visitaaponce.com

Di Tengah Ancaman Resesi, Sebaiknya Pilih Aset Trading Safe Haven

Di Tengah Ancaman Resesi, Sebaiknya Pilih Aset Trading 'Safe Haven'  
Reza Aswin, Senior Fundamental Analyst Didimax.(Ist)

BERAWAL dari pandemi covid-19 di tahun 2020 membuat terjadinya penguncian diseluruh negara didunia.

Dampak dari penguncian yang terjadi tentunya adalah perlambatan ekonomi global yang tidak pernah terjadi sebelumnya didunia, dimana permintaan turun dan pertumbuhan ekonomi di banyak negara maju berada di daerah negatif termasuk Amerika Serikat (AS).

"Untuk mengatasi hal tersebut, maka bank sentral diseluruh dunia mulai melakukan intervensi besar besar dengan cara menurunkan suku bunga dan melakukan program stimulus ultra longgar, untuk memulihkan ekonomi di negaranya," kata Reza Aswin, Senior Fundamental Analyst Didimax dalam keterangan, Sabtu (29/10).

Baca juga : Harga Kripto Luna Anjlok, Trading Forex Bisa Jadi Pilihan

Keadaan ini tentunya mempunyai efek terhadap angka inflasi global ditambah lagi adanya perang di Eropa Timur yang melibatkan salah satu negara penghasil minyak dunia terbesar yaitu Rusia.

"Gangguan rantai pasokan, harga minyak dunia yang tinggi serta banyaknya uang beredar menyebabkan ekonomi global mengalami tekanan angka inflasi yang berlebih atau hyper inflation," tambahnya.

"Dalam teori ekonomi di mana saat angka inflasi meningkat maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat, tetapi saat ini yang terjadi adalah angka inflasi meningkat tetapi pertumbuhan ekonomi terlihat melambat atau yang dikenal dengan stagflasi," ujar Reza. 

Baca juga : Lima Tips Praktis Belajar Forex secara Cepat dan Hasilkan Profit

Keberadaan ini tentunya membuat data ekonomi setiap negara maju termasuk Amerika Serikat mengalami pelemahan yang signifikan, dan indikator ekonomi mulai menunjukan akan terjadinya resesi dalam beberapa waktu ke depan.

"Sinyal akan terjadinya resesi global terlihat dari adanya kurva imbal hasil terbalik atau inverted curve yields negara Amerika Serikat dimana imbal hasil obligasi jangka pendek Amerika Serikat lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan imbal hasil obligasi jangka panjangnya," papar Reza.

Walaupun tidak selalu kurva ini menunjukan terjadinya resesi tetapi banyak pengamat ekonomi mempercayai bahwa kurva imbal hasil terbalik obligasi AS ini akan membawa negara tersebut k edalam resesi setidaknya 14 – 17 bulan ke depan dari awal terjadinya inverted curve yields.

Baca juga : Inilah Prediksi Pasar Finansial Tahun 2024 dari Analis Pasar Finansial Octa

"Setidaknya pertengahan sampai akhir tahun 2023 Amerika Serikat akan mengalami resesi atau perlambatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi negative setidaknya dalam 2 kuartal ke depan," katanya. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia

Sedangkan untuk Indonesia sendiri sampai saat ini masih menunjukan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di mana GDP Indonesia masih berada pada area positif yaitu 3,72% dari – 0,95 pada kuartal kedua.

Baca juga : Ingin Investasi Forex? Memilih Broker yang Tepat Jadi Kunci Krusial

Data pengangguran menurun dari 6,49% menjadi 5,83% pada bulan lalu serta cadangan devisa Indonesia naik dari $407 juta menjadi $3853 juta dan Penjualan Retail meningkat dari -3,1% menjadi 0,8%.

Data data ini menunjukan bahwa Indonesia sampai saat ini masih mampu bertahan dari keadaan ekonomi global yang mulai melemah.

Untuk ke depannya keadaan ini tentunya akan terpengaruh sangat signifikan apabila ditahun depan terjadi resesi global karena akan sangat mempengaruhi angka eksport dan import Indonesia.

Baca juga : Aplikasi Digital Traders Family Gelar Program Edukasi Trading Forex di Surabaya

"Sehingga kebijakan moneter dan fiscal Indonesia ke depannya akan sangat menentukan apakah Indonesia akan terseret ke dalam resesi atau justru menjadi negara paling aman bagi para investor didunia, karena pertumbuhan ekonomi yang sangat stabil," ujarnya.

Temukan peluang di tengah resesi
Meski perekonomian global dihantui resesi dan melonjaknya inflasi seiring dengan berlangsungnya perang Rusia dan Ukraina, Trading Forex online Didimax nyatanya masih menjadi pilihan terbaik untuk tetap cuan.

"Ada baiknya pilih aset trading yang bersifat safe haven seperti, logam mulia dan forex. Emas dan perak dikenal memiliki nilai yang lebih aman di tengah kondisi pasar global yang dinamis," jelas Reza.

Baca juga : Inilah Alasan Investor di Tanah Air Lebih Memilih Forex

"Logam mulia dinilai sangat menguntungkan karena tahan terhadap inflasi, memiliki likuiditas tinggi, dan memiliki nilai yang universal," jelasnya.

Sementara dolar AS masih menjadi patokan untuk mengukur valuasi di pasar finansial dan mata uang cadangan di banyak negara. 

"Walaupun kondisi pasar di tengah ketidakpastian, penting bagi trader untuk memiliki portofolio trading yang terdiversifikasi agar meminimalisir risiko tak terduga," jelas Reza.

Di Didimax, terdapat berbagai pilihan aset safe haven yang dapat Anda perdagangkan.

"Sebagai pelopor perdagangan pasar berjangka di Indonesia, Didimax sudah terjamin legalitasnya di bawah pengawasan Bappebti dan Kementerian Perdagangan," tutur Reza. (RO/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat