visitaaponce.com

Output Pabrik Jepang pada Januari Merosot Tajam

Output Pabrik Jepang pada Januari Merosot Tajam
Seorang pekerja di lini produksi selama tur media ke Pabrik Cerdas Nissan di pabrik Tochigi, Jepang.(AFP/Richard A Brooks)

DATA pemerintah menunjukkan pada Kamis (29/2) bahwa output industri Jepang mengalami kemerosotan terbesar sejak pandemi covid-19 pada bulan lalu. Ini menambah kesuraman bagi negara dengan ekonomi terbesar keempat di dunia tersebut setelah mengalami resesi pada akhir 2023.

Output di pabrik dan pertambangan pada Januari turun 7,5% dari bulan sebelumnya. Ini penurunan bulanan terbesar sejak Mei 2020, ketika covid-19 membuat perekonomian global terhenti.

"Banyak yang akan menghubungkan buruknya angka Januari dengan gempa bumi di Semenanjung Noto yang melanda barat laut pulau utama Jepang pada Hari Tahun Baru," kata Stefan Angrick, ekonom senior di Moody's Analytics. Namun, "Perkiraan bisnis untuk Januari telah berubah menjadi suram pada akhir Desember ketika satu produsen mobil besar Jepang mengumumkan akan menghentikan produksi di salah satu anak perusahaannya," katanya.

Baca juga : Daihatsu Toyota Tarik lagi 320.000 Mobil dan Perpanjang Penutupan Pabrik

Spesialis kendaraan mini Daihatsu, anak perusahaan Toyota, menghentikan produksi dalam negeri selama berminggu-minggu sejak akhir Desember karena skandal uji keselamatan yang memalukan. "Selain itu, serangkaian serangan di Laut Merah merugikan perdagangan di sepanjang jalur pelayaran utama yang menghubungkan Asia ke Eropa," kata Angrick.

Taro Saito dari NLI Research Institute mengatakan efek ganda dari gempa bumi dan skandal otomotif berarti produksi turun tajam, tidak hanya di industri otomotif tetapi di berbagai sektor. Jepang menghabiskan US$1,7 miliar untuk membangun kembali daerah-daerah yang dilanda gempa berkekuatan 7,5 skala Richter pada 1 Januari yang menewaskan 241 orang dan menghancurkan sebagian wilayah Ishikawa.

Data keluaran Januari juga dapat memberikan jeda bagi Bank of Japan (BoJ) dalam upayanya menjauh dari kebijakan sangat longgar yang sudah lama ada sambil mencoba meminimalkan guncangan terhadap perekonomian. "Angka buruk ini menambah serangkaian rilis data mengecewakan yang akan menyulitkan Bank of Japan untuk menarik kembali pelonggaran moneter," kata Angrick. 

"Secara keseluruhan, prospek perekonomian Jepang terlihat sangat rapuh," imbuhnya. Perekonomian menyusut 0,1% kuartal-ke-kuartal dalam tiga bulan terakhir 2023 setelah mengalami kontraksi sebesar 0,8% pada periode sebelumnya yang berarti Jepang berada dalam resesi teknis pada paruh kedua tahun lalu. (AFP/Z-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat