visitaaponce.com

Pengamat Akar Gagal Bayar, Informasi Pinjol tidak Simetris dan Credit Scoring masih Lemah

Pengamat: Akar Gagal Bayar, Informasi Pinjol tidak Simetris dan Credit Scoring masih Lemah
Ilustrasi credit scoring(Shutterstock )

PENELITI ekonomi dari Indef Nailul Huda mengatakan dalam kasus fintech P2P lending akhir-akhir ini, dia melihat ada dua hal yang menyebabkan kasus gagal bayar terjadi, yang tidak sedikit merenggut korban nyawa.

Pertama adalah dari sisi informasi mengenai pinjaman online yang menurut dia masih belum simetris.

"Informasi yang berkembang saat ini asimetris, sebagai contoh mengenai bunga," kata Nailul, saat dihubungi, Jumat (22/9).

Baca juga: Gagal Bayar P2P Lending Fintech, OJK Mesti Tingkatkan Pengawasan

Pada survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), faktor paling penting yang peminjam pertimbangkan adalah suku bunga yang rendah.

"Padahal kita semua tahu bunga di pinjol sangat tinggi. Iklan pinjol pun hanya menampilkan besaran bunga (ada 0,1% hingga 0,4%) tanpa menampilkan itu harian, mingguan, atau bulanan," kata Nailul.

Baca juga: Fenomena Meningkatnya Kredit Macet di Fintech Perlu Diwaspadai

Padahal angka tersebut merupakan besaran biaya pinjaman yang sebesar 0,4 persen per hari, dan di dalamnya ada berbagai komponen termasuk bunga. Maka kemudian, biaya pinjaman jika ditotal untuk satu bulan adalah 12 persen.

Selain itu, kasus terakhir menyebutkan pembayarannya mencapai dua kali lipat dari utang pokok-nya.

"Makanya saya minta ada pihak yang harus bertanggung jawab terhadap informasi tersebut," kata Nailul.

Kedua, dari sisi penilaian credit scoring pinjol yang menggunakan data alternatif yang saya rasa masih perlu diperkuat.

Maka harus ada data pembanding atau penunjang seperti data historis perbankan. Data ini bisa digunakan untuk melihat kemampuan bayar calon peminjam.

"Ini dapat dilihat sebenarnya dari tingkat gagal bayar yang semakin meningkat. Bahkan ada pinjol resmi yang tingkat bayarnya sampai 77 persen. Artinya dari sistem asesmennya harus ada perbaikan," kata Nailul. (Try/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat