Riset Qualtrics Model Kerja Hybrid DisukaiPekerja di Asia Tenggara
SEIRING organisasi di seluruh Asia Tenggara terus mempertimbangkan, mengadopsi, dan menyempurnakan model kerja hybrid, penelitian terbaru dari Qualtrics mengungkapkan bahwa sepertiga pekerja (34%) akan mencari pekerjaan baru jika dipaksa untuk kembali ke kantor secara penuh.
Saat ini, model kerja hybrid menjadi cara kerja yang paling disukai di wilayah tersebut. Pengaturan paling populer di kalangan karyawan adalah tiga hari bekerja dari jarak jauh/dua hari bekerja di kantor.
Pada saat pengusaha lokal menavigasi perubahan signifikan dalam cara kerja tradisional, temuan dari laporan Tren Pengalaman Karyawan Qualtrics 2022 merupakan pengingat penting tentang perlunya menyelaraskan pengalaman karyawan dengan harapan orang-orang untuk memberdayakan tim, dan memikat serta mempertahankan orang-orang berbakat dalam pasar kerja yang kompetitif.
Salah satu tantangan paling mendesak bagi pengusaha dalam peralihan ke model kerja hybrid adalah memprioritaskan kesejahteraan jangka panjang karyawan, dan menetapkan pedoman yang jelas tentang cara kerja.
Baca juga: Masyarakat Harus Menerima dan Beradaptasi pada Transformasi Digital
Meskipun negara-negara di Asia Tenggara melaporkan beberapa tingkat kesejahteraan yang tinggi secara global, telah terjadi penurunan ketahanan karyawan selama 12 bulan terakhir di negara-negara di kawasan Asia Tenggara,.
Contohnya, Thailand telah mengalami penurunan ketahanan sebesar 12%. Hal ini menunjukkan tingkat kesejahteraan saat ini tidak berkelanjutan kecuali jika pengusaha fokus pada peningkatan ketahanan di antara tim mereka.
Meningkatkan pengalaman teknologi bagi karyawan dalam lingkungan kerja hybrid juga harus menjadi fokus strategis di tahun 2022.
Hanya 30% dari responden yang mengatakan bahwa teknologi yang disediakan memenuhi harapan mereka - dengan angka serendah 24% di Singapura.
Berinvestasi dalam meningkatkan teknologi di tempat kerja hybrid akan membuahkan hasil dalam banyak cara.
Selain membantu mendorong produktivitas, penelitian Qualtrics menunjukkan bahwa : karyawan yang puas dengan teknologi yang tersedia memiliki kemungkinan empat kali lebih besar untuk lebih terlibat di tempat kerja.
Sementara itu, niat karyawan untuk bertahan ternyata lebih tinggi di Asia Tenggara dibandingkan dengan rata-rata global, di sebagian besar negara telah terjadi penurunan jumlah karyawan yang berencana untuk bertahan dengan pemberi kerja mereka saat ini di tahun ini.
Temuan menunjukkan bahwa 7 dari 10 karyawan di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Filipina akan bertahan dengan pekerjaan mereka tahun ini, dibandingkan dengan 53% di Singapura.
Bagi pengusaha yang ingin meningkatkan retensi di pasar kerja yang kompetitif ini, menciptakan budaya merasa memiliki diidentifikasi sebagai pendorong utama niat untuk tetap bertahan.
Memastikan karyawan merasa seperti tujuan karir mereka dapat dipenuhi, memprioritaskan kesejahteraan, dan menyelaraskan individu dengan tujuan strategis perusahaan juga menjadi poin penting.
Penelitian Qualtrics memperkuat pentingnya secara rutin mendengarkan, memahami, dan mengambil tindakan atas umpan balik karyawan, untuk memastikan kebutuhan mereka terpenuhi sebagai bagian dari transformasi yang sedang berlangsung.
Dengan lebih baik dan lebih sering memahami pengalaman karyawan sepenuhnya - dari teknologi yang digunakan hingga faktor-faktor yang bisa mendorong retensi - organisasi dapat dengan cepat dan percaya diri merancang penawaran yang baru dan lebih baik, selaras dengan harapan karyawan yang senantiasa berubah.
“Agar sukses menjalani peralihan ke model kerja hybrid, dan bersaing secara efektif dalam persaingan mencari bakat, bisnis di seluruh Asia Tenggara harus terus mengadopsi pola pikir baru, dan mendefinisikan ulang cara kerja mereka," jelas Lauren Huntington, Ahli Strategi Solusi Pengalaman Karyawan untuk Qualtrics di Asia Tenggara dalam keterangan pers, Jumat (25/2)
"Seperti yang terlihat dalam penelitian Qualtrics, mengatasi tantangan yang dihadapi tidak sesederhana mengatur jadwal kerja baru atau meningkatkan keterlibatan," katanya.
"Karyawan memiliki beragam kebutuhan di lingkungan kerja saat ini, sehingga kemampuan untuk dengan cepat dan mudah mengidentifikasi dan menanggapi masalah yang berdampak besar dengan memanfaatkan alat seperti Qualtrics adalah keunggulan yang signifikan.” papar Lauren Huntington.
Tentang studi
Studi Qualtrics dilakukan antara bulan Agustus dan Desember 2021, dan melibatkan 5.045 responden berusia 18 tahun atau lebih yang bekerja penuh waktu di berbagai industri di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. (RO/OL-09)
Terkini Lainnya
Kerja Sama Ketenagakerjaan antara Indonesia dan Albania Dimulai
28.593 Jemaah Haji Telah Pulang ke Tanah Air
Membumikan Diskursus Islam Indonesia di Inggris Raya
39 Rekomendasi Film Indonesia yang Dibintangi Rio Dewanto
BMKG: Sejumlah Wilayah di Indonesia Masih Berpotensi Diguyur Hujan
Hasil Australia Terbuka 2024: Tunggal Putri Indonesia, Ester Keluar Sebagai Runner Up
Transformasi Human Capital Pacu Kinerja Perusahaan
SDM Unggul Kunci Utama Ciptakan Lingkungan Kerja Kondusif
Keseimbangan Lingkungan Kerja Jadi Modal Hasilkan Produk Berkualitas
Ini Dampak AI pada Cara Perusahaan Mengelola SDM
Dorong Edukasi Digital Agar Karyawan Cerdik Finansial
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap