visitaaponce.com

Pertumbuhan Permintaan Minyak dan Gas Diperkirakan Terus Berlanjut

Pertumbuhan Permintaan Minyak dan Gas Diperkirakan Terus Berlanjut
(kiri ke kanan) Praktisi Migas Dr Widhyawan Prawiraatmadja, Ketua IGS Aris Mulya Azof, dan Founder & Chairman FGE Dr Fereidun Fesharaki.(Ist)

PERTUMBUHAN permintaan minyak dan gas diperkirakan tetap tinggi dan terus berlanjut. Permintaan terhadap minyak diprediksi mencapai puncaknya pada awal 2030-an sedangkan permintaan terhadap gas akan meningkat hingga pertengahan 2040-an.

"Penurunan permintaan berjalan lambat hanya akan terjadi seusai minyak dan gas mencapai puncaknya," ujar Pakar Industri LNG yang juga Founder & Chairman Facts Global Energy (FGE) Dr Fereidun Fesharaki pada diskusi yang diselenggarakan Indonesian Gas Society (IGS), di Jakarta, Kamis (2/11).

Baca juga: Pertengahan Tahun, PT Pertamina EP Capai Target Produksi Minyak dan Gas  

Ia melanjutkan dalam jangka pendek, pasar minyak dan LNG menjadi lebih ketat usai diberlakukan sanksi terhadap Rusia dan terjadi pemangkasan produksi minyak dari negara-negara OPEC.

"Pemerintah serta pemain industri perlu memantau ketidakpastian yang meningkat di pasar minyak dan LNG. Juga diperlukan mengelola kebijakan pengembangan dan pemanfaatan energi dengan hati-hati," kata Fesharaki.

Menurut dia, permintaan LNG yang meningkat tersebut terjadi di tengah kurangnya pasokan baru. Ini diperkirakan akan membuat pengetatan pada pasar serta menimbulkan harga tinggi hingga proyek LNG internasional baru mulai beroperasi antara 2025-2028.

"Dengan penambahan kapasitas produksi LNG sebanyak 200 juta ton per tahun atau peningkatan 50%, harga LNG diperkirakan akan melemah pada 2026. Pasokan baru dibutuhkan pada awal 2030-an setelah ketersediaan di pasar berkurang pada awal 2030-an," jelasnya.

Baca juga: PHE Terapkan Strategi Sinergi Operasi Tingkatkan Produksi Migas

Dalam jangka panjang, kata Fesharaki, harga LNG diperkirakan berkisar antara US$8-US$9 per mmbtu yang dikirim ke Asia (dalam mata uang riil).

Karena itu, dalam mencapai target yang ditetapkan, proyek-proyek gas dan LNG baru perlu bersaing dengan harga tersebut.

"Meskipun arah dunia bergerak menuju energi hijau, percepatan transisi masih jadi pertanyaan. LNG dan gas bakal terus memainkan peran sentral dalam transisi energi."

"Pasokan LNG baru mulai 2025 bakal memberikan peluang bagi Indonesia dan pembeli lain dari Asia dan Eropa demi mendapatkan manfaat LNG yang lebih terjangkau guna mendorong perkembangan ekonomi dan pertumbuhan," kata Fesharaki.

Pada diskusi bertema Menavigasi ketidakpastian yang meningkat di pasar gas global tersebut, juga membahas strategi potensial untuk memastikan keamanan energi dan keterjangkauan di Indonesia.

Turut hadir pula yakni, Ketua IGS Aris Mulya Azof dan Praktisi Minyak Gas Dr Widhyawan Prawiraatmadja.

Baca juga: Kementerian ESDM Beri Penghargaan Keselamatan Migas dan Pemanfaatan Gas Suar 2023

Untuk memenuhi permintaan energi domestik yang meningkat, Fesharaki menyampaikan Indonesia akan mendapatkan sisi manfaat dari pendekatan realistis dalam memastikan pasokan LNG/gas dari sumber internasional dan dalam negeri.

Dalam hal ini, negara harus mempertimbangkan insentif yang kompetitif untuk menarik investor yang bakal membawa sumber daya energi domestik Indonesia ke pasar global.

Namun, kata dia, AS dan Uni Eropa akan memberikan subsidi besar untuk energi bersih dan Indonesia akan melihat terlebih dulu teknologi apa yang akan muncul dan bagaimana cara menghitung penurunan biaya sebelum mengalokasikan sumber daya yang substansial.

Sementara itu, pembicara lainnya, Ketua IGS Aris Mulya Azof mengatakan untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, Indonesia harus mencapai pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 7%.

Menurut dia, pembangunan seperti itu memerlukan peningkatan pasokan energi bersih yang terjangkau.

"Pemerintah dan sektor industri harus bisa berkolaborasi menciptakan keseimbangan strategis pasokan gas lokal dan internasional, sembari meningkatkan kapasitas energi terbarukan," pungkasnya. (RO/S-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sidik Pramono

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat