visitaaponce.com

Masa Depan Industri Pertambangan Menjanjikan

Masa Depan Industri Pertambangan Menjanjikan
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas diwawancarai Media Indonesia, di Kantor Media Group, Jakarta, Rabu (28/9).(Ist)

PERKEMBANGAN sektor pertambangan di Indonesia dinilai tetap menjanjikan dalam jangka waktu yang lama. Dari berbagai jenis pertambangan yang ada di Indonesia, mulai dari batu bara, nikel, tembaga, hingga emas, pertumbuhannya terbilang cukup masif dan menunjukkan hasil yang terus positif.

"Jika dilihat dari sektor pertambangan batu bara, harganya saat ini meroket hingga hampir menyentuh US$400 per ton. Itu sangat luar biasa dan itu masih menjadi primadona Indonesia. Negara-negara Eropa pun sekarang juga sudah kembali mulai impor batu bara lagi dari Indonesia," ujar Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas saat berbincang Media Indonesia, di Kantor Media Group, Jakarta, Rabu (28/9).

Kemudian untuk nikel, harganya kini sudah menyentuh US$23.000 per ton. Itu, kata Tony, juga merupakan suatu hasil yang baik bagi industri pertambangan nikel, khususnya di Indonesia.

Adapun untuk tembaga, saat ini harganya memang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan harga pada 6 atau 7 bulan yang lalu. Hal tersebut disebabkan oleh kekhawatiran para investor terkait akan terjadinya resesi.

Namun, menurut Tony, seperti halnya nikel, harga serta permintaan tembaga diperkirakan bakal terus meningkat. Pemicunya ialah karena tembaga dan nikel akan banyak berperan dalam ekosistem mobil listrik. Tembaga dibutuhkan dalam jumlah yang banyak untuk aliran listrik mobil, sedangkan nikel adalah bahan penting untuk memenuhi kebutuhan baterai mobil listrik.

"Saat ini orang-orang berlomba membangun renewable energy, seperti mobil listrik. Mobil listrik ini membutuhkan tembaga dan nikel yang luar biasa banyaknya. Maka dari itu, kita melihat prospek pertambangan Indonesia ke depan sangat besar," ujarnya.

Fokus pada business plan

Sementara itu, untuk perkembangan PTFI, Tony mengungkapkan dalam rencana bisnis (business plan), perseroan akan tetap fokus melakukan penambangan sampai 2041 dengan produksi level 100%.

"Kita tidak akan mencari tambang baru, kita punya business plan PTFI di area 10.000 hektare. Jadi dengan wilayah tersebut, PTFI akan menambang sampai 2041. Ke depannya business plan kita itu saja," ungkapnya.

Ia melanjutkan, untuk sumber daya manusia (SDM), PTFI tentunya banyak menyerap tenaga kerja masyarakat Papua. Tentunya hal tersebut dilakukan PTFI untuk mendukung serta memajukan kesejahteraan masyarakat di Papua tersebut.

"Di tambang kita ini terdapat sudah hampir 30 ribu orang anak-anak Papua. Saya punya wakil direktur orang Papua, bahkan kepala tambang bawah tanah di sana itu adalah orang Papua. Kemudian konstruksi tambang bawah tanah itu yang membuat anak-anak bangsa dan kepalanya adalah orang Papua. Tentunya ini kita lakukan untuk mendukung serta untuk memajukan kesejahteraan bagi masyarakat Papua," tutur Tony.

Selanjutnya, dalam perkembangan smelter yang dikelola oleh PTFI, Tony mengatakan saat ini masih dalam tahap konstruksi dan ditargetkan dapat selesai dengan cepat serta dengan kualitas yang bagus. Progres dari smelter tersebut kini sudah lebih dari 35% dan pada akhir tahun diperkirakan akan mencapai 50% dengan total biaya US$1,5 miliar.

"Diharapkan pada akhir 2023 mechanical complexion sudah selesai dan mulai commissioning dan free commissioning. Sehingga produksi pertama diharapkan dapat berjalan pada Mei 2024," ujar Tony.

Ke depannya PTFI juga akan mempekerjakan sekitar 1.000 orang jika konstruksi smelter tersebut dapat selesai dengan tepat waktu. Karena smelternya ada di Gresik, Jawa Timur, Tony menjelaskan, pekerjanya nanti akan di-mixed. 

"Jadi kalau smelternya ada di Gresik, tentu saja rekrutmennya akan dimulai dari Gresik terlebih dahulu. Namun tentu saja para tenaga-tenaga qualified dari Papua akan kita pekerjakan juga di smelter Gresik," ujarnya.

Dukung zero emission

Dalam mengimplementasikan rencana bisnisnya, PTFI tetap berkomitmen untuk berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon. PTFI menargetkan 30% untuk pengurangan emisi karbon ini pada 2030.

"Kita komitmen untuk mengurangi emisi karbon. Sekarang ini progresnya sudah lebih dari 20% dan diharapkan setidaknya 30% pada 2030, bahkan mungkin bisa lebih," jelas Tony.

Hal tersebut sejalan dengan target Indonesia yang terus berupaya menurunkan emisi karbon hingga dapat tercapai pada 2060 dengan pemanfaatan energi baru dan terbarukan secara optimal. Menurutnya, renewable energy adalah suatu ke niscayaan yang mau tidak mau harus dilakukan. 

"Jadi ini target Indonesia net zero adalah 2060. Oleh sebab itu seluruh elemen bangsa ini harus bergerak ke arah itu. Bukan hanya sektor pertambangan saja, sektor lain juga harus bisa bergerak ke arah net zero emission carbon tersebut," ujarnya.

Tony menjelaskan terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk bergerak ke arah net zero emission carbon, terutama dalam hal energi. Salah satunya ialah dengan mengurangi listrik yang menggunakan batu bara dan digantikan dengan energi baru yang rendah emisi.

Kemudian melakukan penanaman kembali, salah satunya memperbanyak penanaman hutan bakau (mangrove).

Menurut Tony, hutan bakau dapat menyerap karbon dengan kapasitas yang banyak dibandingkan dengan pohon lainnya. Dalam hal ini Indonesia unggul karena memiliki 190 juta hutan yang dapat dimanfaatkan dalam pengurangan emisi karbon.

"Program-program lainnya yang mendukung low carbon emission harus tetap digalakkan. Mari kita bergerak bersama-sama seluruh elemen bangsa untuk mendukung apa yang sudah digariskan oleh pemerintah yaitu berkontribusi positif bagi perekonomian Indonesia dengan target 2060 net zero emission carbon," tutupnya. (Fik/X-12)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat