visitaaponce.com

Bahlil Duga Ada Pihak Asing Terlibat dalam Kisruh Rempang

Bahlil Duga Ada Pihak Asing Terlibat dalam Kisruh Rempang
Pengunjuk rasa melempari personel polisi saat aksi unjuk rasa warga Pulau Rempang di Kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam, Batam(Antara)

MENTERI Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mencium ada keterlibatan asing dalam kisruh di Rempang, Kepulauan Riau, akibat pembangunan Rempang Eco City. Sebanyak 16 kampung adat terancam tergusur akibat pembangunan proyek strategis nasional tersebut, sehingga timbul protes dari ribuan warga Rempang.

Produsen kaca terbesar asal Tiongkok, Xinyi Group, yang menjadi investor besar dalam proyek Rempang Eco City dikabarkan tengah dirayu oleh sejumlah negara. Salah satunya Malaysia yang diketahui mengajak Xinyi berinvestasi di Kota Johor.

Xinyi Group berencana akan berinvestasi membangun kawasan industri hilirisasi pasir kuarsa di Kawasan Rempang dengan total investasi mencapai Rp300 triliun, dengan tahap pertama investasi sebesar US$11,5 miliar atau setara Rp174 triliun sampai dengan 2080. 

Baca juga : Sengketa Tanah Adat Pulau Rempang dari Kacamata Hukum Properti

"Temuan saya sebagai tim, saya tahu siapa barang ini yang ikut bermain. Yakinlah teman-teman, tidak hanya dari dalam negeri. Saya tahu siapa yang di luar negeri itu (yang ikut terlibat)," kata Bahlil saat konferensi pers di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, di Jakarta, Senin (25/9).

Baca juga : Menteri Bahlil: Warga Rempang akan Direlokasi ke Desa Terdekat

Bahlil tidak mendetailkan siapa pihak asing yang dituding menjadi provokator dalam pembangunan Rempang Eco City. Namun, katanya, persaingan untuk merebut investasi besar antara Indonesia dengan negara-negara tetangga cukup sengit dan kerap terjadi. Ia menyebut negara lain tidak suka melihat perkembangan Indonesia menjadi negara maju.

"Iya biasanya kalau di (negara) tetangga itu kan seperti bersaing sama teman-teman sendiri kan. Biasalah persaingan, tapi ada strategi yang tidak ingin kita untuk menjadi negara maju atau berkompetisi dengan negara mereka," ucapnya.

"Bagaimana proses sejak 2010 ketika ada investasi besar di Kepri, ada tahapan-tahapan yang selalu kita diadu domba," ucapnya.

Dilansir situs BP Batam, kawasan ekonomi Rempang Eco City yang dikembangkan seluas 7.572 hektar atau sekitar 45,89% dari total luas Pulau Rempang 16.500 hektare. Bahlil menerangkan di kawasan itu akan dibangun kawasan industri yang terintegrasi pabrik pemrosesan pasir silika, industri soda abu, industri kaca panel surya, industri kaca float, industri pemeriksaan kristal kemudian industri sel dan modul surya dan infrastruktur pendukung lainnya.

"Jadi, tidak hanya Xinyi saja yang berinvestasi. Dan semua dunia itu butuh solar panel. 80% industri panel surya akan diekspor dari Indonesia, made in Indonesia. Apa tidak bangga kalau hasil produksi kita itu supply untuk negara lain," pungkasnya. (Z-8)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat