OECD Naikkan Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2023
![OECD Naikkan Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2023](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/06/488f64bc069f0f859e72705a0c721c0f.jpg)
OECD sedikit menaikkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023, Rabu (7/6), karena inflasi mereda dan Tiongkok telah mencabut pembatasan covid-19. Namun badan itu memperingatkan pemulihan tetap menghadapi jalan panjang.
Organisasi yang berbasis di Paris itu memperkirakan ekspansi ekonomi sebesar 2,7%. Angka ini naik dari 2,6% dalam laporan sebelumnya di Maret. Peningkatan itu disumbangkan dari Amerika Serikat, Tiongkok, dan zona euro.
Namun, angka itu masih di bawah pertumbuhan 3,3% yang tercatat pada 2022. "Ekonomi global sedang berbelok tetapi menghadapi jalan panjang ke depan untuk mencapai pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan," tulis kepala ekonom OECD Clare Lombardelli dalam Economic Outlook OECD.
Baca juga: OECD Naikkan Perkiraan Pertumbuhan Global tetapi Pemulihan masih Rapuh
"Pemulihan akan lemah menurut standar masa lalu," tulis Lombardelli. Perkiraan pertumbuhan untuk 2024 tetap tidak berubah pada 2,9%, kata Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi.
Inflasi inti lebih tinggi
Penurunan harga energi, terurainya kemacetan rantai pasokan, dan pembukaan kembali Tiongkok yang lebih cepat dari perkiraan berkontribusi pada pemulihan. Di antara 38 anggotanya--kelompok eklektik mulai dari Amerika Serikat hingga Jerman, Meksiko, Jepang, dan Selandia Baru--inflasi diperkirakan melambat menjadi 6,6% tahun ini, setelah melonjak menjadi 9,4% pada 2022.
Baca juga: Inflasi Brasil Turun di Bawah 4% sejak 2020
Namun, inflasi inti, yang menghilangkan harga energi dan makanan yang mudah berubah, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Hal ini dapat memaksa bank sentral, yang telah menaikkan suku bunga dalam upaya menjinakkan harga konsumen, untuk terus menaikkan biaya pinjaman. "Bank-bank sentral perlu mempertahankan kebijakan moneter yang ketat sampai ada tanda-tanda yang jelas bahwa tekanan inflasi yang mendasarinya mereda," kata Lombardelli.
James Pomeroy, seorang ekonom di bank HSBC, mengatakan, "Periode yang kita lalui ialah pertumbuhan lambat tetapi itulah yang ingin dilihat oleh para pembuat kebijakan karena kami mencoba untuk mengendalikan beberapa tekanan inflasi."
Pada konferensi pers, Lombardelli mengatakan bank sentral menghadapi keseimbangan yang sulit. "Jelas mereka seharusnya tidak terlalu mengetatkan ke titik yang akan berdampak lebih besar pada pertumbuhan daripada yang diperlukan," kata kepala ekonom baru OECD, yang menjabat bulan lalu.
OECD memperingatkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi di seluruh dunia semakin dirasakan, terutama di pasar properti dan keuangan. "Tanda-tanda stres sudah mulai muncul di beberapa segmen pasar keuangan karena investor menilai kembali risiko dan kondisi kredit semakin ketat," kata laporan itu. (AFP/Z-2)
Terkini Lainnya
Inflasi inti lebih tinggi
Jadi Negara Aksesi OECD, Indonesia Targetkan Perluasan Dagang
JIka Masuk OECD, PDB Indonesia Bisa Naik
Presiden Bertemu Sekjen OECD, Airlangga Tegaskan Komitmen Proses Aksesi
Bertemu Petinggi Nikkei, Airlangga Ungkap Potensi Ekonomi Digital Indonesia
Jokowi Dorong Upaya Percepatan Indonesia Menjadi Anggota OECD
38 Negara Anggota Setujui Indonesia Jadi Anggota OECD
Setelah Menang Presiden, Pezeshkian Kini Menghadapi Jalan Terjal
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap