visitaaponce.com

UMKM Butuh Pendampingan untuk Capai Kontribusi Ekspor 17

UMKM Butuh Pendampingan untuk Capai Kontribusi Ekspor 17%
ilustrasi target kenaikan konribusi ekspor UMKM.(Dok. Freepik)

SEBAGAI salah satu pilar ekonomi, upaya membuat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia semakin mapan disebut tak bisa dilakukan setengah-setengah. Pendampingan harus terus dilakukan, khsusnya dalam hal inovasi, efisiensi, hingga pemasaran.

Seperti diketahui, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 61%, dan mampu menyerap tenaga kerja hingga 97% dari total tenaga kerja nasional. Namun, menurut data Kementerian Koordinator bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), kontribusi ekspor UMKM di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu hanya sekitar 16% pada 2022 dari total ekspor non migas. Pemerintah menargetkan kontribusi ekspor UMKM bisa menembus 17 % pada 2024.

Sementara itu, Kementerian Koperasi dan UKM mencatat ada 52,77 juta UMKM pada 2009, bertambah jadi 57,9 juta UMKM pada 2013 dan menjadi 64 juta UMKM pada 2023 atau tumbuh sekitar 2,41% per tahun.

Baca juga : Pemkab Sukabumi Promosikan Produk Daerah lewat Festival Agrokuliner Nata Masagi

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebut, salah satu hal yang membuat kontribusi ekspor UMKM Indonesia masih sulit menanjak adalah karena kebanyakan UMKM belum terhubungan dengan industri.

“UMKM bukan sekadar bisnis, melainkan sumber kehidupan perekonomian dan jantung dari semangat kewirausahaan kita,” ucap Teten Masduki, belum lama ini di Jakarta.

Perwakilan Rumah BUMN Cilegon, Dimita Agustin, mengatakan banyak UMKM yang menghadapi tantangan dalam hal inovasi, efisiensi, dan pemasaran. Berbagai pendampingan dan pelatihan masih dibutuhkan oleh para pelaku UMKM.

Baca juga : Jalan Panjang Menuju Kesuksesan Cartenz Cocoa

Ia mengatakan, banyak dari pelaku UMKM juga menginginkan adanya pendampingan. Dengan begitu arah dari bisnis yang mereka jalankan lebih jelas dan potensial.

“Mereka butuh pendampingan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam mengelola bisnis mereka secara lebih efektif dan kreatif,” ujar Dimita, Rabu, (22/5).

Harus Punya Unique Selling Point

Pelatihan UMKM

Baca juga : Koekis Keren Ramaikan Industri Kudapan Indonesia

Sementara itu, Direktur Esmod Jakarta, Yadi Supriadi, mengatakan pelatihan dan pendampingan bagi UMKM di berbagai bidang harus dilakukan dengan maksimal. Hal itu dapat membantu para pelaku UMKM untuk berkembang dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif serta menambah daya saing mereka.

Setiap UMKM harus memiliki standarisasi branding yang lebih baik dan memiliki nilai unique selling point agar bisa memikat, baik konsumen maupun investor dalam skala yang lebih besar.

Yadi mengatakan, setiap pelatihan harus diberikan secara komprehensif sesuai dengan bidang setiap UMKM. Misalnya dalam bidang lifestyle dan fashion, pelatihan harus diberikan mulai dari riset pasar, produk, hingga model bisnis dan brand management.

Baca juga : Hexagon Sulap Limbah Jadi Perhiasan yang Diminati Pasar Dunia

Dikatakan Yadi, misalnya seperti pelatihan yang dilakukan oleh Esmod Jakarta dan UMKM binaan Bank Mandiri. Dalam pelatihan yang digelar dari Mei hingga Agustus 2024 itu, pelaku UMKM mendapatkan berbagai pelatihan dan materi mendalam soal Business Model & Brand Management, Zero Waste Pattern Dress, dan Signature Coffee & Aesthetic Mocktail Drink.

Selain itu, peserta juga mendapatkan materi tentang identifikasi peluang bisnis dan riset pasar. Hal tersebut disebut sangat penting untuk membantu pelaku UMKM memahami cara mengidentifikasi peluang bisnis yang potensial dan melakukan riset pasar yang efektif untuk mendukung strategi bisnis mereka. Peserta belajar bagaimana mengumpulkan dan menganalisis data pasar, memahami tren konsumen, dan mengevaluasi persaingan, yang semuanya merupakan dasar penting untuk mengembangkan usaha yang sukses.

(Z-9)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat