Rupiah Melemah, BI Diminta Pertahankan Suku Bunga 6,25
![Rupiah Melemah, BI Diminta Pertahankan Suku Bunga 6,25%](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2024/06/826bf445d3c8841447411da2cd7ac09b.jpg)
EKONOM Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidik Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Teuku Riefky mendorong Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% di tengah pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Dia menuturkan meskipun ada peningkatan cadangan devisa pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$138,97 miliar, BI perlu menerapkan strategi triple intervention atau tiga intervensi untuk mengelola volatilitas rupiah.
"Rupiah terdepresiasi selama empat minggu terakhir. Namun, strategi tiga intervensi BI diperlukan mendukung stabilitas mata uang. Untuk itu, BI perlu mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan dewan gubernur mendatang," ujar Riefky dalam keterangan resmi, Kamis (20/6).
Baca juga : Terus Melemah, Rupiah Diperkirakan Bisa Tembus Rp17.000 per Dolar AS
Riefky meramalkan ke depan hingga akhir Juni 2024, tekanan inflasi diperkirakan akan dipengaruhi oleh inflasi impor karena rupiah terus melemah terhadap dolar AS. Tren pelemahan ini menggarisbawahi pentingnya kewaspadaan terhadap fluktuasi nilai tukar dan potensi dampaknya terhadap stabilitas harga secara keseluruhan.
Selain itu, perkiraan datangnya La Nina di Juli dan Agustus juga menimbulkan risiko lain yang berpotensi mengganggu sektor pertanian. Curah hujan yang lebih tinggi yang diperkirakan akan terjadi dapat menyebabkan banjir, menggenangi lahan pertanian dan merusak tanaman.
"Ini dapat memperumit tren inflasi dan masalah ketahanan pangan," jelasnya.
Baca juga : Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Terperosok pada Selasa 23 April
Riefky kemudian menerangkan akibat perekonomian AS yang semakin menguat, tentu berpengaruh besar terhadap nilai tukar rupiah. Pada Mei 2024, inflasi AS sedikit menurun menjadi 3,3% year on year (yoy), turun dari 3,4% (yoy) di April 2024, terutama karena penurunan harga bensin. Meskipun terdapat tren penurunan, inflasi masih berada di atas target Bank Sentral AS atau The Fed. Sementara itu, pasar tenaga kerja AS menunjukkan ketahanan, dengan adanya peningkatan 272 ribu pekerjaan di sektor nonpertanian, menandai akselerasi yang signifikan dari kenaikan 165.000 di April.
Dia juga menyebut The Fed telah berkontribusi pada penarikan investor asing dari pasar saham Indonesia, diperparah dengan aksi jual besar-besaran di sektor perbankan yang mengindikasikan kinerja yang buruk pada April 2024.
"Antara pertengahan Mei dan pertengahan Juni, rupiah terdepresiasi sebesar 2,79% secara bulanan, turun dari Rp15.950 per dolar AS pada 17 Mei menjadi Rp16.395 per dolar AS pada 14 Juni. Angka ini menandai level terendah sejak April 2020, saat awal pandemi covid-19.
"Pelemahan rupiah terutama disebabkan oleh penguatan dolar AS, yang telah berdampak pada mata uang global, termasuk rupiah," pungkas Riefky. (Ins/P-5)
Terkini Lainnya
Terus Melemah, Rupiah Diperkirakan Bisa Tembus Rp17.000 per Dolar AS
Rupiah Menguat Dipengaruhi Inflasi Turun
Rupiah Menguat saat Ekonomi AS Melemah
Rupiah Melemah, Pemerintah Didesak Revisi Aturan Tarif Pesawat
Rupiah Melemah Tertekan Kemungkinan The Fed Tahan Suku Bunga
Pelemahan Rupiah Bebani Industri Penerbangan
Penguatan Indeks Saham Asia Dapat Tahan Rupiah Melemah
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap