Pengamat Gagasan Pendirian Badan Penerimaan Negara Bukan Solusi Tingkatkan Penerimaan
![Pengamat: Gagasan Pendirian Badan Penerimaan Negara Bukan Solusi Tingkatkan Penerimaan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/12/a0e1c80e963a627706ce30f95556857c.jpg)
EKONOM Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menanggapi perihal penerimaan negara yang banyak disinggung oleh Gibran Rakabuming Raka dengan cara mendirikan Badan Penerimaan Negara. Dia berpandangan gagasan tersebut belum mampu mengatasi persoalan fundamental terkait penyerapan pajak.
Menurutnya gagasan itu merupakan satu langkah yang keliru jika ingin menaikkan penerimaan pajak dan bea cukai tapi tidak diberesi masalah utama dari pajak tersebut.
"Pertama, korupsi masalah utama dari DJP. Akibatnya penerimaan pajak yang dominan adalah pajak yang sudah tersistem. Pajak Orang Pribadi masih sangat rendah," kata Nailul dihubungi Sabtu (23/12).
Baca juga: Pertanyaan SGIE Gibran Kepada Cak Imin Dinilai Tidak Lengkap
Kedua, Badan Penerimaan Negara yang langsung di bawah presiden akan menimbulkan kekuatan yang sangat kuat dari Badan tersebut.
"Sekarang di bawah Kemenkeu plus ada BPK saja mereka masih bisa “bermain” apalagi nanti jadi badan sendiri?," kata Nailul.
Dia berpendapat akan sangat menarik jika melihat pernyataan Muhaimin Iskandar mengenai pajak untuk orang kaya yang apabila diimplementasikan dalam program “Wealth Tax” akan sangat bagus untuk mendorong peningkatan penerimaan pajak.
Nailul menilai implementasi pajak orang kaya bisa menyelesaikan dua persoalan sekaligus, yaitu mengatasi kurangnya penerimaan pajak serta meredistribusi kekayaan
"Masalah penerimaan pajak yang kurang plus redistribusi kekayaan sekaligus," kata Nailul.
Catatan lainnya yang dia tanggapi perihal ketimpangan pembagian pendanaan atau proyek infrastruktur pemerintah dan dijawab Gibran soal Solo yang ada indikator kesiapan. Menurutnya hal ini semakin mencerminkan ketidakadilan dalam pembagian “kue” dari pusat.
Sebab hal paling utama dalam pemberian proyek pusat adalah bagaimana meratakan dan memberikan kepada daerah yang membutuhkan.
"Misalkan Surakarta dibangun kereta bandara, padahal jarak bandara ke kota solo tidak begitu jauh. Malah yang lebih membutuhkan adalah bandara di makassar. Jadi bukan kesiapan faktor utama, tapi harusnya faktor kebutuhan dari daerah," kata Nailul.
Sedangkan untuk isu pembangunan IKN yang bermasalah, Nailul sudah sering menyampaikan untuk dan sudah berhati-hati potensi terjadinya proyek Hambalang baru.
"Tidak ada jaminan investor akan masuk, begitupun tidak ada jaminan proyek ini akan terus berjalan," kata Nailul.
(Z-9)
Terkini Lainnya
Gibran Dinilai tidak Beretika dan Gagal Memahami Persoalan
Anies: Cak Imin Menghormati dan Tak Merendahkan Lawan
Pakar Hukum Lingkungan: Nilai Gibran di Debat Cawapres 11 dari 100
Pernyataan Penutup Gibran Rakabuming Raka di Debat Cawapres
Pernyataan Penutup Cak Imin di Debat Cawapres
Erick Thohir dan Kaesang Hadir Dukung Gibran di Debat Cawapres
Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 Tidak di IKN, Akan Digelar di Senayan
Gibran Ikut Pj Gubernur Blusukan ke Kali di Jakarta Barat
Indef: Anggaran Makan Bergizi Gratis Bebani APBN
Pengamat: Sektor Properti di Era Pemerintahan Baru Diprediksi Membaik
Gibran Laksanakan Salat Id di Halaman Balai Kota Surakarta
Gibran Sambut Baik Usulan Duetkan Anies-Kaesang di Pilgub Jakarta
Umur di Tangan Tuhan, Bantuan Hidup Dasar Mesti Dilakukan
Sengkarut-marut Tata Kelola Pertanahan di IKN
Panggung Belakang Kebijakan Tapera
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap