visitaaponce.com

Indonesia Berpotensi Kembali Jadi Leader di Pasar LNG Dunia

Indonesia Berpotensi Kembali Jadi Leader di Pasar LNG Dunia
Lapangan gas milik Medco Energi. Indonesia berpotensi menjadi leader LNG dunia.(MI/Dwi Apriani)

Gas menjadi energi alternatif yang paling cocok digunakan dalam masa transisi energi di Indonesia. 

Tidak hanya memiliki emisi yang rendah, gas juga bisa memastikan ketahanan energi serta bisa terjangkau bagi masyarakat apabila didukung fasilitas infrastruktur yang memadai. Hal itu juga yang jadi tuntutan untuk menjawab trilema energi yang sekarang dihadapi di berbagai belahan dunia.

Gen Kunihiro, Division COO Mitsubishi Corporation, menjelaskan jika dilihat pergerakan harga LNG dunia saat ini, angkanya terus mengalami peningkatan, khususnya bagi spot market

"Salah satunya merupakan dampak dari konflik geopolitik Rusia-Ukraina," ungkap Gen  dalam diskusi bertema The Impact of Geopolitical Risk to International Gas Market Volatility disela 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) 2023, Jumat (22/9).

Kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu pasar paling potensial di dunia  Beberapa negara yang mulai meng-import LNG termasuk Vietnam, Filipina. Gasifikasi terus mengalami pertumbuhan di Asia Tenggara walaupun masih dalam tempo yang lambat.

Untuk membuat LNG semakin menarik bagi pasar Asia Tenggara, perlu ada tambahan LNG project yang membuat LNG produksi menjadi berlebih dan sederhananya akan menurunkan harga LNG. "Indonesia dengan strategi jangka panjang yang disusun oleh SKK Migas, sangat berpotensi menjadi leading LNG market di dunia," ungkap Gen.

Irma Ibarra, VP Finance BP Indonesia, mengungkapkan gas akan sangat krusial untuk tahapan transisi energi menuju penggunaan energi baru terbarukan. Gas menghasilkan emisi lebih rendah dari batu bara, bisa juga diatur agar mendukung intermitensi energi terbarukan..

Menurut Irma gas sangat cocok untuk memastikan ketahanan energi, karena mobilisasinya terbilang cukup mudah. Untuk itu kini banyak pihak mulai melirik gas sebagai bahan baku utama baik itu pembangkit listrik maupun industri. "Gas juga bisa menyelesaikan tantangan soal penyimpanan. dan dengan LNG anda bisa mendistribusikannya dengan mudah dan memenuhi permintaan di mana pun itu," ujarnya.

BP adalah pemain utama gas alam cair di Indonesia . Saat ini BP memiliki kapasitas pengolahan LNG mencapai 11,4 ton per tahun. 
BP mulai meningkatkan penyaluran LNG ke Tangguh Train 3 untuk bisa mengejar pengapalan LNG dalam waktu dekat. Pada 13 September lalu, LNG sudah mulai dipasok ke fasilitas Tangguh Train 3 yang  selesai dibangun. Tangguh Train 3 yang memiliki kapasitas pengolahan 3,8 juta ton LNG per tahun segera beroperasi komersial.

Dengan adanya tambahan train baru ini, BP juga akan melakukan ekspansi dari sisi fasilitas produksi gas dengan membangun dua platform offshore, pemboran 10 sumur produksi serta pengembangan fasilitas penunjang produksi.

Menurut Irma, LNG bakal terus meningkat kebutuhannya seiring dengan pertumbuhan kegiatan industri. Terutama di sektor pertambangan. "Kita juga melihat akan ada  kenaikan permintaan dan pertumbuhan generasi kita dan mining industry, smelters terutama di indonesia kita melihat banyak pertumbuhan kebutuhan energi di industri pertambangan. jadi gas akan jadi key transition fuel in the future," jelas Irma.

Alan Heng, GAS SUPPLY PTE LTD, menyatakan gas alam juga sumber energi yang relatif lebih bersih dibandingkan dengan batu bara. Dengan adanya tuntutan penurunan emisi, maka gas jadi alternatif utama.

"Gas bisa menjadi solusi utama bagi Asia Tenggara untuk memastikan energy security. Lebih dari 16,000-km pipeline sudah terpasang di SEA, ini menjadi potensi yang sangat penting untuk memaksimalkan program gasifikasi di Asia Tenggara," jelas Alan.

Michael W. Muller, CEO Vitol Asia Pte Ltd, menuturkan perubahan pola suplai dan demand energi di dataran eropa sangat mempengaruhi industri gas dunia.

"Di Eropa terjadi guncangan karena Eropa sangat rentan terhadap suplai gas yang berkurang dari Rusia dan dalam beberapa kasus, beberapa negara tidak siap dengan kondisi tersebut. Jadi dampaknya ada kenaikan harga, dan ada gangguan pemenuhan permintaan sebagai konsekuensi sanksi terhadap suplai dari Rusia," jelas Michael. (RO/E-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat