Ketersediaan Air Krusial dalam Produksi Pangan Jelang Kemarau
![Ketersediaan Air Krusial dalam Produksi Pangan Jelang Kemarau](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/06/ae7c3bba88253d2b69a220f5c6bd8055.jpg)
PENGAMAT pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori merespons kondisi musim kemarau yang menghampiri Indonesia dan dampaknya terhadap produksi pangan ke depan.
"Dampaknya (kekeringan) belum bisa dipastikan seberapa besar. Menurut BMKG, Juli sampai akhir tahun masuk La Nina lemah. Nmun La Nina lemah tidak berpengaruh terhadap musim kering," kata Khudori saat dihubungi pada Rabu (5/6).
Khudori menjelaskan bahwa saat ini sebanyak 19% zona atau wilayah Indonesia sudah memasuki musim kering. Adapun wilayah tersebut meliputi Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara (Timur dan Barat), Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara sejak Juni hingga Oktober berppotensi diguyur hujan dengan intensitas amat rendah kurang dari 50 mm/bulan.
Baca juga : Antisipasi Kemarau, Pemerintah Diminta Prioritaskan Revitalisasi Hulu Irigasi untuk Lahan Sawah
"Masih sulit memperkirakan seberapa besar dampaknya. Ini karena, pertama, situasi iklim/cuaca masih dinamis, karena itu penting untuk terus mencermati update perkiraan dari BMKG," ujar Khudori.
Di sisi lain, Khudori menyebut bahwa pemerintah melalui kementerian teknis harus melakukan langkah-langkah mitigasi untuk mengantisipasi dampak yang tidak diinginkan jelang musim kemarau yang datang. Salah satunya yang bisa dilakukan ialah kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengelola ketersediaan air agar terus tersedia untuk menjaga produktivitas pangan.
"Kalau embung-embung, bendung, waduk yang terisi air dipastikan airnya bisa dialirkan ke sawah tentu ini bermanfaat. Jika jaringan irigasi primer tersambung dengan irigasi sekunder dan tersier yang jadi wewenang daerah juga akan baik karena memastikan air bisa mengalir dari hulu sampai sawah," jelasnya.
Khudori juga mengapresiasi penyediaan program pompanisasi dari Kementerian Pertanian (Kementan) yang berjumlah 90 ribu unit untuk membantu pengairan sawah. "Jadi masalah serius jika pompa ada tetapi air yang hendak dipompa tidak ada. Jadi krusial jika embung-embung, bending, dan waduk terisi air tetapi air tak bisa dialirkan ke sawah. Jadi masalah serius bila jaringan irigasi primer tidak diikuti keberadaan jaringan irigasi sekunder dan tersier," tandasnya. (Z-2)
Terkini Lainnya
Bertemu Komunitas Gila Selingkuh, Kepala BNPB Belajar Lestarikan DAS
Program Pompanisasi Berjalan jika Ada Ketersediaan Air
Antisipasi Kekeringan, Pemkot Semarang Cadangkan 1,5 Juta Liter Air Bersih
Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji
World Water Forum ke-10 dan KTT Air 2024: Krisis Air dan Urgensi Pengelolaan Air untuk Masa Depan Peradaban
Dokter PBSI: Air Mineral Berkualitas Bisa Menjaga Performa Atlet
Penurunan Produksi Sebabkan Kenaikan Harga Pangan
Kelurahan Cikerai Kota Cilegon Raih Juara 3 Lomba Germas SAPA Tingkat Nasional 2024
Keamanan Pangan Berkorelasi Erat dengan Kesehatan Masyarakat
Impor Indonesia Naik, Pengamat Sebut hanya Musiman
Jokowi Sebut Dunia Menuju Neraka Iklim dalam 5 Tahun Mendatang
Bulog Targetkan Serap Lebih 900 Ribu Ton Beras dari Dalam Negeri
Kemitraan dan Kualitas Pendidikan
Ketahanan Kesehatan Global
Membumikan Diskursus Islam Indonesia di Inggris Raya
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Huluisasi untuk Menyeimbangkan Riset Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap