visitaaponce.com

Pentingnya Kelola Risiko ESG untuk Keberlanjutan Perusahaan

Pentingnya Kelola Risiko ESG untuk Keberlanjutan Perusahaan
Head of Governance Risk Control & Technology Consulting RSM Indonesia Angela Indirawati Simatupang.(DOK IST)

MANAJEMEN risiko dalam bidang ESG (Environmental, Social, and Governance) menjadi semakin dibutuhkan saat bisnis bertransformasi dalam tuntutan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang semakin meningkat.

Head of Governance Risk Control & Technology Consulting RSM Indonesia Angela Indirawati Simatupang dalam pernyataan tertulisnya (17/10) menjelaskan bahwa risiko-risiko ESG kini juga sama pentingnya dibandingkan risiko lainnya bagi suatu perusahaan.

Terlepas dari ukuran atau industrinya, setiap organisasi pasti menghadapi beberapa permasalahan ESG yang beberapa di antaranya mungkin merugikan keuntungan atau reputasi mereka, dan karenanya risiko ESG perlu dikelola dengan baik. 

“Dengan memiliki strategi manajemen risiko ESG yang tepat organisasi bisa, pertama, memiliki framework yang sistematis untuk pengelolaan risiko terkait ESG, baik itu pada tataran strategis maupun operasional, kedua menentukan prioritas atas area pengelolaan ESG yang akan difokuskan baik dalam jangka panjang maupun pendek, dan ketiga menyusun rencana pemenuhan infrastruktur pendukung terkait seperti anggaran, SDM, struktur organisasi, proses, teknologi, dan sebagainya,” Jelas Angela. 

Baca juga: BEI Raih Peringkat Kedua pada ESG Risk Rating di Antara Bursa se-Asia Pasifik

Angela menuturkan bahwa untuk membantu menilai dan mengungkapkan kerentanan terhadap berbagai risiko ESG, kerangka kerja ESG telah dikembangkan. Beberapa di antaranya adalah Standar SASB, Global Reporting Initiative, dan Task Force on Climate-related Financial Disclosures. 

Lebih lanjut, Angela menjelaskan bahwa kolaborasi dengan pemangku kepentingan eksternal juga menjadi langkah penting dalam memperkuat manajemen risiko ESG perusahaan. 

”Agar pelaksanaan kolaborasi dengan pemangku kepentingan eksternal dapat dilakukan dengan efektif, sebaiknya disusun ESG Stakeholders Engagement Plan sebagai bagian dari tujuan strategis ESG dan strategi manajemen risiko ESG yang telah disiapkan," kata dia.

"Bentuk kolaborasi yang dilakukan bisa meliputi kolaborasi dengan customer dan supplier, contohnya, low-emission products offtake agreements, circular supply networks, value chain joint-decarbonization initiatives kolaborasi dengan perusahaan lain di industri yang sama  atau cross-industry, serta kolaborasi dengan ecosystem of stakeholders yang lebih luas meliputi pemerintah, policymakers, financiers, researchers, dan NGOs,” jelas Angela lagi. 

Mengenali tantangan umum penerapan manajemen risiko ESG menjadi penting bagi perusahaan guna memperkuat posisi dalam bisnis dan mewujudkan potensi pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan. 

Baca juga: Popularitas Instrumen ESG Diprediksi Meningkat

Menurut Angela ada beberapa tantangan umum manajemen risiko ESG yang harus jadi perhatian perusahaan, di antaranya pemilihan framework yang tepat, pengukuran dan penelusuran atas kinerja ESG, penyiapan dan akses atas data-data pendukung pelaporan, penelusuran atas sentimen stakeholders dan reputasi organisasi, serta visualisasi dan pengendalian atas mitigasi risiko. 

“Pengelolaan risiko ESG yang dilakukan dengan benar akan mengurangi volatilitas organisasi dan meningkatkan kepercayaan investor. Masuknya investasi, brand equity yang kuat, akses terhadap sumber dana, serta pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan merupakan beberapa manfaat kesuksesan ESG yang bisa diraih oleh perusahaan,” Tutur Angela.

Angela menyebut beberapa penelitian di luar negeri menunjukkan perusahaan dengan kinerja ESG yang kuat cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya, perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang kuat.

”Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang kuat cenderung lebih efisien dalam penggunaan sumber dayanya dan memiliki biaya yang lebih rendah, sehingga dapat menghasilkan kinerja keuangan yang lebih baik. Begitu juga dengan perusahaan yang memiliki kinerja sosial yang kuat cenderung memiliki semangat kerja dan retensi karyawan yang lebih baik, sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dan kinerja keuangan yang lebih baik,” Jelas Angela. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat