Diskusi Keringanan Utang di G20 Diperkirakan akan Sulit
![Diskusi Keringanan Utang di G20 Diperkirakan akan Sulit](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/68a346d347cfed0937b6feba849aff57.jpeg)
Pejabat Departemen Keuangan AS mengatakan pada Rabu (22/2) bahwa mereka memperkirakan diskusi G20 tentang keringanan utang untuk negara-negara yang tertekan akan "sulit", tetapi penting untuk menghilangkan hambatan agar masalah ini tidak menjadi masalah sistemik bagi ekonomi global di tahun-tahun yang akan datang.
Para pejabat, berbicara kepada wartawan menjelang pertemuan para pemimpin keuangan G20 minggu ini, mengatakan bahwa tantangan utama yang harus diatasi kelompok itu adalah permintaan Tiongkok agar Bank Dunia dan bank pembangunan multilateral (MDB) lainnya berpartisipasi dalam pengurangan utang dengan mengambil "pemotongan utang" bersama kreditur bilateral.
"Masalah utang itu menantang, menurut saya. Mereka sulit dalam beberapa pertemuan terakhir dan saya perkirakan akan terus berlanjut," kata salah satu pejabat Departemen Keuangan.
Pertemuan di Bangalore akan meluncurkan meja bundar utang negara global baru yang bertujuan untuk menembus hambatan menuju restrukturisasi utang untuk Zambia, Sri Lanka, dan negara-negara tertekan lainnya.
Peserta termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, India, Arab Saudi dan negara-negara G7 lainnya, bersama dengan kreditur sektor swasta, dan enam negara debitur: Ethiopia, Zambia, Ghana, Sri Lanka, Suriname, dan Ekuador.
Pembicaraan meja bundar ditujukan untuk mencoba menyepakati standar umum, prinsip dan definisi untuk perlakuan utang, bukan untuk merundingkan persyaratan spesifik restrukturisasi yang macet, seperti untuk Zambia, menurut Dana Moneter Internasional (IMF).
Para pejabat Departemen Keuangan mengatakan mereka akan berusaha meyakinkan China bahwa bank-bank pembangunan multilateral memberikan pembiayaan dan hibah yang sangat lunak kepada negara-negara pengutang yang mencapai tujuan yang sama seperti pengurangan pokok utang.
"Jika tujuan (China) adalah MDB mengambil potongan utang, itu adalah sesuatu yang tidak akan kami dukung. Jika tujuan mereka adalah MDB menjadi bagian positif dari solusi, kami pikir sudah," kata pejabat kedua, menambahkan bahwa kemungkinan pejabat senior China akan berpartisipasi dalam diskusi secara virtual.
Para pejabat juga mengatakan bahwa utang yang menggantung di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah belum menjadi ancaman sistemik bagi ekonomi global, hal itu bisa menjadi ancaman di tahun-tahun mendatang jika restrukturisasi utang tidak diselesaikan dan lebih banyak negara jatuh ke dalam tekanan utang. (Ant/OL-12)
Terkini Lainnya
Utang Jatuh Tempo Jumbo Tahun Depan, Pemerintah Harapkan Investor Reinvestasi
Soroti Utang Indonesia, Indef Singgung Stroke Ketiga
Pembunuhan Pegawai Koperasi di Palembang, Pelaku tidak Terima Kena Bunga Tinggi
Pembiayaan Utang hingga Mei 2024 Capai Rp132,2 Triliun
Ini Hal yang Boleh dan tidak Boleh Dilakukan saat Menggunakan PayLater
Airlangga Tolak Isu Defisit Anggaran Lampaui 3%
Warganet Pesimistis Prabowo-Gibran Mampu Atasi Utang Indonesia
Pemerintah Didesak Optimalkan Penerimaan Pajak
Utang Indonesia Tembus Rp8.000 Triliun, Sri Mulyani belum Khawatir
Utang Luar Negeri Indonesia Turun di Triwulan I 2024
Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$405,7 Miliar di Januari 2024
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Manajemen Sekolah Penghalau Ekstremisme Kekerasan
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap