal atau lebih murah dari estimasi,” ungkapnya.

Menurut Kevin, lukisan dan patung merupakan beberapa  jenis benda yang bisa menjadi investasi jangka panjang dan kini mulai populer di Indonesia dan mancanegara. Seperti properti, lukisan merupakan aset riil yang dapat dinikmati, koleksi dan menjadi incaran investasi karena kelangkaan dan keindahannya.

“Penggemar lukisan semakin banyak, namun jumlah lukisan Maestro yang beredar di pasar semakin sedikit, sehingga ini adalah momen yang sangat baik untuk mendapatkan lukisan-lukisan Maestro dengan nilai investasi yang tinggi,” ujarnya.

Kevin menjelaskan fenomena ini terbukti dengan kesuksesan penjualan lukisan-lukisan maestro yang ditawarkan Masterpiece kepada pasar selama dua dekade mulai dari tahun 2003 hingga 2023 semakin meningkat dan dicari oleh para kolektor.

“Dulu, kami melihat banyak karya dari pelukis Indonesia yang dilelang di badan lelang luar negeri lalu dibeli oleh para WNA. Tapi ternyata karya itu dibeli lagi oleh orang Indonesia, saat itu wadah pelelangan belum ada, kita hadir untuk menjadi wadah bagi para seniman, keluarga seniman dan pecinta seni untuk bisa melestarikan dan menghargai karya-karya pelukis Indonesia,” jelasnya.

Hadir sejak 2003, Kevin mengatakan bahwa Masterpiece Auction berusaha menjadi wadah dalam mempertemukan kolektor dari dalam negeri dan mancanegara dengan karya-karya seni rupa yang terbaik dan otentik di Asia Tenggara khususnya Jakarta, Singapura, dan Malaysia.

“Karya dari para pelukis Indonesia dari tahun ke tahun selalu yang termahal di Asia Tenggara. Saya melihat apresiasi orang Indonesia tinggi sekali terhadap seni, hanya saja kita harus lebih perhatikan bagaimana caranya lelang ini bisa mengejawantahkan kehebatan seni rupa Indonesia baik di mata masyarakat Indonesia maupun luar negeri,” jelasnya.(M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat