visitaaponce.com

Emas Tetap Menjanjikan Tahun ini Bergantung Tiga Hal

Emas Tetap Menjanjikan Tahun ini Bergantung Tiga Hal
Karyawan menunjukkan emas batangan di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Selasa (22/8/2023).(MI/Usman Iskandar.)

TAHUN 2023 boleh jadi merupakan masa kejayaan komoditas emas. Betapa tidak, di tengah beragam sentimen ekonomi makro dan geopolitik yang memanas harga emas melonjak hampir 15% dalam setahun. Puncaknya dimulai saat meletusnya perang Hamas-Israel hingga pada 4 Desember 2023, logam mulia ini menyentuh all time high di level US$2.100/toz. Kemudian, posisi ini terkoreksi hingga US$2.070/toz pada akhir 2023. 

Memasuki 2024, harga emas masih berada di atas US$2000/toz. Saat ini fluktuatif di level US$2.024/toz-US$2.070/toz. Rencana pemangkasan suku bunga oleh the Fed pada Maret 2024 menjadi salah satu kekhawatiran para investor yang mendorong emas tetap melanjutkan relinya di level US$2000/toz. 

Analis dan Wakil Pialang Berjangka PT Rifan Financindo Berjangka cabang DBS Tower (RFB DBS Tower) Syaiful Bachri menganalisa bahwa dalam minggu kedua Januari ini, harga emas diprediksi mengalami penurunan karena penguatan dolar AS dan imbal hasil Treasury lebih tinggi. Data pengusaha AS menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja lebih banyak pada Desember lalu meski sektor jasa mengalami perlambatan berdasarkan Institute for Supply Management (ISM).

Di tahun ini ada tiga hal yang kudu diperhatikan para investor dalam mencermati harga emas. Pertama, indikasi pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sebanyak tiga kali masing-masing sebesar 0,25% atau total 0,75% di 2024. Lalu,The Fed juga memperkirakan pemangkasan kembali berlanjut sebanyak empat kali di 2025. Hasil suku bunga lebih rendah dan obligasi kurang menarik akan menyebabkan pelemahan pada dolar AS yang membuat emas banyak dilirik sebagai alternatif investasi yang lebih menjanjikan.

Hal kedua ialah kekhawatiran gejolak geopolitik di Timur Tengah yang makin meluas. Meski saat ini Israel tengah menarik mundur sebagian pasukan dari Gaza, ancaman suku Houti di Laut Merah yang membuat berang AS dan sekutunya tetap harus diwaspadai sebagai pemicu perang yang lebih luas.

Hal ketiga yang terakhir ialah pemilihan Presiden Amerika Serikat pada November 2024. Seperti yang terjadi sebelumnya di 2020, volatilitas harga emas langsung berdenyut saat perhitungan suara Pilpres AS. Terlebih, Donald Trump Kembali mencalonkan diri nanti sebagai Presiden AS. Apabila pengusaha properti ini berhasil kembali menduduki kursi kepresidenan, patut diperhitungan hubungan diplomatik AS dengan Tiongkok yang sempat memanas di era kepemimpinannya dulu dan beberapa negara lain. Kebijakan Trump sedikit banyak memengaruhi harga emas terhadap dolar AS. 

Dengan tiga faktor tersebut, bisa disimpulkan fluktuasi harga emas masih tinggi hingga awal semester II 2024. Untuk perkiraan harga masih bergerak di level US$1.900-US$2.050 ke depan. Atas dasar itu, rekomendasi trading emas dari RFB-DBS Tower ialah long sell untuk posisi hingga semester I ini dan long buy ketika memasuki Oktober 2024 karena harga akan kembali rebound.

Kepala Cabang RFB DBS Tower Lisa Usfie mengatakan bahwa saat ini produk berjangka yang masih menjadi primadona ialah emas. Kontribusi transaksinya mencapai 80% dari total transaksi di RFB. Emas sebagai aset safe haven memang kerap menjadi pilihan tepat bagi para investor di tengah situasi yang fluktuatif seperti sekarang. (RO/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat