visitaaponce.com

Erick Ungkap Harga Pertamax Bisa Turun Sesuai Mekanisme Minyak Dunia

Erick Ungkap Harga Pertamax Bisa Turun Sesuai Mekanisme Minyak Dunia
Harga BBM(ANTARA FOTO/Ampelsa)

MENTERI Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi seperti Pertamax berpeluang turun. Hal ini, ucap Erick, disebabkan harga Pertamax ditentukan dengan mekanisme harga minyak mentah dunia.

Dia menyebut, apabila harga minyak dunia turun, Pertamax pun akan mengikuti mekanisme tersebut dengan menurunkan harga jual kepada masyarakat.

"Banyak juga yang bicara, nanti kalau harga minyak dunia turun seperti apa, ya pasti kita turun. Cuma yang harus diingat apa yang dilakukan pemerintah hari ini, itu mengurangi subsidi," ujar Erick saat meninjau Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC), Jakarta, Rabu (7/9).

Erick menyebut BBM seperti Pertalite, Solar dan Pertamax masih dalam subsidi. Erick menilai jika minyak mentah dunia yang saat ini sebesar 95 dolar AS per barel turun menjadi 75 dolar AS per barel, akan diikuti dengan harga jual Pertamax kepada masyarakat. 

"Kalau nanti harga minyak dunia turun, pertamax akan jadi harga pasar, jadi bisa saja turun, tapi apakah Solar dan Pertalite itu nanti harga pasar, tidak bisa karena itu subsidi," ucap Erick.

Erick menyampaikan penyesuaian harga pertamax dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter merupakan upaya pemerintah dalam mengalihkan subsidi agar lebih tepat sasaran. Ia menyebut selama ini, meski sebagai BBM nonsubsidi, Pertamina tetap memberikan subsidi untuk Pertamax. Erick mengatakan harga Pertamax sejatinya masih berada di bawah harga keekonomian maupun yang ditawarkan kompetitor.  

"Karena yang selalu diingatkan, yang kita, pemerintah, lakukan hari ini bukan kenaikan harga, tapi pengurangan subsidi," tutur pria kelahiran Jakarta tersebut.

Baca juga: Disesuaikan Berkala, Pertamax Tetap RON 92 Paling Kompetitif di Indonesia

Erick menilai perbandingan harga BBM antarnegara tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja. Erick mengatakan status sebagai negara produsen BBM tentu akan berbeda dengan negara yang hanya mengimpor BBM dalam penentuan harga jual kepada masyarakat.

"Nah ini kadang-kadang persepsi dari masyarakat dibanding-bandingkan, kenapa negara ini lebih murah, karena masih menghasilkan, mayoritas gitu, kalau kita sudah impor," sambung dia.

Kata Erick, Indonesia sejak sembilan tahun lalu sudah bukan lagi menjadi anggota negara pengekspor minyak atau OPEC. Alhasil, Indonesia masuk dalam kategori dengan yang mengimpor BBM sejak 2003.

Erick menilai pengurangan subsidi BBM akan diimbangi oleh perusahaan dengan menyesuaikan besaran gaji untuk para pekerja. Dia menilai penyesuaian gaji merupakan hal yang lumrah tatkala terjadi pengalihan subsidi BBM.

Untuk BUMN, Erick meminta melakukan sejumlah program dalam menyeimbangkan perekonomian. Salah satunya lewat Makmur sebagai sebuah program dan ekosistem pertanian yang terintegrasi, dari hulu hingga ke hilir. 

Tak hanya itu, lanjut Erick, BUMN melalui holding perkebunan nusantara juga telah kerja sama sektor kopi dengan perusahaan Belanda.

"Kemarin tanda tangan untuk kopi, dari 7 ribu hektare sudah mulai ada pembelinya dari luar negeri, itu 100% swasta dari Belanda, total transaksinya lumayan meski belum besar tapi sudah mencapai 5,6 juta dolar AS," tukasnya.

Erick menyebut sejumlah program tersebut sebagai wujud keseriusan BUMN dalam mendukung peningkatan UMKM. Dia terus mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas para pelaku usaha lokal untuk mampu berbicara banyak di kancah internasional. 

Berdasarkan riset, Erick menyebut 70% anak muda Indonesia ingin menjadi pengusaha. Menurut Erick, hal ini menjadi sebuah fondasi besar bagi Indonesia untuk menjadi negara maju. 

"Makanya kita dorong BUMN memberikan pembiayaan dan pendampingnya, termasuk CSR pun sekarang hanya tiga: memberikan pendidikan, perbaikan lingkungan hidup dan pendampingan UMKM untuk digital marketing. Itu kita dorong supaya kita menjadi bangsa yang mandiri, jangan sekadar kita merdeka, tapi tidak berdaulat. Itulah kita harus membangun ekosistem ini," pungkasnya.(RO/OL-5)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat