visitaaponce.com

Data Pengangguran AS Turun, Potensi Kenaikan Fed Rate Menguat

Data Pengangguran AS Turun, Potensi Kenaikan Fed Rate Menguat
Jumlah pengangguran di AS menurun, prediksi kenaikan suku bunga The Fed menguat(Antara)

Data initial Jobless Claims turun sebanyak 13 ribu, dari sebelumnya 229 ribu menjadi 216 ribu. Level penurunan ini, lebih rendah daripada konsensus sebelumnya dan merupakan level terendah sejak Februari.

Hal ini didukung dengan data Continuing Claims, yaitu orang yang menerima tunjangan pengangguran. Angkanya juga turun dari sebelumnya 1,72 juta menjadi 1,68 juta, menjadi level terendah sejak Juli 2023.

Data ketenagakerjaan menandakan bahwa pasar tenaga kerja di Amerika tetap solid dan kuat, dan  menggambarkan pasar tenagakerja melunak secara bertahap.

Baca juga: Pasar Tunggu Data Cadangan Devisa RI, Neraca Dagang Tiongkok, dan Data Pengangguran AS

"Hal ini penting karena mendukung perekonomian di tengah ketidakpastian," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Jumat (8/9).

Perekrutan tenaga kerja yang solid dan jumlah pengangguran yang terbatas, menjadi gambaran bahwa masyarakat dapat tetap berbelanja dan menjaga daya beli untuk menjaga perekonomian Amerika terhindar dari resesi.

Baca juga: Perekrutan Pekerja di AS Melonjak tapi Pengangguran Bertambah

"Meski secara probabilitas The Fed berpotensi besar untuk menjaga tingkat suku bunga, namun apabila tenaga kerja dalam posisi yang kuat dan stabil, ada kemungkinan justru peluang The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga akan jauh lebih besar," kata Nico.

Sebab gubernur bank sentral AS The Fed Jerome Powell dan Fed Beige Book juga sudah melihatnya demikian.

"Tentu pasar harus menunggu langkah Powell selanjutnya apakah memiliki keyakinan untuk menaikkan tingkat suku bunga 1x lagi atau berhenti sampai di sini," kata Nico.

Di Eropa, pertumbuhan Eropa secara kuartalan kembali turun dari 0,3% menjadi 0,1%, dan secara tahunan juga turun dari sebelumnya 0,6% menjadi 0,5%. Kinerja ekspor yang kurang baik telah membuat pertumbuhan ekonomi kian redup.

Situasi dan kondisi di Eropa berbeda dengan di Amerika. Si Eropa, inflasi secara tahunan masih berada di 5,3%, bahkan tidak berubah per bulan Agustus 2023. Namun sisi positifnya, inflasi inti turun dari 5,5% menjadi 5,3%. Sedangkan angka pengangguran masih relatif tinggi berada di 6,4%.

Hal ini membuat Bank Sentral Eropa semakin galau untuk menaikkan tingkat suku bunga pada bulan September. Stagflasi berpotensi menggelayuti perekonomian Eropa, apabila para pembuat kebijakan tidak segera bertindak.

"Kami melihat Bank Sentral Eropa harus memilih. Dari data yang ada, kemungkinan stagflasi berpotensi terjadi hingga resesi ringan. Ekspor yang turun akibat melemahnya permintaan global merupakan salah satu penyebab utama, terlebih lagi perlambatan ekonomi Tiongkok berdampak yang signifikan terhadap perekonomian di Eropa," kata Nico. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat