Ini Tantangan dan Pendukung Ekonomi Perbankan Indonesia di 2023 Menurut Dirut BRI
![Ini Tantangan dan Pendukung Ekonomi Perbankan Indonesia di 2023 Menurut Dirut BRI](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/03/707284b913724dcb9a36b3bcb99a15c2.jpg)
Direktur Utama Bank BRI Persero Tbk (BBRI), Sunarso, mengatakan di tahun 2023 kondisi perbankan dan ekonomi akan terdongkrak dengan konsumsi dan kepercayaan untuk masuknya investasi. Faktor pendukungnya antara lain telah terjadi peningkatan aktivitas bisnis dan ekonomi yang menuju normal, sejalan dengan keberhasilan regulator mengendalikan covid-19.
Pendukung lainnya yaitu harga komoditas mulai bergerak turun, namun masih di level harga yang tinggi di bandingkan kondisi normal. Sehingga ekspor komoditas Indonesia justru membaik, dan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia.
Selain itu, rating investasi Indonesia yang stabil dan positif, memberikan kepercayaan kepada investor untuk masih memasukkan modal ke Indonesia.
Baca juga: Fokus The Fed Tetap Menaikkan Suku Bunga untuk Menekan Inflasi
"Tidak kalah penting, yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memperpanjang masa relaksasi restrukturisasi covid-19 hingga 2024," kata Sunarso, di hadapan Komisi VI DPR RI, Selasa (28/3)
Sedangkan faktor yang menantang di tahun 2023 di antaranya resesi di Amerika Serikat dan perlambatan ekonomi global. Lalu tantangan lainnya juga masih akan muncul seperti tensi politik global, disrupsi rantai pasok, juga tekanan inflasi masih tinggi.
Berbagai tantangan itu akan mendorong kenaikan biaya produksi, penurunan pendapatan riil masyarakat, dan juga potensi pengurangan tabungan masyarakat di perbankan.
Baca juga: Survei : Nasabah Ingin Kemudahan dan Kenyamanan dalam Fitur Super App Perbankan
Belajar Dari SVB
Tantangan lainnya yaitu krisis perbankan global. Beberapa bank besar seperti Silicon Valley Bank (SVB), Credit Suisse, sempat mengalami kesulitan likuiditas dan perlu modal. Ini dapat memberi sentimen negatif terhadap perbankan domestik Indonesia.
Pelajaran yang Indonesia bisa peroleh dari kasus SVB, yaitu sejumlah risiko yang berkontribusi terhadap kejatuhan mereka.
Pertama, pentingnya mengelola reputational risk. Berita terkait penjualan saham perusahaan oleh petinggi-petinggi SVB sangat berpengaruh terhadap risiko reputasi perusahaan.
"Berita terkait unreleased lost, membuat ketidaktenangan pasar," kata Sunarso.
Berikutnya adalah liquidity risk atau risiko likuiditas. Pada kasus SVB, likuiditas tidak tersedia untuk kebutuhan jangka pendek dan ini sangat berbahaya.
"Membuat contigency funding plan yang gagal dan terjadi maturity mismatch assets versus liabilities. Penting bank mengelola aset dan liabilitas," kata Sunarso.
Suharso pribadi melihat risiko pasarnya SVB luar biasa. Dampak kenaikan suku bunga AS Fed Fund Rate dari 0,25 persen menjadi 4,75 persen mengakibatkan unrealized loss Available for sale (AFS) hingga 15,54 persen terhadap modal.
"Aset-aset dia menjadi berpotensi rugi 15,54 persen terhadap modal. Akan sangat berbahaya ketika itu dieksekusi menjadi real loss. Ini adalah dampak dari risiko pasar yang berpengaruh terhadap likuiditas dan permodalan," kata Sunarso.
Risiko berikutnya, kesalahan SVB ada pada nasabah yang terkonsentrasi di sektor startup dan teknologi. Sebesar 55 persen surat berharga SVB merupakan mortgage backed securites (MBS) yaitu spesifik asetnya pada hipotek. Sebesar 79persen Surat Berharga SVB bertenor panjang di atas 10 tahun. Sementara 90 persen depositnya merupakan non maturity deposit berupa giro dan tabungan jangka pendek.
"Makanya kami tidak mau mengumpulkan portofolio di satu keranjang basket karena bahayanya seperti ini. Ini lesson learned dari SVB," kata Sunarso.
Selain itu tidak tersedia Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dari regulator di AS.
Kasus ini juga terjadi serupa pada Credit Suisse, yang akhirnya diakuisisi oleh UBS Bank dengan nilai 3 miliar Swis Franc. Tetapi kebutuhan untuk top-up likuiditas masih jauh lebih besar, yang kemudian dilanjutkan oleh bank sentral Swiss.
(z-9)
Terkini Lainnya
Dirut BRI Sunarso Ogah Terbuai di Zona Nyaman
11 Penghargaaan Disabet BRI pada The Finance Asia Awards 2024
Sunarso Jadi The Best CEO, BRI Borong 11 Penghargaan Internasional dari Finance Asia
BI Rate tidak Ganggu Pertumbuhan Kredit
BRI Prediksi Era Suku Bunga Rendah Usai Semester I 2024
BRI Petakan Strategi Respons untuk Bertahan dan Tumbuh
Lembaga Pendanaan Kunci Sukses Ekosistem Kendaraan Listrik
Peretasan Pusat Data Nasional, Firnando Ganinduto Serukan Peningkatan Keamanan di Sektor Perbankan
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Gerakan Green Movement Sabuk Hijau Nusantara Tanam 10 Ribu Pohon di IKN
Gandeng Benihbaik, Bigo Live Gelar Kampanye Dukung Yayasan Kanker Indonesia
Bantu Penyandang Penyakit Langka Cornelia de Lange Syndrome dengan Solo Cycling
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap