visitaaponce.com

BRIN Kembangkan Teknologi Pengolahan Air Gambut Jadi Air Layak Minum

BRIN Kembangkan Teknologi Pengolahan Air Gambut Jadi Air Layak Minum
Foto udara kendaraan melintas di areal lahan tanah gambut di kawasan Jalan Nasional Kalimantan Sebangau, Palangka Raya, Selasa (9/8/2022)(ANTARA/Makna Zaezar)

BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengembangkan inovasi instalasi pengolahan air gambut (IPAG 60) agar air gambut bisa dikelola menjadi air layak minum. Profesor Bidang Teknik Lingkungan Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Ignasius Sutapa mengungkapkan, inisiasi tersebut telah dilakukan sejak tahun 2000-an.

“Itu merupakan sarana untuk mengolah air gambut yang sangat besar seperti di Sumatra, Kalimantan dan Papua,” kata Ignas dalam wawacara dengan Media Indonesia, Selasa (21/5).

Menurut Ignas, saat ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum bisa mengolah air gambut, air banjir maupun air payau untuk bisa menjadi air minum. Pasalnya, instalasi PDAM saat ini baru pada teknologi yang biasanya dipakai pada air baku standar. Sementara itu, air gambut dengan tingkat keasaman yang tinggi dan air banjir dengan tingkat sedimen yang tinggi perlu teknologi khusus.

Baca juga : El Nino, Pembasahan Lahan Gambut dengan Modifikasi Cuaca Digalakkan

Tanpa pemanfaatan teknologi, Ignas menilai akan ada gap yang tinggi terkait dengan pemenuhan air bersih di Indonesia. Pasalnya, banyak wilayah yang belum memiliki standar baku mutu air hingga mengalami krisisi air yang akhirnya akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Karenanya, BRIN terus mendukung berbagai riset terkait dengan pengelolaan air, salah satunya yakni dengan IPAG 60.

“Dengan itu, BRIN dan berbagai komponen yang ada, kita akan bisa mengolah hampir semua air baku yang ada di Indonesia. Air alami payau dan gabungan gambut, kita juga sudah bisa atasi dengan inovasi tertentu,” ucap dia.

Menurut Ignas, IPAG 60 kini sudah digunakan di berbagai tempat. Misalnya saja Kalimantan Tengah, di mana air bersih menjadi hal yang langka karena keterbatasan teknologi untuk pengelolaannya.

Ia menyatakan, krisis air merupakan ancaman bagi semua wilayah di dunia. Karenanya, dibutuhkan teknologi, serta kebijakan dalam penggunaan air. “Jangan kita semena-mena terhadap air. Kita perlu menggunakan air se-wise mungkin. Bagaimana kita mereduce, mereuse dan mericycle air, supaya keberlangsungan air tetap terjaga,” pungkas Ignas. 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat