visitaaponce.com

Dongkrak Produksi Bawang Merah lewat Benih dari Umbi

Dongkrak Produksi Bawang Merah lewat Benih dari Umbi
Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkah memanen bawang merah di Kampung Ramah Lingkungan, Mutiara Bogor Raya, Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat.(Antara/Arif Firmansyah.)

KEMENTERIAN Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura mendorong penggunaan benih bawang merah berteknologi TSS (true shallot seed) atau dikenal dengan pemanfaatan biji botani. Tujuannya meningkatkan produktivitas bawang merah.

"Memang kami masih dorong terus pengembangan TSS. Kami lihat dari biaya produksi, terutama biaya benih, lebih murah dibandingkan menggunakan umbi," kata Dirjen Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, belum lama ini. 

Kelebihan benih bawang merah TSS ialah mampu mendongkrak hasil umbi bawang merah sampai dua kali lipat dibandingkan penggunaan benih umbi, bebas penyakit dan virus, membutuhkan benih lebih sedikit, pengangkutan lebih mudah, dan daya simpan lebih lama dibandingkan umbi. Sekitar 50% benih bawang asal biji masih dapat berkecambah setelah disimpan 1-2 tahun. Daya simpan benih bawang asal umbi juga hanya empat bulan.

Kendati banyak kelebihan, adopsi benih TSS oleh petani cukup sulit, terutama mengubah kebiasaan lama ke baru. "Tantangannya apa? Satu, benih biji rata-rata menghasilkan umbi tunggal. Masyarakat rata-rata ingin umbi yang banyak siungnya. Kalau ditanya ke masyarakat, mereka enggan menggunakan yang besar-besar karena boros," kata Prihasto.

Tantangan kedua, kata pria yang biasa disapa Anton itu, mayoritas petani lebih memilih varietas bawang merah yang telah lama digunakan, seperti Bima Brebes dan Tajuk. Tantangan ketiga yakni masa tanam hingga panen lebih lama dibanding varietas yang sudah ada. "Namun untuk bawang merah ini bijinya masih sangat terbatas. Dari varietas yang ada, belum ada untuk pengembangan bijinya," kata Anton.

Pengembangan TSS skala nasional telah diinisiasi Ditjen Hortikultura sejak 2018. Pada 2020, Ditjen Hortikultura mengembangkan budi daya bawang merah TSS di lahan seluas 1.100 hektare, naik menjadi 915 hektare di 2021. "Target 2022 seluas 1.000 hektare. Teknologi TSS berpotensi meningkatkan produksi dan efisiensi biaya produksi," kata Anton.

Selain mengintroduksi benih baru, Ditjen Hortikultura juga menyiapkan strategi pengamanan bawang merah secara nasional. Pertama, menyediakan gudang berkapasitas besar dilengkapi penyimpanan berpendingin untuk pengelolaan stok. Kedua, optimalisasi pemanfaatan gudang di daerah. Ketiga, kata Anton, memperkuat sistem manajemen pola tanam antarwilayah dan antarwaktu. 

Keempat, perbaikan sistem budi daya bawang merah baik benih asal umbi maupun biji (TSS). Kelima, aktivasi asuransi usahatani bawang merah atau AUBM). "Kami sudah mendorong terus dari 2018 untuk asuransi ini," jelas Anton. Keenam, kata Anton, mengembangkan pasar lelang di sentra-sentra produksi bawang merah. Dan terakhir, koordinasi serta sinergi pengendalian inflasi bersama champion, Bank Indonesia, dan tim pemantau inflasi pusat/tim pemantau inflasi daerah.

Kementan, kata Anton, mendorong bawang merah lewat program kampung hortikultura. Ada kampung bawang merah. "Kampung-kampung ini terkonsentrasi untuk pengembangan bawang merah dalam satu desa, satu wilayah yang belum banyak mengembangkan bawang merah di wilayah tersebut," kata Anton.

Dalam prognosa produksi dan neraca bawang merah periode Januari-Desember 2022, Kementan memperkirakan ada surplus di akhir tahun. Surplus serupa terjadi tiga tahun terakhir, yaitu 161.851 ton pada 2019, 299.228 ton pada 2020, dan 2021 surplus 303.910 ton. (RO/OL-14)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat