visitaaponce.com

Hewan Ternak yang Dikurung dan Stres Lebih Rentan Diserang Penyakit

Hewan Ternak yang Dikurung dan Stres Lebih Rentan Diserang Penyakit
Ilustrasi ayam petelur(Freepik)

INDONESIA merupakan produsen telur terbesar kedua di dunia, dengan populasi lebih dari 370 juta ayam petelur, mayoritas di antaranya dibesarkan dalam sistem sangkar. 

Dalam sistem intensif ini, ayam petelur tidak dapat melakukan banyak perilaku alaminya, seperti melebarkan sayap sepenuhnya, mengais dan mematuk tanah, dan bersarang. Akibat pengurungan yang ekstrem, mereka mengalami tingkat stres dan frustasi yang tinggi dan lebih rentan terhadap penyakit yang menyiksa.

Studi mengenai salmonella yang dilakukan oleh Otoritas Keamanan Pangan Eropa menemukan prevalensi bakteri ini lebih tinggi di peternakan dengan sistem sangkar dibandingkan di peternakan bebas sangkar. 

Baca juga : Aktivis Perlindungan Hewan Suarakan Kandang Ayam Petelur

Baru-baru ini, Archipelago International, grup manajemen hotel swasta terbesar di Asia Tenggara yang menaungi 10 merek di Indonesia, dan Dough Lab, perusahaan kukis artisan, mengumumkan kebijakan telur bebas sangkar (cage-free) dalam rantai pasokan. 

Dua perusahaan ini mengambil keputusan bebas sangkar setelah dialog yang dilakukan dengan Act for Farmed Animals, inisiatif bersama organisasi non-profit Animal Friends Jogja dan Sinergia Animal untuk mengurangi penderitaan hewan yang diternakkan serta mendorong pilihan makanan yang lebih bijak, welas asih dan berkelanjutan. 

Kebijakan dari Archipelago International dan Dough Lab ini memiliki estimasi dampak positif yang signifikan terhadap ayam petelur. Dough Lab memiliki potensi untuk memberi dampak positif kepada kurang lebih 1.063 ayam petelur. Archipelago International yang memiliki kurang lebih 45 ribu kamar, mampu memberikan dampak positif bagi kurang lebih 150 ribu ayam. 

Baca juga : Harga Pakan Naik, Peternak Ayam Petelur Berhenti Produksi

“Hal ini merupakan pencapaian besar bagi hewan. Perusahaan yang berkomitmen terhadap kebijakan bebas sangkar membawa standar produksi pangan yang lebih tinggi, mendekatkan kita pada masa depan tanpa praktik paling kejam dalam industri peternakan seperti sistem sangkar ini”, ungkap Among Prakosa, Direktur Pelaksana Act for Farmed Animals (AFFA) dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, Senin, (10/6). 

“Archipelago International menyadari pentingnya kesejahteraan hewan dalam rantai pasok perusahaan. Kebijakan bebas sangkar, merupakan salah satu bentuk dari komitmennya dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan,” bunyi pernyataan resmi Archipelago. 

Saat ini, lebih dari 300 komitmen bebas sangkar dari perusahaan telah diterbitkan di Asia dan lebih dari 80 di antaranya perusahaan yang juga beroperasi di Indonesia.

Kami mengundang lebih banyak perusahaan untuk peduli dan memiliki kebijakan yang mengedepankan prinsip kesejahteraan hewan di rantai pasoknya. Perusahaan dapat mengambil bagian dalam salah satu tren keberlanjutan terbesar dan mempunyai peluang sebagai pionir perlindungan hewan dan ketahanan pangan,” tambah Among. (Z-8)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putra Ananda

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat