visitaaponce.com

BRIN Berupaya Buat Sektor Antariksa Jadi Pilar Ekonomi Baru Indonesia

BRIN Berupaya Buat Sektor Antariksa Jadi Pilar Ekonomi Baru Indonesia
Ilustrasi.(AFPESA/ATG EUROPE)

BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah berupaya untuk mengeksplorasi sektor antariksa guna menciptakan potensi perekonomian baru di Tanah Air.

“Kami sedang berusaha membuat (sektor) antariksa menjadi pilar ekonomi baru Indonesia,” ungkap Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara Rapat Koordinasi Nasional Grand Desain Keantariksaan Menuju Indonesia Emas 2045, Rabu (5/6).

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa saat ini sektor antariksa yang potensial secara ekonomi memang telekomunikasi. Namun, potensi lain yang bisa dieksplorasi adalah penginderaan jauh atau remote sensing.

Baca juga : Teknologi 5G akan Dorong Transformasi Industri di Indonesia

Teknologi penginderaan jauh merupakan citra data yang diambil dari satelit, lalu diolah menjadi produk yang bisa dijual kepada pengguna akhir. Penginderaan jauh dapat mengamati area perkebunan sawit yang sangat luas tanpa harus jalan kaki.

Teknologi itu juga bisa melihat kebakaran hutan, mengukur sawah yang akan panen, melihat keberadaan ikan-ikan di laut lepas, mengamati polusi udara hingga mengamati tumpahan minyak dari kapal-kapal yang hilir mudik di perairan Indonesia.

Handoko menuturkan bahwa penginderaan jauh adalah layanan yang sebenarnya bisa dikembangkan untuk dijadikan produk yang bisa dijual kepada kementerian/lembaga maupun pelaku usaha dalam bidang perkebunan serta perikanan.

Baca juga : WWF Diyakini Mampu Dorong Akselerasi Ekonomi Berkelanjutan

"Ada banyak potensi untuk penginderaan jauh dan itu sangat spesifik Indonesia," ujarnya.

Handoko menegaskan Indonesia sangat membutuhkan teknologi penginderaan jauh di bidang keantariksaan mengingat lebih dari 60% wilayah Indonesia berupa air.

Bagi negara-negara daratan, mereka tidak perlu penginderaan jauh sebesar Indonesia karena mereka bisa menempatkan banyak sensor. Sedangkan Indonesia tidak bisa sekedar memakai sensor karena mayoritas wilayah adalah laut.

Baca juga : BRIN Kembangkan Teknologi Pengolahan Air Gambut Jadi Air Layak Minum

"Kami sebagai offtaker yang notabene offtakerterbesar di dunia bisa memanfaatkan penginderaan jauh justru sebagai opportunityuntuk masuk tidak hanya sebagai hanya pemakai, tetapi juga sebagai pemain sekaligus menciptakan ekonomi riil berbasis antariksa," tuturnya.

Perlu diketahui, sebelumnya Kepala BRIN melakukan pertemuan dengan delegasi Badan Antariksa Uni Emirat Arab (UAESA) untuk menggali potensi kerja sama keantariksaan kedua pihak.

BRIN saat ini dikatakan sedang fokus dalam membangun bandar antariksa di Biak, Papua. Fasilitas itu terbuka untuk pengguna global terutama Asia Pasifik.

Baca juga : Kemkominfo Pastikan Kualitas Layanan Komunikasi yang Andal di World Water Forum ke-10

Bandar antariksa di wilayah ekuator ini akan sangat bermanfaat karena lebih sedikit energi yang dibutuhkan untuk satelit di lintasan ekuator.

Strategi pengembang bandar antariksa tersebut menggunakan pendekatan bisnis ke bisnis atau B2B. Untuk itu, BRIN sedang berdiskusi dengan beberapa investor potensial, termasuk Uni Emirat Arab.

BRIN juga terbuka melibatkan sektor swasta dalam pengoperasian stasiun bumi dan bandar antariksa. Adapun BRIN memiliki lima stasiun bumi dan sedang dalam tahap pengalihan ke sektor swasta dalam pengoperasian dan pemeliharaan. (Z-6)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat