Kalah dari Negara Tetangga, RI Harus Perbaiki Incremental Capital Output Ratio
![Kalah dari Negara Tetangga, RI Harus Perbaiki Incremental Capital Output Ratio](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/12/48dc557d0a34516dc25722cad2bf3f69.jpg)
Di tengah gejolak perekonomian global, capaian peningkatan daya saing yang luar biasa yang diraih oleh Pemerintah Indonesia.
Hal ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan dalam mengakselerasi pemulihan perekonomian nasional selama periode satu tahun terakhir.
Namun demikian, pemerintah tidak boleh berpuas diri atas capaian tersebut karena daya saing Indonesia berada jauh di bawah Singapura yang masuk ke peringkat 4 besar, Malaysia yang menduduki peringkat 27 bahkan kalah dengan Thailand yang berada di peringkat 30. Bahkan bukan tidak mungkin jika Pemerintah Indonesia lengah, kita dalam disalip oleh Filipina dan Vietnam
Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional Ariawan Gunadi, mengatakan pemerintah harus meningkatkan daya saingnya mengingat Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah.
"Salah satu faktor yang membuat daya saing Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara di kawasan regional seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia adalah terhambatnya laju pertumbuhan investasi akibat tingginya angka Incremental Capital Output Ratio," ujar Ariawan, Minggu (17/12)
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam mencapai pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara. ICOR mengukur seberapa efisien investasi dengan membagi pertumbuhan investasi (penambahan modal) dalam suatu periode tertentu dengan pertumbuhan output ekonomi (peningkatan GDP atau produksi) dalam periode yang sama.
"Jika nilai ICOR tinggi, itu berarti jumlah investasi yang diperlukan untuk mencapai tambahan output atau pertumbuhan ekonomi lebih besar karena menunjukkan seberapa efisien penggunaan modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi," jelas Guru Besar Universitas Tarumanagara ini.
Menurutnya, angka ICOR Indonesia yang saat ini mencapai level 7,6% membuat biaya investasi untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi juga semakin besar. "Pemerintah Indonesia harus melakukan upaya guna menurunkan angka ICOR Indonesia ke level 5 persen agar perekonomian Indonesia dapat menanjak ke level mengalami pertumbuhan sebesar 6 persen year on year. Hal ini sangat krusial bagi bangsa Indonesia guna memperbaiki efisiensi modal negara kita dalam menyongsong Indonesia Emas 2045," lanjut Ariawan.
Lebih lanjut Ariawan mengatakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Indonesia adalah dengan memperbaiki iklim ekosistem investasi melalui berbagai kebijakan dan regulasi dengan tujuan memberikan kemudahan berbisnis di Indonesia.
"Kompleksitas proses perizinan usaha di Indonesia akibat faktor regulasi yang berlebih menyulitkan investor yang ingin menanamkan modalnya untuk mendirikan usaha sehingga perlu dilakukannya terobosan-terobosan melalui kebijakan-kebijakan baru yang mendukung perbaikan iklim ekosistem investasi di Indonesia," ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, Pemerintah Indonesia dapat menurunkan angka ICOR dengan melakukan pemerataan pembangunan infrastruktur khususnya di daerah 3T (daerah tertinggal, terdepan, dan terluar) agar dapat mengurangi biaya (cost) yang diperlukan oleh pelaku usaha sehingga bisa meningkatkan produktivitas dalam negeri dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (growth) tanpa menambah modal (capital) yang lebih besar.
Menurutnya, pengawasan terhadap pembangunan infrastruktur juga harus digalakkan agar tidak memberikan kesempatan terjadinya pungutan liar dan korupsi. Banyaknya pungutan liar dan korupsi baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah yang dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab tentunya akan berdampak negatif terhadap investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia.
"Pemerintah perlu untuk bertindak dengan cermat saat menentukan regulasi dan kebijakan dalam meningkatkan daya saing perdagangan di kancah global agar Indonesia tidak tertinggal dari negara-negara di Kawasan ASEAN," tandasnya. (RO/E-1)
Terkini Lainnya
Ini Dampak AI pada Cara Perusahaan Mengelola SDM
Berkat Inovasi, Pupuk Indonesia Catat Penghematan Rp1,3 Triliun
Efisensi Naik, Rerata Intensitas Energi Indonesia Capai 3%
Solusi untuk Tantangan Data Center Hadir di Indonesia Cloud & Datacenter Convention 2024
Teknologi Baru Diadaptasi untuk Deteksi Kebocoran Pipa
Dorong Industri Minuman Ringan, Kemenperin Ingin Restrukturisasi Mesin
Kemnaker Optimis Capaian Survei Peningkatan Indeks Reformasi Birokrasi
Kemenko PMK: Reformasi Birokrasi Fokus Turunkan Angka Stunting dan Kemiskinan Ekstrem
Gubernur Kalimantan Selatan Klaim Reformasi Birokrasi di Wilayahnya Berhasil
Imigrasi Palu Berkomitmen Menjaga Pelayanan Terbaik kepada Masyarakat
Penambahan Jumlah Kementerian akan Membuat Penyelenggaraan Negara tidak Efektif
Pemerintah Gelar Sosialisai PSN Sektor Perkebunan di Sumatera
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap