visitaaponce.com

Indonesia Kembangkan Industri Hilirisasi Logam dan Ekosistem Kendaraan Listrik

Indonesia Kembangkan Industri Hilirisasi Logam dan Ekosistem Kendaraan Listrik
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (kedua dari kanan) kala mendampingi Presiden Jokowi di Hannover Masse.(Instagram @bahlillahadalia)

MENTERI Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengungkapkan sebagai negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia berkomitmen mengembangkan industri hilirisasi logam dan membangun ekosistem kendaraan listrik di tanah air.

Komitmen itu didukung oleh investasi asing dari 3 perusahaan besar Eropa yakni BASF, Eramet, dan Volkswagen melalui PowerCo, usai Bahlil mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan para pimpinan perusahaan tersebut di sela kegiatan Hannover Masse 2023 di Jerman.

“Sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia, saat ini, sedang mengembangkan hilirisasi industri logam untuk membuat baterai kendaraan listrik serta membangun ekosistemnya di Indonesia,” ujar Bahlil dikutip dari akun Facebook resmi miliknya, Kamis (20/4).

Baca juga: Olahraga Bareng Menpora, Menteri Bahlil Siap Promosikan Sport Industri ke Investor

Kerja sama investasi antara pemerintah dan Eropa itu, kata Bahlil, memperkuat komitmen Presiden Jokowi membangun industri listrik dalam negeri serta berpotensi menempatkan posisi Indonesia sebagai produsen baterai kendaraan listrik terkemuka di dunia.

“Saat pertemuan dengan CEO PowerCo Frank Blome dan CPO PowerCo Jorg Teichmann di Jerman, PowerCo berkomitmen membangun industri baterai kendaraan listrik secara terpadu di Indonesia. PowerCo merupakan anak perusahaan Volkswagen yang didirikan pada 2022 dan berkantor pusat di Salzgitter, Jerman,” paparnya.

Bahlil menambahkan rencana investasi perusahaan di Indonesia ditargetkan untuk menyuplai produk baterai listrik kepada sejumlah merek otomotif di bawah naungan VW Group. 

Baca juga: Pengusaha Sambut Arahan Menteri Bahlil untuk Gandeng UMKM

Nantinya, Volkswagen akan bekerja sama dengan beberapa perusahaan nasional dan asing.

Mantan Ketua Umum HIPMI itu memastikan akan mengawal rencana dari para investor agar dapat secepatnya dapat terealisasi.

“Kami siap mengawal agar rencana investasi ini segera terealisasi,” tegasnya.

Lanjut Bahlil menerangkan, VW akan bekerja sama dengan PT Vale Indonesia (Tbk), Ford, dan Huayou yang sedang membangun smelter di Sulawesi Selatan. 

Lalu ada juga kerja sama VW, Eramet dan Kalla Group. Serta VW akan berkerja sama dengan perusahaan nasional yaitu Merdeka.

"Poinnya sama akan melakukan ekosistem baterai mobil tapi ada yang langsung investasi JV, ada yang menjamin supply bahan baku. Saya pikir momentum tepat untuk sampaikan bahwa Indonesia terbuka dalam rangka tarik investasi tidak hanya di. Asia tapi juga Eropa," paparnya.

Menurutnya, hal tersebut merupakan momentum yang tepat untuk menunjukkan bahwa Indonesia secara terbuka memberikan peluang investasi kepada perusahaan di seluruh dunia.

“Ini sebagai bentuk investasi yang inklusif dan sekaligus untuk menganulir cara pikir orang bahwa seolah-olah pengelolaan tambang kita di Indonesia tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang ada pada standar internasional,” ucap Bahlil.

Sementara itu, perusahaan BASF menyampaikan secara langsung minat investasi kepada Presiden Jokowi dalam pembangunan ekosistem baterai mobil di Maluku Utara.

“Dalam kesempatan yang sama, saat berkunjung ke Hannover, Jerman, BASF dan Eramet menyampaikan secara langsung minat investasinya kepada Bapak Presiden Jokowi untuk melakukan investasi di Maluku Utara dalam rangka pembangunan ekosistem baterai mobil listrik di Indonesia,” urainya.

Nantinya, BASF akan bekerja sama dengan perusahaan Prancis, Eramet, untuk menciptakan ekosistem tersebut dengan menerapkan praktik usaha yang memperhatikan ESG (Environment, Social and Government) lingkungan dan menggunakan energi hijau. 

Ia menyampaikan perusahaan tersebut akan mulai pembangunan pada akhir 2023 dengan nilai investasi kurang lebih sebesar US$2,6 miliar atau setara Rp38 triliun.

“Dengan nilai investasi sekitar US$2,6 miliar, pembangunan proyek ini akan memperhatikan lingkungan, serta memakai energi hijau,” ungkapnya.

Bahlil pun optimistis dengan berbondong-bondongnya investor masuk ke Indonesia dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar dan mengangkat perekonomian secara nasional.

“Insya Allah, ke depan investasi ini akan semakin baik dalam rangka penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan perekonomian nasional yang semakin merata,” tukas Bahlil. (RO/Z-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat