visitaaponce.com

Penikmat Wayang Orang Sriwedari Kini Didominasi Generasi Muda

Pengantar: Pada 28 dan 31 Juli, Media Indonesia bekerja sama dengan Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen PNF) PP Muhammadiyah menggelar pelatihan Reporter Muda (Repmud). Sebanyak 35 siswa tingkat SMA/SMK mengikuti program ini. Setelah pelatihan, para siswa membuat berita hasil liputan masing-masing. Berikut adalah tulisan yang terpilih sebagai peringkat 6 tingkat SMA/SMK;

KEKAYAAN warisan budaya merupakan salah satu yang menjadi kekuatan Kota Solo selain kulinernya. Tidak heran jika kota ini digadang-gadang sebagai Kota Budaya karena memiliki keberagaman peninggalan budaya yang kompleks. Salah satu kebudayaan yang ditawarkan dari Kota Batik ini adalah Wayang Orang Sriwedari (WOS).

Wayang Orang Sriwedari telah genap berusia 113 tahun pada akhir Juli lalu. Dengan usia lebih dari satu abad, kursi penonton kini didominasi oleh kawula muda. Bagaimana dapat terjadi fenomena regenerasi penonton wayang orang serta menjadi kegemaran baru kawula muda untuk menghabiskan waktu malamnya?

Wayang orang merupakan sebuah seni pertunjukan yang menyajikan perpaduan antara drama teatrikal dari budaya Barat dan kesenian wayang orang yang lahir dan hidup di Jawa. Sehingga, dalam penyajiannya tidak menggunakan peraga wayang kulit, melainkan diperankan oleh orang yang mengenakan riasan, kostum dan aksesoris sehingga mirip dengan tokoh-tokoh dalam cerita wayang. Dalam pertunjukannya, wayang orang diiringi dengan musik tradisional karawitan.

Melihat napak tilas sejarah berdirinya, Wayang Orang Sriwedari diprakarsai oleh Sampeyan Ndalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono X pada tahun 1911. Paku Buwono X membangun Taman Kota Sriwedari di lahan bekas Bon Rojo (kebun raja) kerajaan dengan 4 buah bangunan yang berdampingan dalam satu kompleks yaitu Museum Radya Pustaka, Lapangan R Maladi, Gedung Wayang Orang Sriwedari, dan Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan yang kini beralih fungsi menjadi kantor UPT Museum Dinas Kebudayaan Surakarta. Paku Buwono X memiliki pandangan kehidupan mengenai bangunan-bangunan tersebut. Apabila ingin mempunyai ilmu maka cari dan datanglah ke Museum Radya Pustaka, apabila ingin mendapat refleksi kehidupan maka datang dan saksikan pertunjukan wayang orang, apabila ingin memiliki raga yang sehat maka berolahragalah di Lapangan R Maladi, namun ketika ketiga komponen tersebut tidak seimbang maka anda perlu singgah di RSJ Mangunjayan.

Pada tahun 1911, wayang orang sriwedari sudah dianggap masyarakat umum sebagai hiburan rakyat, dikarenakan pada umumnya pertunjukan wayang orang digelar di pendapa kerajaan dan terasa sakral karena dipertujukan untuk hiburan penghuni kerajaan. Berkat Paku Buwono X yang memulai menggelar pertunjukan di Taman Hiburan Rakyat Sriwedari, sejak saat itulah masyarakat kalangan biasa dapat menyaksikan kesenian wayang orang hingga saat ini.

Wayang Orang Sriwedari hadir menyajikan pertunjukan setiap hari dari Senin hingga Sabtu. Jika disandingkan dengan Wayang Orang Bharata, Jakarta yang kini berusia 51 tahun dan Wayang Orang Ngesti Pandowo, Semarang yang berusia 86 tahun, keduanya hanya menggelar pertunjukan pada hari sabtu. Menjadikan kesenian Wayang Orang Sriwedari merupakan pertunjukan wayang orang tertua dan teraktif di Indonesia.

Dalam perjalanan menuju 113 tahun, Wayang Orang Sriwedari mengalami berbagai hambatan dan tantangan. Terlebih pada saat pandemi covid-19 melanda negeri pada 2 tahun silam, industri hiburan dan kesenian memerlukan manajemen ekstra dalam menyajikan sebuah pertunjukan.

Sutradara Wayang Orang Sriwedari Billy Aldi Kusuma memaparkan teknis pertunjukan selama pandemi covid-19. Kursi pengunjung diberi jarak satu meter dan pelakon wayang turut dibatasi jumlahnya saat pentas di panggung. Untuk mengatasi hal tersebut, diberlakukan sistem pembagian kelompok. Pelakon-pelakon wayang orang dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan jumlah sutradara, lantas saling membantu menyukseskan pertunjukan sesuai dengan peranan masing-masing.

Pembagian peran tiap kelompok bergantian setiap harinya, terdapat kelompok yang menjadi pemeran utama, pemeran pendukung, produksi serta among tamu. Hari pementasan pun dikurangi dari yang awalnya enam hari dalam sepekan menjadi tiga hari. Sistem ini berjalan selama pandemi hingga ditetapkan kebijakan normal baru. Setelah ditetapkan kebijakan tersebut, Wayang Orang Sriwedari kembali beradaptasi dengan masih menerapkan tiga hari pementasan selama enam bulan hingga benar-benar dikembalikan seperti sedia kala yaitu enam hari pertunjukan.

Lebih Teatrikal dan Durasi Tayang Dipersingkat

Bukan hanya adaptasi dengan situasi pandemi, Sutradara Billy juga melakukan adaptasi agar pertunjukan wayang orang bisa menarik bagi generasi muda agar tidak tergerus zaman. Billy melakukan pembaruan yang belum pernah dilakukan dalam sejarah kesenian Wayang Orang Sriwedari, beberapa di antaranya pada konsep pertunjukan yang lebih teatrikal sehingga cerita lebih mudah sampai ke penonton. Kemudian durasi tayang juga dipersingkat dibandingkan pemetasan zaman dahulu yang biasanya selesai hingga pukul 03.00 dini hari.

Wayang Orang Sriwedari kini tampil dengan durasi maksimal 2,5 jam, sehingga lamanya waktu menonton pementasan sama halnya ketika menyaksikan film di bioskop.

Salah satu penonton Wayang Orang Sriwedari, Anisa, 21, mengaku dibuat kagum dengan pesona pertunjukan sejak kali pertama menyaksikan pementasan. Ia mengakui keseriusan para pemain yang menyuguhkan pertunjukan dengan totalitas patut diacungi jempol. Jalan cerita yang penuh makna dan berbeda setiap harinya menjadikan ia ketagihan menyaksikan wayang orang. Bahkan ia menjadwalkan setidaknya sekali dalam sepekan untuk datang dan menonton.

Dok: Nashira Bilqis

Mahasiswa penikmat seni itu menuturkan pertama kali memutuskan untuk menonton karena tertarik melihat video dari akun Wayang Orang Sriwedari melalui aplikasi video pendek TikTok.

“Pertama nonton itu karena (melihat video) TikTok. Begitu datang langsung suka banget, apalagi cerita punakawan, lucu. Penarinya luwes, aktornya maksimal memerankan tokoh bikin penonton mengerti jalan ceritanya. Kisahnya juga beda-beda (setiap hari). Hampir setiap sabtu saya malmingan (malam mingguan) disini bareng teman,” ungkapnya.

Ingat Masa Kecil

Sedangkan penonton Wayang Orang Sriwedari lainnya, Dwi Sasmiyati, mengaku bernostalgia saat menonton pementasan. Ia teringat semasa kanak-kanak kerap menyaksikan pementasan wayang orang di kampung halaman ia dibesarkan. Ia menuturkan, wayang orang merupakan hiburan yang paling dinantikan pada masa itu karena jarang sekali digelar.

Bagaimana tidak, mengingat untuk menanggap kesenian rakyat memerlukan biaya yang tidak sedikit dan hanya orang-orang tertentu saja yang mampu mengundang. Ibu rumah tangga berusia 44 tahun itu kagum dengan antusiasme anak-anak muda dalam menonton pertunjukan wayang orang.

“Saya jadi rindu masa kecil, mbak. Dulu tontonan yang paling ditunggu karena jarang ada, cuma kalangan tertentu saja yang mampu nanggap. Makanya selalu semangat tiap menonton. Sebelum datang kesini, awalnya saya kira yang nonton seumuran saya atau lebih tua. Saya kaget, mbak, malah lebih banyak anak muda yang nonton,” tuturnya.

Sebagai sutradara, Billy mengharapkan Wayang Orang Sriwedari terus hidup dan menghidupi Kota Surakarta beriringan dengan perkembangan zaman. Menurutnya, yang paling utama dalam sebuah pertunjukan tradisi bukan regenerasi pemain, melainkan regenerasi penonton. Ketika dalam pertunjukan tradisi telah terjadi regenerasi penonton, maka kesenian tersebut masih dapat hidup di masyarakat.(M-4)

Opini Muda:

Dok Pribadi

Salwa Sa’idatussholihah
Kelas XI
SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta

“Aku kira wayang hanya diperagakan oleh boneka pahat. Namun ternyata bisa diperagakan oleh manusia, bahkan dipertunjukan untuk khalayak ramai. Budaya wayang orang ini perlu mendapatkan perhatian lebih dari khalayak. Dengan begitu, kita ikut berperan dalam melestarikan kearifan lokal di Indonesia."

Dok Pribadi

Nadhifa Raudha Hasanah
Kelas XI
SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta

“Tak hanya diam, terus berperan. Kembali cintai budaya kita, karena jika bukan kita yang berperan, maka siapa lagi? Selamat bertambah usia ke-113 tahun, Wayang Orang Sriwedari. Semakin mewarnai dan menghiasi Kota Surakarta.”(M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat