visitaaponce.com

Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Melambat tapi Lampaui Perkiraan

Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Melambat tapi Lampaui Perkiraan
Logo pengembang Tiongkok Country Garden Holdings.(AFP.)

PEREKONOMIAN Tiongkok tumbuh lebih dari perkiraan pada kuartal ketiga. Data menunjukkan itu pada Rabu (18/10). Namun angka tersebut masih di bawah target dan para pejabat terus menghadapi seruan untuk lebih banyak stimulus sambil berjuang mengatasi krisis properti yang belum pernah terjadi.

Ekspansi sebesar 4,9% pada Juli-September dibantu oleh angka penjualan ritel yang lebih baik dari perkiraan dan mengikuti serangkaian pembacaan positif yang menunjukkan periode stabilitas setelah berbulan-bulan melemah meskipun ada pencabutan kebijakan nol covid-19 yang ketat. Namun pihak berwenang masih khawatir dengan gejolak di sektor realestat yang telah lama menyumbang seperempat produk domestik bruto (PDB) negara tersebut, mendukung ribuan perusahaan, dan merupakan sumber utama lapangan kerja.

Industri ini menikmati pertumbuhan luar biasa selama beberapa dekade. Namun permasalahan yang dialami pengembang utama seperti Evergrande dan Country Garden baru-baru ini kini memicu ketidakpercayaan pembeli sementara rumah-rumah belum selesai dibangun dan harga rumah anjlok.

Baca juga: Biaya Bahan Bakar Naikkan Inflasi Afrika Selatan

Country Garden, salah satu perusahaan properti terbesar di Tiongkok dan telah lama diyakini sehat secara finansial, bulan lalu gagal membayar bunga pinjaman sebesar US$15,4 juta. Kelompok tersebut diberikan masa tenggang 30 hari yang berakhir pada Rabu dan berisiko gagal bayar jika tidak memenuhi pembayarannya.

Negara ini menghadapi, "Lingkungan internasional yang serius dan kompleks serta tugas-tugas yang menantang dalam mendorong reformasi, pembangunan, dan stabilitas di dalam negeri," pada tiga kuartal pertama 2023, kata Biro Statistik Nasional pada Rabu. Pihak berwenang meningkatkan insentif pembelian properti dalam beberapa bulan terakhir untuk menghidupkan kembali sektor ini, tetapi pembeli tetap berhati-hati.

Baca juga: Inflasi Inggris Tetap Tinggi pada September

Rumah tangga memperhatikan pengeluaran mereka di tengah pertumbuhan yang lamban. Ini menekan konsumsi tahun ini. Padahal libur nasional selama seminggu di Oktober membantu meningkatkan pengeluaran untuk pariwisata dan jasa lain. Penjualan ritel, indikator utama konsumsi rumah tangga, naik lebih baik dari perkiraan sebesar 5,5% pada September.

Seruan stimulus 

Namun pemerintah terus menghadapi seruan untuk mengambil langkah-langkah menghidupkan kembali perekonomian. Meskipun para pemimpin negara meluncurkan serangkaian stimulus yang ditargetkan untuk berbagai sektor--khususnya properti--tekanan semakin meningkat kepada mereka untuk mengumumkan dukungan yang lebih luas.

Dana Moneter Internasional (IMF) pada Rabu menyerukan Tiongkok untuk menerapkan strategi komprehensif untuk mengatasi masalah di sektor realestat. "Prospek pertumbuhan jangka pendek Tiongkok yang lebih lemah akan membebani pertumbuhan regional," katanya. Sektor properti Tiongkok yang terbebani utang akan menjadi penghambat permintaan di seluruh wilayah.

Bloomberg News melaporkan pekan lalu bahwa Beijing sedang mempertimbangkan untuk menerbitkan utang negara senilai hampir US$140 miliar untuk meningkatkan perekonomian yang sedang terpuruk dan uang tunai akan digunakan untuk berbagai proyek. Namun, para pengamat mengatakan pengeluaran besar-besaran seperti yang terjadi pada 2008 saat krisis keuangan tidak mungkin terjadi.

Sebagai tanda perlu dukungan yang lebih besar, data pada Rabu juga menunjukkan pertumbuhan produksi industri pada September tetap datar pada angka 4,5%. Pengangguran di perkotaan turun menjadi 5,0% pada September dari 5,2% pada Agustus. Data pengangguran tidak lagi mencakup kelompok usia 16 hingga 24 tahun, setelah mencapai rekor tertinggi pada Juni sebesar 21,3%.

Para analis yang disurvei oleh AFP memperkirakan rata-rata pertumbuhan tahunan PDB kuartal ketiga sebesar 4,3%. Para ahli yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,5%. Tiongkok menargetkan pertumbuhan sekitar lima persen tahun ini dari titik terendah pada tahun lalu ketika perekonomian domestik lumpuh karena pembatasan ketat akibat covid-19.

Zhang Zhiwei, dari Pinpoint Asset Management, mengatakan dalam satu catatan bahwa dia yakin peningkatan data ekonomi kuartal ketiga membuat kecil kemungkinan bagi pemerintah untuk meluncurkan stimulus pada kuartal keempat, karena target pertumbuhan sebesar lima persen akan tercapai. Tahun lalu, perekonomian tumbuh tiga persen, jauh dari target resmi sebesar 5,5% dan merupakan salah satu laju pertumbuhan paling lambat dalam empat dekade.

Namun Stephen Innes, dari SPI Asset Management, memperingatkan bahwa Tiongkok terus menghadapi risiko ekonomi yang signifikan. "Utang korporasi dan pemerintah daerah yang tinggi di Tiongkok, sering dianggap tidak berkelanjutan, menimbulkan risiko bagi perekonomian. Mengelola utang ini tanpa menyebabkan krisis keuangan merupakan tantangan yang signifikan," tulisnya dalam satu catatan.

Sementara itu, ketegangan perdagangan dengan Washington serta populasi yang menua merupakan, "Kelemahan struktural jangka panjang yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi," kata Innes. Ia memperingatkan bahwa perekonomian Tiongkok masih dalam kondisi baik.

"Pemulihan ekonomi masih dalam tahap awal," kata Harry Murphy Cruise, ekonom di Moody's Analytics dalam catatannya. "Dukungan langsung untuk rumah tangga bisa menjadi obat yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah properti. Namun dukungan seperti itu tampaknya semakin tidak mungkin terjadi." (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat