Pengamat Akar Gagal Bayar, Informasi Pinjol tidak Simetris dan Credit Scoring masih Lemah
![Pengamat: Akar Gagal Bayar, Informasi Pinjol tidak Simetris dan Credit Scoring masih Lemah](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/09/2cf74cc1f9f3cd25512906968f70eabf.jpg)
PENELITI ekonomi dari Indef Nailul Huda mengatakan dalam kasus fintech P2P lending akhir-akhir ini, dia melihat ada dua hal yang menyebabkan kasus gagal bayar terjadi, yang tidak sedikit merenggut korban nyawa.
Pertama adalah dari sisi informasi mengenai pinjaman online yang menurut dia masih belum simetris.
"Informasi yang berkembang saat ini asimetris, sebagai contoh mengenai bunga," kata Nailul, saat dihubungi, Jumat (22/9).
Baca juga: Gagal Bayar P2P Lending Fintech, OJK Mesti Tingkatkan Pengawasan
Pada survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), faktor paling penting yang peminjam pertimbangkan adalah suku bunga yang rendah.
"Padahal kita semua tahu bunga di pinjol sangat tinggi. Iklan pinjol pun hanya menampilkan besaran bunga (ada 0,1% hingga 0,4%) tanpa menampilkan itu harian, mingguan, atau bulanan," kata Nailul.
Baca juga: Fenomena Meningkatnya Kredit Macet di Fintech Perlu Diwaspadai
Padahal angka tersebut merupakan besaran biaya pinjaman yang sebesar 0,4 persen per hari, dan di dalamnya ada berbagai komponen termasuk bunga. Maka kemudian, biaya pinjaman jika ditotal untuk satu bulan adalah 12 persen.
Selain itu, kasus terakhir menyebutkan pembayarannya mencapai dua kali lipat dari utang pokok-nya.
"Makanya saya minta ada pihak yang harus bertanggung jawab terhadap informasi tersebut," kata Nailul.
Kedua, dari sisi penilaian credit scoring pinjol yang menggunakan data alternatif yang saya rasa masih perlu diperkuat.
Maka harus ada data pembanding atau penunjang seperti data historis perbankan. Data ini bisa digunakan untuk melihat kemampuan bayar calon peminjam.
"Ini dapat dilihat sebenarnya dari tingkat gagal bayar yang semakin meningkat. Bahkan ada pinjol resmi yang tingkat bayarnya sampai 77 persen. Artinya dari sistem asesmennya harus ada perbaikan," kata Nailul. (Try/Z-7)
Terkini Lainnya
PNM Ingatkan Pentingnya Verifikasi sebelum Ajukan Pinjaman, Ini Caranya
Ratusan Tenaga Pendidik Jabar Terjebak Pinjol, Gaya Hidup Konsumtif Jadi Penyebab
31 Korban Pinjol Ilegal Jabar Mengadu ke OJK karena Diteror dan Diintimidasi
GetPaid Tawarkan EWA agar Karyawan Tak Terjerat Pinjol Ilegal
Polri: Penindakan Pinjol Ilegal Wujud Perlindungan Negara kepada Masyarakat
Kiat Memanfaatkan P2P Lending untuk Pinjam Uang dan Berinvestasi
Ramadan dan Lebaran, Permintaan Pinjaman Diprediksi Naik hingga 50%
KoinWorks Perkuat Kolaborasi dengan Kemenkop UKM dalam Program Entrepreneur Financial Fiesta
GandengTangan Salurkan Pendanaan Hingga Rp174 Miliar di 2023
Bank Mandiri Salurkan Fasilitas Channeling Rp1 Triliun ke Kredivo
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap