visitaaponce.com

Peretasan Pusat Data Nasional, Firnando Ganinduto Serukan Peningkatan Keamanan di Sektor Perbankan

Peretasan Pusat Data Nasional, Firnando Ganinduto Serukan Peningkatan Keamanan di Sektor Perbankan
Firnando Ganinduto(Ist)

PERETASAN Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) dengan ransomware LockBit 3.0 menunjukkan kerentanan infrastruktur IT dari serangan hacker. Serangan ini mengakibatkan terganggunya layanan publik nasional seperti pendidikan, dan imigrasi. Insiden yang memberi pelajaran pentingnya penguatan dan pengawasan ketat sistem keamanan IT, terutama bagi sektor perbankan yang sangat rentan terhadap serangan siber. 

Anggota DPR-RI terpilih, Firnando H. Ganinduto, yang juga seorang pakar di bidang perbankan dan keuangan mengimbau agar perbankan nasional segera melakukan back-up data/server, perangkat dan sistem keamanan tinggi, serta sumber daya manusia maupun SOP IT yang sistematis dan ketat untuk mencegah terjadinya peretasan di masa depan.

"Peretasan PDNS ini merupakan serangan sistem keamanan yang serius dan dapat menimbulkan dampak yang besar bagi berbagai sektor, termasuk perbankan. Data nasabah yang bocor dapat disalahgunakan oleh penjahat siber untuk melakukan penipuan dan kejahatan lainnya,” ujar Firnando yang berpengalaman selama lebih dari 20 tahun di industri keuangan dalam & luar negeri, pada Rabu (3/7).

Baca juga : Buntut Peretasan, Direksi BSI Didesak untuk Dicopot dari Jabatan

Firnando menambahkan bahwa perbankan harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan siber mereka dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat secara berkala. Hal ini termasuk me-review dan memperbarui sistem perangkat lunak/keras, melatih karyawan IT tentang keamanan siber terbaru, dan menerapkan protokol keamanan (SOP) yang ketat. 

"Dampaknya akan sangat masif jika tidak diperbaiki, selain penyalahgunaan data pribadi, kerugian finansial dan lainnya yang akan sangat merepotkan negara. Keadaan harus masuk kategori prioritas dan krusial untuk dibenahi," ujar Firnando.

"Perbankan juga harus memiliki sistem back-up data yang handal, serta tersebar di server berbeda. Tidak di satu jaringan utama agar data nasabah dapat dipulihkan dengan cepat jika terjadi peretasan," tambah peraih gelar Bachelor of Business Administration Degree dari Berkeley College, New York ini. 

Baca juga : Polisi: Belum Ada Laporan Nasabah Korban Ransomware Lockbit 3.0 BSI

Di sisi lain Firnando mendorong Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memperkuat regulasi dan pengawasan terhadap keamanan siber di sektor perbankan.

"OJK harus bekerja sama dengan perbankan untuk memastikan bahwa mereka menerapkan standar keamanan siber yang memadai, serta meningkatkan edukasi publik tentang keamanan siber dan mendorong masyarakat untuk berhati-hati dalam bertransaksi online," tambahnya. 

Menurutnya lagi serangan siber terhadap PDNS merupakan bukti bahwa tidak ada sistem yang 100% aman. Namun, dengan menerapkan langkah-langkah pengawasan dan pencegahan yang tepat dan sistematis, perbankan dapat meminimalisir risiko terjadinya peretasan dan melindungi data nasabah mereka.

"Jangan lupa untuk terus meningkatkan edukasi kepada masyarakat luas tentang keamanan siber dan cara melindungi diri dari penipuan online," tambah Firnando yang pernah bekerja di Matrix Capital Group di New York City dan  Bank DBS Indonesia ini. (Nov)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat