Mantan Gubernur BI Nilai Fluktuasi Rupiah Wajar
![Mantan Gubernur BI Nilai Fluktuasi Rupiah Wajar](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/07/4f62e45cc8af989181d168650f324631.jpg)
FLUKTUASI nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir dinilai lumrah. Pergerakan naik turun itu dianggap relatif masih lebih baik dibanding negara lain. Apalagi posisi cadangan devisa masih cukup tinggi, yakni US$139 pada Mei 2024.
"Rupiah berfluktuasi itu tentu saja. Tapi ya kita itu masih oke. Cadangan devisa masih sekitar US$130 miliar, tidak jelek sama sekali," ujar Gubernur Bank Indonesia periode 1993-1998 Soedrajad Djiwandono saat memberikan kuliah umum dalam acara Midyear Banking and Economic Outlook 2024 oleh Infobank, Selasa (2/7).
Dia juga meminta otoritas moneter maupun pemerintah tak terlalu khawatir jika nantinya nilai rupiah terus melemah hingga menembus Rp17 ribu per dolar AS. Alih-alih khawatir berlebih dan menimbulkan kegaduhan, pemangku kebijakan mesti bisa mempersiapkan diri dan kebijakan mitigasi yang tepat.
Baca juga : Rupiah Hari Ini Menguat di Angka Rp15.653 per Dolar AS
Pasalnya, menurut Soedrajad, penguatan dolar diperkirakan masih akan terus berlanjut. Itu akibat kebijakan suku bunga tinggi The Federal Reserve (The Fed) yang berlangsung cukup lama. Prakiraan pasar soal pemangkasan suku bunga pun tampak pudar setelah The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 5,25% hingga 5,50% bulan lalu.
Penguatan dolar AS juga disebut akan tetap terjadi meski nantinya The Fed memangkas suku bunga acuannya. Sebab, nilai tukar mata uang Negeri Paman Sam itu tetap menguat meski banyak negara mulai mempromosikan pembayaran dengan mata uang lokal.
Hal yang paling mengkhawatirkan dari terus menguatnya dolar AS ialah dampak menjalar ke sektor riil di dalam negeri. "Yang kita takutkan adalah efek terakhir ke sektor riil dan menyebabkan inflasi. Harapan saya, mudah-mudahan ini jangan ke sektor riil," tutur Soedrajad.
Dia juga mengaitkan pelemahan rupiah itu dengan kondisi pendapatan negara yang menurutnya masih cukup lemah. Hal itu terlihat dari rasio pajak (tax ratio) Indonesia yang konsisten rendah d kisaran 10%. Padahal dari segi jumlah penduduk, rasio itu mestinya tinggi.
"Harus bisa menaikan itu, kesungguhan efektivitas penarikan, tidak dibuka kesempatan kongkalikong pejabat pajak dan pembayar pajak, itu akan meningkatkan penerimaan. Kalau itu dilakukan tax ratio bisa naik 2%, itu memang tantangan besar, tapi bukan mustahil. Tidak boleh pesimistis," jelas Soedrajad. (Mir/Z-7)
Terkini Lainnya
BI: Proyek Nexus Lancarkan Sistem Pembayaran Antarnegara
BI Sumbar Dorong Peningkatan Transaksi melalui KPPD
3 Strategi untuk Perkuat Pembiayaan UMKM
OJK Harapkan Ada Penurunan Rasio Kredit Macet Perbankan
Gubernur BI Lapor Ke Presiden, Nilai Tukar Rupiah Segera Menguat
Cadangan Devisa Indonesia Meningkat pada Mei 2024
Insentif Digenjot, Penempatan DHE SDA di Dalam Negeri Diyakini Meningkat
Kadin Apresiasi Perevisian Permendag 36/2023
Ekonom: Kontribusi Ekspor ke Perekonomian Memang Rendah
Arti Kemenangan Prabowo Subianto dan Vladimir Putin
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap