Pro dan Kontra NFT dari Segi Lingkungan
![Pro dan Kontra NFT dari Segi Lingkungan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/05/1a0bd77344121eeb2f5f3deb275e6bb4.jpg)
NON-FUNGIBLE Tokens (NFT) telah menjadi fenomena yang menarik perhatian global. Namun, popularitas NFT ini juga mendatangkan kritik, terutama terkait dampak lingkungannya yang signifikan karena penggunaan energi yang tinggi dalam proses transaksinya.
Dikutip dari Pintu Academy, NFT adalah aset digital yang unik dan tidak dapat dipertukarkan dan NFT disimpan dalam teknologi blockchain.
Karya-karya seni digital dalam bentuk NFT telah terjual hingga jutaan dolar, yang menunjukkan nilai dan permintaan yang tinggi terhadap mereka.
Baca juga : Pemahaman Dasar Istilah NFT untuk Pemula
Di tengah popularitasnya, NFT mendapatkan kritik yang berfokus pada konsumsi energi besar dari jaringan blockchain seperti Ethereum yang menggunakan mekanisme proof-of-work (PoW). Jaringan ini membutuhkan daya listrik besar yang menghasilkan emisi karbon signifikan, sehingga membawa dampak negatif terhadap lingkungan.
Transaksi NFT pada jaringan Ethereum menggunakan jumlah energi yang besar, dengan penelitian menunjukkan bahwa Ethereum mengonsumsi 23 terawatt jam per tahun, menghasilkan emisi karbon sekitar 7 megaton CO2 per tahun. Jumlah itu setara dengan konsumsi energi tahunan negara-negara kecil hingga penggunaan beberapa pembangkit listrik batu bara.
Walaupun banyak dikritik, ada juga langkah positif yang sedang ditempuh untuk mengurangi dampak lingkungan NFT:
Baca juga : Jelang Devcon Ethereum di Asia Tenggara, Pintu Gelar Ethereum Meetup Indonesia
Transisi Ethereum ke Proof-of-Stake (PoS)
Rencana ini diharapkan akan mengurangi konsumsi energi Ethereum hingga 99.95%, menjadikannya lebih ramah lingkungan.
Penggunaan Energi Terbarukan
Baca juga : Presale NFT Ghozali Edisi Kedua Meraup hingga Rp28,4 Miliar
Beberapa penambang crypto beralih ke energi terbarukan untuk operasi penambangan.
Teknologi Layer 2 dan PoS
Mengurangi beban pada jaringan utama dan mengurangi emisi karbon secara signifikan.
Baca juga : Transaksi Kripto di Indonesia Meningkat Tunjukkan Potensi Pasar
Marketplace NFT yang menggunakan jaringan berbasis PoS, yang menawarkan biaya transaksi yang lebih rendah dan proses yang lebih efisien secara energi, seperti Solanart (Solana) dan Teia (Tezos).
Sementara NFT menawarkan potensi besar dalam dunia digital dan seni, penting untuk mengakui dan mengatasi tantangan lingkungan yang mereka hadirkan.
Dengan inovasi dan perbaikan berkelanjutan dalam teknologi blockchain, industri NFT berpotensi untuk berkembang menjadi lebih berkelanjutan di masa depan. (RO/Z-1)
Terkini Lainnya
Bappebti: Perlu Pemahaman Komprehensif untuk Transaksi Aset Kripto
OJK Rilis Aplikasi Dukung Ekosistem Kripto
Mengenal DeFi dalam Bitcoin
Selama 2024, Mata Uang Kripto Pepe Naik 820%
Yuk Mengenal Analisis On-Chain dalam Investasi Aset Kripto
Tren Central Bank Digital Currency (CBDC) di Berbagai Negara
SEC Setujui ETF Spot Ethereum, Harga Melonjak 26%
Jelang Devcon Ethereum di Asia Tenggara, Pintu Gelar Ethereum Meetup Indonesia
Manajemen Haji dan Penguatan Kelembagaan
Integrative & Functional Medicine: Pendekatan Holistik dalam Pengobatan Kanker
Hidup Segan Calon Perseorangan
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap