visitaaponce.com

Peningkatan Rating Indonesia oleh RI Beri Kepercayaan Investor untuk Masuk

Peningkatan Rating Indonesia oleh R&I Beri Kepercayaan Investor untuk Masuk
Ilustrasi(ANTARA FOTO/Wahyu Putro A )

INDONESIA kembali mencatatkan layak investment grade oleh Lembaga Pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I), pada Selasa (25/7) lalu. R&I juga meningkatkan outlook utang Indonesia menjadi positif dari sebelumnya stabil, mempertahankan peringkat utang Indonesia pada level BBB+, yang merupakan dua level di atas tingkat layak investasi (investment grade).

Sebelumnya di awal Juli 2023, Standard and Poor's (S&P) mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB dengan outlook stabil.

"Tentu ini memberikan tingkat kepercayaan para investor untuk berinvestasi di dalam negeri," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Sabtu (29/7).

Baca juga: Pemerintah Ajukan Pinjaman ke Bank Dunia untuk Standarisasi Seluruh Rumah Sakit Daerah

Hal ini tidak terlepas pemulihan ekonomi dalam negeri terus berlanjut sehingga akan menjaga stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga di tengah peningkatan risiko global yang berasal dari tensi geopolitik dan perlambatan ekonomi global.

Hasil pemeringkatan ini akan menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia solid. Dengan menyandang sebagai negara investment grade, ini akan berpotensi meningkatkan masuknya aliran permodalan baik dari domestik atau dari luar negeri, dan akan menopang perekonomian nasional.

Baca juga: Utang Luar Negeri Indonesia Turun US$4,7 Miliar pada Mei 2023

"Tentunya hasil outlook tersebut diharapkan pemerintah dan Bank Indonesia terus bersinergi dalam menerapkan kebijakan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional," kata Nico.

Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan peningkatan outlook Indonesia menunjukkan keyakinan kuat pemangku kepentingan internasional atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia.

"Keyakinan itu penting di tengah ketidakpastian ekonomi global dan pasar keuangan yang meningkat," kata Perry, dikutip dari website Bank Indonesia.

Perry menyebut kepercayaan dunia internasional ini didukung oleh kredibilitas kebijakan yang tinggi dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Pemerintah dan Bank Indonesia.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik,” ujar Perry dikutip dari laman Bank Indonesia.

BI bakal merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah.

"Hal ini untuk mendukung percepatan transformasi ekonomi menuju ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan," kata Perry.

R&I melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap solid pada 2023, meski sedikit tertahan pada paruh kedua. Pemerintah memprakirakan pertumbuhan PDB berada pada kisaran 5,0%-5,3% pada 2023.

Kebijakan struktural yang ditempuh Pemerintah tentang perbaikan lingkungan bisnis, pembangunan infrastruktur, dan penguatan sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam pencapaian target pertumbuhan jangka menengah.

R&I memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 5% untuk tahun 2024 dan beberapa tahun selanjutnya.

Stabilitas harga juga akan tetap terjaga didukung oleh disiplin kebijakan moneter dan penguatan sinergi dengan pemerintah, di antaraya melalui tim pengendalian inflasi nasional dan daerah.

 

Target Defisit Fiskal

Surplus transaksi yang berjalan pada 2021 dan 2022 juga mencerminkan perbaikan terms of trade sejalan dengan kenaikan harga komoditas.

R&I memproyeksikan transaksi berjalan akan kembali defisit pada beberapa tahun ke depan meski dalam kisaran yang terkendali, sehingga tetap mendukung ketahanan eksternal Indonesia.

Selain itu, komitmen pemerintah untuk mengendalikan defisit fiskal juga tercermin pada tercapainya target defisit fiskal di bawah 3% dari PDB satu tahun lebih awal. R&I yakin pada 2023, penerimaan pemerintah akan tetap kuat didukung oleh kebijakan reformasi pajak, dan pengeluaran pemerintah yang tetap terkendali sesuai target.

Lebih lanjut, pemerintah memperkirakan defisit fiskal pada 2023 akan mencapai 2,3% dari PDB, lebih rendah dari target awal yakni 2,8% dari PDB. Hal ini berdampak pada rasio utang pemerintah terhadap PDB yang menurun. (Try/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat