visitaaponce.com

BI Jaga Perbedaan Suku Bunga agar Tetap Menarik di Tengah Ketidakpastian Fed Rate

BI Jaga Perbedaan Suku Bunga agar Tetap Menarik di Tengah Ketidakpastian Fed Rate
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.(BIRO PERS SEKPRES RUMGAPRES)

KOMITE Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bertugas mengawal perkembangan ekonomi, termasuk kemungkinan penurunan soft landing dari ekonomi AS, perkiraan outlook ekonomi yang lebih baik untuk Tiongkok diperkirakan Bank Indonesia bisa tumbuh hingga 5,1% karena pembukaan ekonominya kembali. Namun masih perlu diwasapadai pada penurunan ekonomi AS dan Eropa mendatang.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pengalaman menunjukkan konsistensi kebijakan diarahkan untuk pengendalian inflasi di dalam negeri. Sehingga Bank Indonesia memtuskan mengatakan tingkat suku bunga bank sentral saat ini masih memadai.

"Pertimbangannya adalah memastikan inflasi kembali ke target. Inflasi inti akan di bawah 4 persen pada semester I-I-2023, dan inflasi indeks harga konsumen (IHK) kembali di bawah 4 persen di semester II-2023. Sehingga tidak diperlukan lagi kenaikan suku bunga karena inflasi akan kembali ke target dan sebagai bagian dari mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Perry dalam CNBC Economic Outlook, Selasa (28/2).

Baca juga: BI: Aliran Modal Asing Keluar Bersih Capai Rp640 Miliar

Bank Indonesia membaca tingkat suku bunga AS Fed Fund Rate (FFR) diprediksi akan bertahan pada level 5,25% hingga sampai akhir tahun.

Fed Fund Rate tidak berdampak langsung ke ekonomi Indonesia dan kepada nilai tukar rupiah, tetapi lebih berpengaruh kepada imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN), karena membuat rate differential (perbedaan suku bunga BI dengan suku bunga AS).

"Kami dan Menkeu menjaga agar yield differential menarik. Saya dan menkeu sering diskusi ini. Saat ini Rp 45,3 triliun asing sudah masuk ke SBN di tahun ini dijaga rate differential itu," kata Perry.

Sementara itu, terjaganya nilai tukar rupiah, bukan hanya akibat kebijakan suku bunga, tetapi juga karena fakor fundamental. Maka untuk menguat fundamental nilai tukar rupiah tersebut, BI berupaya menambah valas dengan instrumen Term Deposit Valas (TD Valas) untuk menampung dana hasil devisa ekspor (DHE) di Bank Indonesia.

"Kami tidak segan stabilkan rupiah dan di masa tekanan, kami lakukan intervensi. Tapi itu tidak cukup itu. Maka mulai awal Maret 2023, kami implementaskan term deposit valas (TD valas), sudah signing dengan 19 bank dan sudah ketemu dengan 221 eksportir," kata Perry.

Bank Indonesia melalui rekening khusus, menawarkan eksportir suku bunga yang kompetitif agar mereka mau menempatkan valas hasil devisa ekspor mereka dalam jangka waktu 3 dan 6 bulan.

"Kami tawarkan suku bunga lebih tinggi sehingga eksportir yang menaruh dana DHEnya di rekening khusus bisa tinggal lebih lama. Ini berjalan sambil menunggu revisi PP No. 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam," kata Perry.

Bank Indonesia yakin nilai tukar rupiah akan menguat, dan kembali ke fundamentalnya, terlebih saat ketidakpastian Fed Fund Rate mereda. (Try/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat